Rakha mengetuk pintu ruangan lalu membuka pintu.
Dari depan pintu ia melihat seorang perempuan yang sedang duduk membelakanginya lengkap dengan pakaian pasien.
"Siapa?" tanya perempuan itu dengan nada lembut dan lemah.
Rakha segera menutup pintu dan terus berjalan tanpa melepaskan pandangannya dari perempuan itu.
"Halo? Yang baru dateng siapa?" tanya perempuan itu lagi.
Tanpa mengucap satu patah kata, Rakha memeluk perempuan itu dari belakang. Mendapat perlakuan mendadak seperti itu ditambah tidak mengetahui siapa yang melakukannya membuat perempuan itu terkejut dan meronta agar dapat terlepas.
"Lepas!! Jangan kurang ajar ya anda! Tolong!!!" teriak perempuan itu sembari terus meronta.
"Maaf," ucap Rakha lemah.
Mendengar suaranya sontak saja tubuh perempuan itu menegang, ia tidak lagi meronta. Tatapannya semakin kosong dan bahunya kini bergetar.
"Maafin aku Bell." Dekapan Rakha semakin kuat karena pundak Bella bergetar naik turun. Ya, perempuan itu kini tengah menangis.
"Aku cacat!!" isaknya.
Hati Rakha semakin perih mendengar nada putus asa dari perempuan yang masih singgah di hatinya. Ia segera membalikkan tubuh Bella agar menghadap ke arahnya.
"Sayang... Aku minta maaf sama kamu, ini semua karena aku. Kalo aku gak bikin kamu marah, kamu pasti gak menderita kayak gini." Rakha memegang kedua pipi Bella. Suara Rakha bergetar.
"Ini bukan salah kamu, aku yang gak hati-hati," ucap Bella tersenyum tipis.
"Bella aku gak mau putus sama kamu. Aku gak setuju omongan kamu yang waktu itu." Rakha berkata pelan sembari merapikan anak rambut Bella.
"Enggak, Ka. Kamu bisa dapetin yang lebih dari aku. Yang normal gak kayak aku,cacat!" ucap Bella pelan.
Mendengar itu Rakha segera memegang kedua tangan Bella, "Aku sayang sama kamu. Mau kamu cacat atau normal, aku cuma mau kamu!" tegasnya.
"Cella?" tanya Bella pelan.
Pertanyaan itu sukses membuat Rakha tertegun.
"Terakhir kali pembicaraan kita, kamu ngakuin kalo kamu punya rasa kan sama dia? Terus kamu mau bikin hati dua perempuan sakit?" tanya Bella dengan nada bergetar.
Rakha masih memegang tangan Bella dan tidak bergeming.
"Aku koma. Selama itu aku mimpi ketemu dia," ucap Bella dengan tatapan kosongnya.
"Dia ada disana tapi dia gak ngasih tau kenapa, tapi yang aku tau dia pasti lagi gak baik-baik aja. Dia bilang dia suka di alam tempat aku sama dia ketemu karena di dunia ini dia gak ada alasan lagi buat pulang," lanjutnya.
Rakha masih diam mendengarkan perkataan Bella. Antara percaya atau tidak tentang pertemuan dua perempuan itu di alam bawah sadarnya.
"Ka, boleh aku pegang wajah kamu?" tanya Bella.
Rakha mengangguk namun Bella tidak akan bisa melihatnya. Lalu ia menuntun kedua tangan Bella agar tepat di wajahnya.
Bella tersenyum, diusapnya bagian wajah Rakha seakan ingin selalu mengingat detail wajah lelaki itu.
"Kamu sayang sama aku?" tanya Bella kembali.
"Selalu," jawab Rakha tegas.
Mendengar itu Bella tersenyum, "Kamu janji mau lakuin apa aja demi aku?" tanyanya lagi.
Tanpa berpikir lagi Rakha mengangguk. Bella dapat mengetahuinya karena kedua tangannya masih memegang wajah Rakha.
"Aku mau kamu jadi alasan Cella untuk bertahan," ucap Bella sambil tersenyum.
"Maksud kamu?" Rakha mengernyitkan dahinya karena tidak mengerti dengan perkataan Bella barusan.
"Cella gak punya alasan untuk kembali ke dunia ini selain mamanya. Aku mau kamu jadi alasan kedua kenapa Cella harus kembali dan bertahan di dunia ini," jelas Bella sembari tersenyum. Kali ini tangannya mengusap rambut lelaki di hadapannya dengan lembut.
"Bell, aku..." Perkataan Rakha terpotong oleh Bella.
"Aku mohon lakuin apa yang aku pinta tadi," ucap Bella.
"Kenapa?" tanya Rakha cepat.
"Aku mau kita semua bahagia," jawab Bella. Tepat di saat itu, kedua orangtua Bella datang dan segera menghampiri Bella.
"Om Bram, tante Meri," sapa Rakha sopan.
Tante Meri tersenyum lalu segera menghampiri Bella, sementara Om Bram menghampiri Rakha.
"Terima kasih Rakha kamu terus menjaga Bella selama kami tidak disini," ucap om Bram.
"Udah tugas saya om. Maaf karena insiden kemarin," ucap Rakha sendu.
"Tidak apa Rakha, nanti om dan tante akan mengusahakan pengobatan sampai Bella bisa kembali pulih," balas Om Bram sambil tersenyum menepuk pundak Rakha.
"Kalau begitu, aku keluar dulu ya. Biar om sama tante puas temu kangennya," ucap Rakha pelan dan dibalas dengan anggukan dari Om Bram.
Rakha berjalan keluar tepat saat ia memegang gagang pintu Bella memanggilnya.
"Rakha, jangan lupa!" ucap Bella sambil tersenyum.
Rakha hanya menatap Bella sendu, "Aku keluar dulu ya, Bell," pamitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?