"Lepas!!" Cella menggeram.
"Enggak, sebelum lo jawab!" ucap Bagas dengan nada penuh penekanan.
"Ck, lo mau bikin gue makin sakit?" sinis Cella.
Bagas menatap tajam kedua mata gadis di hadapannya. Ia benci dengan dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi gadis bodoh di depannya ini.
"Kenapa gak ngelawan?" tanya Bagas to the point.
"Apaan sih? Gue jatuh beneran!" balas Cella jengah.
"Inget? Gue udah bilang gak usah make topeng bego lo itu kalo sama gue." Emosi Bagas semakin terpancing.
Cella terdiam. Ia benci fakta bahwa lelaki di hadapannya sekarang mengetahui kelemahan dirinya.
"Sorry," ucap Bagas melemah.
"Untuk?" tanya Cella sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Gara-gara gue lo di bully. Gosip sampah itu juga ganggu lo," jawab Bagas sambil menundukkan kepalanya.
"Hmm, I'm okay," balas Cella datar.
Bagas mengangkat kepalanya. Ia memperhatikan wajah Cella, "Berhenti buat ngomong kayak gitu," lirihnya.
Cella terkekeh pelan lalu menghembuskan napas pelan, "Lo belum tau semua tentang gue."
Bagas menaikkan alisnya sebelah, seolah meminta penjelasan.
"Masalah kayak gini gak ada apa-apanya. Hidup gue udah banyak masalah. Masalah gak pernah bosen sama gue, jadi ya gitu," lanjut Cella dengan penjelasannya yang gantung.
"Kalo gitu izinin gue buat jadi orang yang tau semua masalah itu," sahut Bagas sambil menatap Cella serius.
"Hahaha, terus kalo udah tau lo mau apa? Kepo gitu." Cella terkekeh lalu memandang langit.
"Kita hadapin sama-sama," jawab Bagas tegas.
Jawaban Bagas sukses membuat Cella menatap mata Bagas. Gadis itu menatap lama bahkan tanpa berkedip.
"Nikahin gue," ucap Cella sambil menatap wajah Bagas tanpa ekspresi.
DEG!
Dua kata tersebut sukses membuat Bagas terdiam, menatap lekat kedua mata perempuan di hadapannya. Ia bingung harus memasang ekspresi seperti apa. Perkataan Cella yang begitu mendadak.
"Hahahaha... Ya Tuhan, muka lo. Ppfftt..." Seketika tawa Cella pecah, ia memegang perutnya sambil tertawa.
"Sialan. Gak lucu!" sinis Bagas.
"Wahaha, kenapa lo? Lagian kita masih kecil, gak usah sok udah gede deh, sok bisa ngurus segalanya. Urus hidup sendiri aja," ledek Cella.
Cella pun pergi meninggalkan Bagas dan ia masuk ke kantin sekolah.
🐾🐾🐾🐾
Hari demi hari Cella lewati dengan sengaja menjauh dari Bagas. Bukan karena takut dengan Salsa ataupun gosip yang beredar. Namun ia takut dengan perasaan yang kini telah ia sadari. Ia mencintai Bagas. Bagas yang selalu menenangkan, yang selalu siap membantu dirinya dan juga yang tahu kelemahannya.
Gadis itu tidak siap jika ia harus menerima luka karena sadar akan status Bagas yang masih menjadi milik orang lain.
Sepulang sekolah Cella sengaja tidak langsung pulang. Ia juga tidak mengajak teman-temannya, ia hanya ingin menenangkan diri. Saat melempar pandangan ke sudut kantin, ia melihat Salsa yang sedang mengelap keringat Bagas. Langsung saja Cella mengalihkan pandangannya ke arah lapangan.
"Gue gak boleh punya perasaan kayak gini," tekadnya.
Disaat menatap lapangan dengan tatapan kosong, tiba-tiba dua murid lelaki langsung duduk di dekat Cella. Cella pun langsung mengernyitkan dahi melihat tingkah para lelaki itu.
"Kak, sendirian aja? Mana gengnya?" tanya salah satu lelaki yang Cella kenal dengan nama Ares.
Cella hanya tersenyum tipis, "Gue gak punya geng ya dan gue lagi pengen sendiri."
"Gue sama Arman boleh duduk sini?" tanya Ares.
Cella hanya mengangguk lalu meminum susu cokelat dinginnya.
Ia kembali menatap lapangan, namun fokusnya teralihkan saat mendengar petikan gitar dari Arman, salah satu adik kelasnya yang terkenal menurut perkataan Fanny.
Arman mulai memetik gitar dengan intro salah satu lagu yang Cella kenal. Dengan seksama ia memperhatikan jari Arman yang menari diatas senar gitarnya. "Ah, lagu itu," batin Cella.
Aku hanyalah manusia biasa
Bisa merasakan sakit dan bahagia
Izinkan aku bicara
Agar kau juga dapat mengerti
Kamu yang buat hatiku berdetak
Rasa yang telah kulupa kurasakan
Tanpa tau mengapa
Yang kutahu inilah cinta
Cinta karena cinta
Tak perlu kau tanyakan
Tanpa alasan cinta datang dan berkata
Cinta karena cinta
Jangan tanyakan mengapa
Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara
Cella termenung, dirinya larut dalam setiap lirik yang sedang ia dengarkan. "Sial, baper!" batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?