Lelah

147 59 8
                                    

Terlihat Cella menghela napas setiap kali melihat ponselnya.

"Kenapa kak?" tanya Indah, salah satu rekan kerjanya di event organizer.

"Mikirin kuliah," jawab Cella malas.

Sudah lima bulan Cella tidak melanjutkan kuliahnya. Terkadang ia iri dengan teman-teman seangkatannya yang memposting kegiatan kuliahnya, terlebih ia sudah on the way tingkat akhir.

"Ooh.. Eh btw emang lo kuliah?" tanya Indah.

Cella memang jarang menceritakan kehidupan pribadinya ke siapapun. Jika di tempat kerja Cella akan menjadi pendengar yang baik dan menghibur teman-temannya yang tengah dilanda gundah-gulana.

"Iya gue kuliah," balas Cella sambil mengecek list eventnya.

"Tapi kok lo kerja? Eh apa ngambil kelas karyawan ya?" tanya Indah penasaran.

"Gak, gue kelas reguler. Sekarang ya gue anggep gue lagi cuti aja." Cella kembali berkutat pada kertas-kertas di tangannya.

Indah hanya manggut-manggut mendengarkan Cella lalu melanjutkan kerjanya.

Cella POV

Aku duduk termenung di teras rumah. Semilir angin menemani malam sepiku bersama musik yang kudengar lewat earphone.

"Gimana ya? Gue juga berat sebenernya kalo ngelepas kuliah gue gitu aja." Aku bergumam pelan sambil menatap langit malam yang berbintang.

"Coba deh gue bales chat Rakha aja." Aku segera membuka sosial medianya dan membaca room chat dengan Rakha.

Aku segera mengetuk-ngetukkan jari di keypad ponselku namun aku hapus kembali.

"Yah, gimana ya bilangnya?" pikirku bimbang.

Rak?

Rakha P. Brawijaya : Apa Cell?

Mau nanya, ganggu gk?

Rakha P. Brawijaya : Gak kok, tanya aja Cell

Hmm, wait

"Gue mau bilang apa ya?" Seketika aku seperti orang linglung hanya untuk meminta bantuan kepada Rakha.

Rakha P. Brawijaya : Cell?

Iya?

Rakha P. Brawijaya : Jadi, mau nanya apaan?

Oh iya,
gue mau nanya urusan kuliah

Rakha P. Brawijaya : Ooh iya, Gimana Cell? atau lu mau gue temenin ke prodi?Jadi biar lu bisa nanya langsung dan juga langsung dikasih solusi Cell...

Yah, ribet Rak

Rakha P. Brawijaya : Justru itu bakal bantu lu Cell... Kalo misalnya lu mau ayo gue temenin besok ketemuan sama kaprodinya

Waduh, makasih Rak.
Tapi kayaknya gak dulu deh
G

ue males ribet

Rakha P. Brawijaya : Hmm, yaudah. Kalo butuh apa-apa kalo mau nanya bilang gue ya

Ok, thanks Rak


"Ck, apaan banget sih gue? Malah gak jadi nanya," Omelku sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.

"Kalo dipikir-pikir Rakha baik banget ya sama gue? Padahal gue sering banget acuh sama dia, sama sekitar juga sih. Tapi coba aja kalo gue dulu bisa baik-baik ke dia, pasti sekarang seenggaknya gue masih punya temen di kampus kan walaupun cuma satu," pikirku sambil menata taplak meja tamu.

Author POV

Hari berganti hari, bulan silih berganti. Kini Cella memantapkan niatnya untuk melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda. Tentunya hari-harinya hanya ditemani kesepian karena Cella tetap menjadi sosok yang acuh dan tak tersentuh. Tapi ia tak pusing untuk memikirkannya karena beban hidupnya telah menyita energi batin dan psikisnya selama ini.

Kuliah dan bekerja di beberapa tempat. Itulah yang sedang ditekuni gadis dingin ini. Tuntutan ekonomi keluarganya yang juga mengharuskan Cella harus bisa lebih mandiri dari sebelumnya dan juga untuk membantu keluarganya.

Di tengah malam di saat semua tertidur. Cella masih terjaga sembari mendengarkan musik dengan earphonenya. Melamun, sesekali menarik dan mengeluarkan napas panjangnya. Di tengah keheningan malam dan dinginnya semilir angin, ia menangis dalam diam.

Ckleek...

"Cell? Belum tidur?"

"Eh, iya ma belum, ini mau tidur kok abis beres-beres," jawab Cella sambil melepas sebelah earphone dari telinganya.

"Ooh, yaudah cepetan tidur. Besok kan kuliah."

"Iya, ma," sahut Cella sambil menarik selimut.

"Tidur, Cell. Gak usah mellow malem ini. Entar lo jadi orang gila lama-lama!" batin Cella lalu menutupi seluruh tubuh sampai kepalanya dengan selimut.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang