Break?

28 8 0
                                    

"Dia spesial banget ya? Sampe bisa bikin seorang Rakha kayak gini?"

Bella menyesap sedikit minumannya. Rasa kecewa tidak dapat ia bendung lagi setelah kejadian hari dimana ternyata Rakha menemani Cella tanpa memberi kabar ke Bella. Alhasil perempuan itu menunggu kedatangannya sampai larut malam karena hari itu mereka akan mengadakan anniversary. Namun, lelaki yang ditunggu tak kunjung datang bahkan tidak memberi kabar.

Rakha menerawang mengingat kembali semua hal tentang perempuan yang berhasil membuat dirinya linglung seperti saat ini.

"Aku juga gak ngerti, Bell." Rakha menghela napas dengan kasar.

"Awalnya aku cuma pengen nge catch dia biar gak asing sama angkatan. Lama-lama aku tau sifat dan masalahnya. Itu yang bikin aku makin lama makin tertarik. Aku minta maaf, Bell."

"Jadi?" Pertanyaan Bella menggantung. Bibirnya tertahan untuk menanyakan perihal kelanjutan hubungannya.

"Bell, Cella sakit," ucap Rakha dengan wajah sendunya.

Bella menyandarkan punggung di kursi. Dirinya sama sekali tidak mengerti pikiran kekasihnya ini.

"Terus? Aku ini lagi ngomongin masalah kita berdua. Aku dan kamu, tanpa dia. Ngertiin, Ka!" teriak Bella frustasi.

"Cella sakit, organ hatinya rusak," ucap Rakha cepat.

"Hah? Kok bisa?" Bella terkejut saat mendengar kondisi Cella.

"Inget waktu malam pelepasan, habis nyanyi terus dia pingsan?" tanya Rakha pelan.

Bella mengangguk.

"Hari itu, hari dimana kamu marah sama aku. Hari dimana aku tau penyakitnya dan hari dimana dia koma tanpa ada keluarga dan temen di sampingnya," ucap Rakha.

"Kamu bisa bayangin gak perasaan aku ada di posisi kayak gitu? Aku bingung harus ngapain, takut pas dia koma, sedih ngeliat Cella sakit berat tapi dia sembunyiin itu semua," lanjutnya.

Bella hanya menatap wajah Rakha tanpa mengucap kata sepatah pun. Hatinya sesak, bahkan tanpa terasa kini air mata telah menetes di pipinya.

"Bell, kasih aku waktu buat mikirin ini semua," pinta Rakha sambil menggenggam tangan Bella.

"Gak perlu. Dengan lo bikin gue nunggu tanpa kepastian sampe larut malam aja udah jelas jawaban hati lo milih siapa?" Bella menjauhkan tangannya dari Rakha lalu mengusap aircmatanya dengan kasar.

Rakha tersentak saat Bella memakai kata "lo" untuknya.

"Bell? Tolong kasih aku waktu. Aku lagi gak bisa mikir jernih sekarang ini," lirihnya.

Bella segera beranjak dari kursinya tanpa menggubris permintaan Rakha. Sudah cukup ia menyakiti hatinya dengan mendengar segala perasaan dari laki-laki di hadapannya.

"Bell!!" panggil Rakha

Bella berlari keluar dari kafe dengan airmata yang terus mengalir tanpa permisi. Hatinya nyeri mengingat masalah yang hadir dihubungannya saat ini.

"Bella! Kamu jangan lari-lari gitu!!" teriak Rakha.

Bella semakin mempercepat langkahnya, saat ini ia tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang sukses membuat perasaannya hancur. Sampai tiba-tiba terdengar suara yang begitu kencang memekakkan telinganya, diiringi rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Bella mengerjapkan mata beberapa kali namun matanya semakin berat untuk terbuka. Samar-samar ia melihat wajah Rakha di hadapannya. Wajah dengan raut cemas penuh keringat itu beberapa kali meneriakkan namanya. Sampai tiba-tiba semua berubah menjadi gelap.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang