"Cella, ayo kita ke rumah sakit ya?" bujuk Nova. Pasalnya malam ini Cella sudah muntah darah untuk yang keempat kalinya setelah menghabiskan waktu bersama Bagas. Hanya sebentar ia menghabiskan waktu dengan Bagas, karena tiba-tiba Cella merasakan sakit yang amat sangat di bagian perutnya sehingga ia meminta Bagas untuk mengantarnya pulang.
"Mama rumah sakit terus. Aku cuma butuh tidur aja nanti juga sembuh kok," ucap Cella lemah.
"Mama hubungin Dokter Riza dulu deh. Kamu istirahat ya, kalo ada apa-apa langsung telepon mama gak perlu teriak apalagi keluar kamar," ucap Nova lalu pergi meninggalkan kamar Cella.
.
.
.
.
Suara hentakan kaki berlarian mengisi kesunyian malam di lorong ruang UGD. Tepat pukul satu dini hari, Cella dilarikan ke rumah sakit saat Nova menemukan Cella pingsan dengan mulut yang terus mengeluarkan darah. Tubuhnya juga semakin pucat dan dingin.
Setelahnya, Nova segera menghubungi Niko untuk memberi kabar mengenai kondisi Cella. Niko yang menerima kabar itu segera menghubungi Bagas dan Rakha, namun Rakha tidak dapat dihubungi. Alhasil sekarang Niko dan Bagas tengah berada di depan ruang UGD menemani Nova.
"Maaf tante, kayaknya Cella kecapean karena pergi sama saya tadi," lirih Bagas.
"Bukan nak Bagas, beberapa hari ini dia memang pucat dan juga enggak teratur minum obat. Tante sering marahin dia tapi dia memang keras kepala," ucap Nova lemah.
Niko bergerak mendekati Bagas dan Nova. "Rakha otw kesini sama Bella," ucapnya.
Bagas hanya berdeham sementara Nova tidak berhenti berdoa berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya.
"Ayo Cell, kuat!! Hari ini novel lo terbit. Lo gak mau tanda tanganin novel lo yang dibeli sama orang-orang?" batin Niko.
Keheningan terhenti saat Rakha dan Bella juga kedua orangtua Bella datang.
"Tante," sapa Rakha sambil menyalami Nova.
"Gimana keadaan Cella?" tanya Bella.
"Belum ada kabar," jawab Niko pelan.
"Sabar ya bu, saya harap anak ibu dapat kembali pulih," ucap Meri sambil memeluk Nova.
"Saya turut prihatin ya bu," lanjut Bram.
Nova mengangguk pelan lalu mengucapkan terima kasih.
"Bella, ayo nak sekarang kamu siap-siap masuk ke ruang operasi," ucap Meri.
"Tante Nova, Bella pergi dulu. Bella berdoa supaya Cella gak kenapa-napa," ucap Bella sambil memeluk Nova.
"Terima kasih Bella, semoga operasi kamu juga lancar ya nak," balas Nova sambil tersenyum tipis.
"Saya mau temani Bella dulu tante, nanti saya kesini lagi," pamit Rakha yang dibalas anggukan oleh Nova.
Satu jam berlalu, masih belum ada tanda-tanda bahwa penanganan Cella telah selesai.
"Tante, ini diminum dulu airnya," ucap Niko sambil menyerahkan sebotol air mineral ke Nova.
"Terima kasih nak Niko," senyum Nova tipis.
Seketika Bagas mendekat ke arah pintu UGD saat dirinya melihat lampu operasi telah dimatikan. Hal itu membuat Nova dan Niko reflek berjalan mendekat ke depan pintu juga.
Ckleek
Pintu UGD terbuka menampilkan Dokter Riza yang tengah menurunkan maskernya.
"Bagaimana kondisi Cella, Dok?" tanya Nova.
"........"
"Dok?" tanya Bagas.
"Maaf, kami sudah berusaha semampu kami. Namun, kondisi hatinya sudah rusak total," ucap Dokter Riza lirih.
"Dok, jangan becanda! Cella kuat! Gak mungkin dia...." Nova histeris dan pingsan sebelum menyelesaikan ucapannya.
Bagas dan Niko segera membawa Nova ke ruang ICU. Setelah itu mereka bersama memasuki ruang dimana Cella terbaring.
Niko melangkah gontai mendekati bangkar, "Ini alasan lo bikin acara waktu bersama lo? Lo pasti udah tau waktu lo kan?" lirihnya.
Sementara Bagas terdiam. Mengamati sosok perempuan yang tengah tertidur penuh damai. Pikirannya berkelana mengingat setiap momen yang dilewati bersama. Kini perempuan itu telah pergi tanpa merasakan sakit lagi seperti semasa hidupnya.
"Perempuan sok kuat, pemakai topeng yang sempurna, baik, pintar, keras kepala. Sekarang lo udah gak ngerasain sakit lagi kan? Bahagia ya di alam sana. Gue bakal selalu doain lo!" ucap Niko sendu.
"Gue gak nyangka secepet ini Cell, kita baru aja ketemu, baru aja bisa ketawa bareng lagi. Tapi ternyata Tuhan sayang banget sama lo. Sekarang, gue cuma bisa doain lo biar lo tenang dan bahagia di alam sana. Gue seneng lo gak ngalamin sakit lagi, walaupun gue sedih banget lo harus pergi." Bagas menggenggam jemari Cella. Air matanya berlinang namun tidak ia hiraukan.
"Ayo, kita kabarin Rakha sama Bella. Kita juga harus cek tante Nova dan nenangin dia," ucap Niko.
Bagas memandang wajah Cella lalu menghapus air matanya kasar. " Ayo," ucapnya kemudian melepaskan genggaman tangannya pada Cella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?