"Kamu?" Cella terkejut saat melihat lelaki itu memayungi dirinya di tengah hujan yang cukup deras.
"Udahan mainnya ya?" tanya lelaki itu.
Cella menggeleng, "Kamu gatau seberapa seneng aku bisa kayak gini lagi semenjak bolak-balik ke rumah sakit."
"Tapi nanti lo sakit. Udah ya?" pinta lelaki itu lagi.
Cella terdiam sejenak lalu senyumnya perlahan terbit. "Tapi traktir ya? Laper nih," ucapnya sambil tersenyum lebar.
.
.
.
.Kini mereka berdua sudah duduk di dalam restoran cepat saji. Pesanan mereka berdua pun sudah berada di mejanya.
"Cell?" panggil lelaki itu.
Cella hanya berdeham.
"Masih belum inget apa-apa?" tanya lelaki itu.
"Belum. Lagian aku percaya masa lalu aku pasti indah. Buktinya di sekeliling aku isinya orang baik. Ada mama, kamu, Niko, Dokter Riza," jawab Cella sambil tersenyum lebar.
"Selamanya gue akan ada di deket lo," ucap lelaki itu sambil memegang tangan Cella.
"Aku berharap gitu. Aku udah doa sama Tuhan," balas Cella pelan.
Tiba-tiba percakapan mereka terhenti saat seseorang menghampirinya.
"Permisi, disini ada kursi kosong?" tanya perempuan itu.
"Ah, iya ada mari aku bantu. Kenalin aku Cella," ucap Cella ramah.
"Sorry, nama kamu Cella?" tanya perempuan itu.
"Iya mba," jawab Cella.
"Ehm, boleh tau nama lengkapnya?" tanya perempuan itu lagi.
"Eh? Nama aku Cella Anastasya. Ada apa ya mba? tanya Cella sopan.
"Aku Bella. Kamu gak inget?" tanya Bella antusias.
"Bella?" ucap Cella bingung.
"Halo, maaf tapi temen gue sekarang lagi amnesia jadi maaf banget kalo dia gak ngenalin lo," ucap Bagas yang mengerti situasi.
"Emm, kamu temen aku?" tanya Cella pelan.
Bella mengangguk, "Gimana kabar kamu?"
"Baik-baik aja kok. Kamu?" tanya Cella riang.
"Semenjak kecelakaan hidup aku gak baik-baik aja," lirihnya.
"Eh? Maaf-maaf aku gak sengaja bikin kamu sedih," cicit Cella.
Bella tersenyum, "Gapapa."
"Oh iya, kamu disini sendiri? Gabung aja yuk sama kita. Boleh kan Bagas?" tanya Cella.
"Enggak, aku sama Rakha. Dia lagi antri mesen kayaknya. Gak tau aku gak bisa liat apa-apa jadi mending aku duduk aja. Kamu bisa liat Rakha masih antri apa enggak Cell?" Bella menggerak-gerakan bola matanya namun nihil, ia tidak dapat melihat apapun selain kegelapan.
"Hah? Rakha? Yang mana ya?" tanya Cella celingukan
"Iya dia masih antri bentar lagi kesini," balas Bagas.
"Eh? Kamu juga kenal Rakha? Siapa nama kamu?" tanya Bella.
"Bagas. Iya gue pernah ketemu dia," jawab Bagas.
"Oh iya? Dimana?" Bella bertanya lagi namun tiba-tiba suara seseorang memanggilnya.
"Bella, maaf ya lama. Kamu ngobrol sama siapa?" tanya Rakha yang tiba-tiba sudah berada di meja itu. Posisi Cella dan Bagas membelakangi Rakha sehingga laki-laki itu tidak mengenalinya.
"Rakha, kamu dimana? Sini-sini duduk. Kita gabung sama Cella dan Bagas aja, yuk!" ucap Bella antusias.
Rakha menegang, saat ini dirinya sudah duduk di sebelah Bella, ia berhadapan langsung dengan Cella dan Bagas.
Cella tersenyum, "Oh kamu Rakha ya? Tadi Bella kesini sambil nunggu kamu antri."
"Eh?" Rakha mengernyitkan dahinya.
"Dia amnesia," ucap Bagas pelan.
"Cell?" panggil Rakha pelan. Raut mukanya penuh kebingungan.
"Ayo kita makan! Makanannya udah lengkap semua kan? Aku udah laper banget tau!! Sabar ya sayang..." Cella sedikit menaikkan suaranya sembari mengelus perutnya.
"Lo... Lagi hamil?" tanya Rakha terkejut.
"Ha? Enggak kok. Aku cuma lagi memberi semangat ke para cacing yang ada di perut aku." Cella menyengir.
Mendengarnya Bella tertawa dan Bagas hanya menggeleng. Sementara Rakha terdiam sembari menatap Cella yang sedang tertawa lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?