"Nih Cell," seru Bagas membuyarkan lamunan Cella. Ia memberikan makanan yang mereka pesan.
"Thanks," balas Cella.
Keduanya masih terdiam sambil menikmati makanan masing-masing.
"Gue gapapa kok kalo harus make topeng ini," ucap Cella tiba-tiba sambil menunjukkan wajahnya.
Bagas menoleh, "Lo denger?" tanyanya sambil menyipitkan matanya.
"Hmm, semuanya," jawab Cella sambil tetap melanjutkan makannya.
"Jadi tadi pura-pura tidur?" Bagas kembali makan sesekali melirik ke arah Cella.
"Hmm, awalnya. Tapi lama-lama gue ngantuk beneran. Bahu lo kasurable banget sih." Cella terkekeh sambil menyeruput minumnya.
"Ck, kasurable?" Bagas mendengus geli mendengarnya.
"Lagian pake topeng ini capek. Butuh energi, tidur sama makan yang banyak. Makanya lo harus sering-sering traktir gue," lanjut Cella.
Setelah perkataan terakhir Cella, keduanya saling diam. Sampai di perjalanan pulang pun keduanya masih terdiam.
"Thanks ya, yang tadi lupain aja," ucap Cella sambil memberikan helmnya.
"Lupain yang mana?" tanya Bagas datar.
"Semuanya. Hati-hati lo baliknya," balas Cella sambil membalikkan tubuhnya, namun seketika tangan Cella ditahan oleh Bagas.
Bagas menatap Cella dengan raut wajah datarnya, "Kalo lo mau lupain semua yang tadi gapapa, tapi gue bakal terus inget itu semua."
"Ck, ribet." Cella berdecak malas.
Bagas segera mendekap tubuh Cella, gadis itu awalnya memberontak namun lagi-lagi kalah dengan hatinya.
"Gue akan selalu ada buat lo, Cell." ucapnya.
"Jangan asal ngasih janji nanti gak bisa lo tepatin," ucap Cella dengan nada datar.
Bagas semakin mengeratkan pelukannya.
"Lo boleh make topeng itu ke siapapun asal gak pas sama gue," ucap Bagas pelan.
Cella tidak membalas perkataan Bagas. Ia sibuk menatap bintang di langit.
"Kalo lo mau anggep gue cowok brengsek silakan. Gue juga gak pernah asal meluk, cewek gue aja gak pernah. Tapi gue gatau, rasanya nyaman kalo sama lo," ucap Bagas kembali.
Cella terkekeh pelan, "Lo barusan nembak gue?" Cella memejamkan matanya.
Bagas diam tak menjawab.
"Makasih, lo udah nawarin dan ngasih gue kupon lo itu. Gue pikir pasti suatu saat bakal ada gunanya. Jujur aja gue juga nyaman sama lo. Mungkin karena sekitar gue cuma mau manfaatin gue doang. Kalo lo? Gue belum tau sih motivasi lo apa baik gini ke gue." Cella terdiam sebentar.
"Asal lo tau. Dipeluk atau meluk lo itu adalah satu hal yang bisa bikin gue tenang. Lo itu, kasurable. Kalo mau egois gue pengen banget lo jadi milik gue. Gue gatau ini hal yang namanya cinta. Gue ngerasa karena lo satu-satunya makanya gue gak mau kehilangan lo." Cella mengakhiri pernyataannya dan melepas pelukan Bagas.
Cella menatap mata Bagas yang sedari tadi hanya diam.
"Gue tau semua perhatian yang lo kasih ke gue. Susu coklat dan roti yang waktu itu juga thanks banget. Lo selalu ada pas gue lagi gak kuat make topeng ini. Tapi gue gak bisa terus-terusan kayak gini ke lo. Lo punya Salsa dan gue gak mau di cap perebut pacar orang. Gak level banget ih!!" kekeh Cella.
"Gue juga gak nganggep lo suka sama gue. Gue malah ngerasa kalo itu cuma wujud kasian lo ke gue karena belum sempurna pake topeng ini. Makanya, jangan bikin gue jadi makin lemah karena ada lo," lanjutnya.
"Cell, kalo gue bilang itu bukan rasa kasihan lo percaya?" Kini Bagas mulai bersuara.
"Terus kalo bukan, apa?" tanya Cella.
"Sayang." Bagas membalasnya cepat.
Cella hanya diam sambil memasang wajah datar tanpa ekspresi.
"Kupon itu biar gue bisa deket sama lo. Tau lebih banyak dan kenal sama lo. Karena gue tau, lo selalu sembunyiin perasaan asli lo di depan orang-orang," jelasnya.
"Lo gak usah takut keliatan lemah, karena orang-orang yang sayang sama lo bakal bantu buat nguatin lo," lanjutnya.
Cella tersenyum sesaat lalu kembali menatap wajah Bagas.
"Makasih. Gue bersyukur kalo ada orang yang tulus sama gue. Sekarang mending lo pulang, udah malem banget ini. Hati-hati lo di jalan. Gue masuk duluan yaa, bye kasurable!" ucap Cella sambil tertawa.
Bagas diam dan hanya mengangguk. Ia kembali menaiki motornya dan melaju cepat. "Sial, topeng lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?