Sudah satu jam Rakha menunggu namun perempuan itu tidak kunjung tiba. Alhasil sekarang dirinya merutuki kebodohannya yang menganggap Cella berbohong.
"Kalo dia beneran gak bisa nemuin gue gimana coba?" gerutunya sambil menghubungi nomor Cella, namun suara layanan operator yang ia dengar.
"Arrgh, gue mesti balik ke tempat tadi," ucapnya sambil berlari meninggalkan bangku taman itu.
Di tempat lain terlihat sang perempuan yang sedang duduk di pinggir jalan sambil celingukan melihat keramaian.
"Ya ampun!! Rakha batu sih, gue bilang jangan pergi juga, ah!" gerutu Cella sambil meneguk air mineral yang baru ia beli. Ia kelelahan karena harus berjalan dengan gusar sembari membawa boneka besarnya.
"Ck, berasa bocah banget gue. Bawa-bawa boneka terus kesesat," sungutnya.
Dalam keadaan masih kesal tiba-tiba ia merasa terusik dengan segerombolan pria dengan tampang liar dan rusuh.
"Ssstt... Ada cewek lagi galau nih," bisik salah satu pria dengan ikat di kepalanya.
"Mana? Mana??" tanya yang lainnya dan seketika semua serempak menatap ke arah Cella.
"Widiiih seger bener, mana sendirian lagi. Kasian banget jomblo ya neng? Sama abang ayo kita main," cengir pria dengan badan penuh tindik dan aksesoris aneh.
Melihat itu Cella tidak takut, namun ia cukup jengah sehingga menjalankan aksinya.
"Bang, tadi kata suami sama anak saya tunggu bentar. Mereka udah deket kok," ucap Cella ke salah satu penjual permen kapas.
Sang penjual yang tidak mengerti suasana malah mengernyitkan alisnya.
"Yang mana? Neng bukannya tadi lagi nyasar gara-gara kepisah sama temennya?" tanyanya dengan polos.
DEG!
"Wah... Ngajak main nih cewek bro!! Yok sikaaat!!" seru pria dengan penuh tindikan.
"Diem lo! Gak usah sok, urus hidup lo aja masing-masing bang," ketus Cella sambil melengos pergi.
Namun dengan sigap si pria dengan ikat kepala menahan lalu menarik lengan Cella dengan keras, sehingga Cella terhenti dengan langkah mundur.
"Jangan kurang ajar ya!" teriak Cella sambil melayangkan tamparan ke pria itu.
Namun tamparannya tertahan dan pria itu kini menahan kedua tangan Cella. Boneka yang ia pegang pun terlepas.
Sementara pria yang lain sibuk tertawa dan ada yang membekap mulut Cella. Sekitar tujuh orang mengelilingi Cella sehingga para pengunjung tidak menyadari hal yang sedang menimpa Cella.
Tentu saja perempuan itu meronta dan melepaskan tendangan ke segala arah. Namun dikelilingi pria-pria berbadan besar dan banyak membuat usahanya sulit berhasil.
"Ini ade saya bang udah dibilangin jangan main malem-malem," ucap pria dengan ikat kepala ke penjual kapas. Penjual kapas itu mengangguk paham lalu tersenyum.
🐾🐾🐾🐾
Rakha menyipitkan matanya dan, DEG!
Ia melihat boneka besar yang tergeletak di jalanan, ia pun segera mendekatinya.
"Ini yang tadi dibawa Cella," gumamnya sambil mengambil boneka itu.
"Bang, tadi liat perempuan yang bawa boneka ini gak?" tanya Rakha ke penjual permen kapas di dekat jalan itu.
"Iya-iya, yang agak kecil itu kan? Masih muda?" jawab penjual itu.
"Iya bang, temen saya kemana ya? Kok bonekanya ditinggal?" tanya Rakha panik.
"Loh? Mas temennya? Tadi dia sempet cerita sih lagi kepisah sama temennya. Terus tiba-tiba dia minta saya nunggu soalnya ada suami sama anaknya yang dikit lagi sampe. Tapi gak lama dateng gerombolan laki-laki. Saya kira mereka temen atau kakaknya. Soalnya ketawa kenceng gitu temen-temennya. Eh abis itu salah seorang dari mereka bilang kalo itu adiknya," jelas penjual itu.
"Hah? Terus pergi ke arah mana bang? Tau gak?" tanya Rakha dengan muka panik.
"Ke sana tadi mereka," tunjuk pedagang itu.
Rakha berterimakasih sambil berlari membawa boneka Cella. Ia berdoa agar perempuan itu tidak apa-apa, kalau sampai Cella terluka, dirinya lah orang yang pantas disalahkan.
"Cell, semoga gue gak telat," batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?