Dia yang Masih Tertidur

91 31 0
                                    

"Sayang, kamu jangan capek-capek dulu dong," keluh Nova yang saat ini sudah beberapa kali mengingatkan Cella untuk istirahat.

"Ck, tenang aja, ma. Ini juga bentar lagi selesai " decak Cella tanpa melepaskan pandangannya dari laptop yang ada di pangkuannya.

Sudah tiga hari semenjak keajaiban itu datang, saat Cella sadar dari tidur panjangnya. Nova tidak berhenti menangis dan terus memanjatkan doa syukur kepada sang pencipta yang memberikan kekuatan untuk anak semata wayangnya.

"Kamu lagi ngerjain apa sih?" tanya Nova penasaran, ia mendekat ingin melihat layar laptop Cella.

Cella segera menjauhkan laptop itu dari jangkauan Nova, "Ish, entar aja kalo udah selesai mama juga bakal tau kok. Tunggu aja."

Ckleek

"Assalamualaikum tante," sapanya.

"Waalaikumsalam, eh nak Rakha," sahut Nova tersenyum.

Pandangan Cella masih berkutat pada layar laptopnya dengan jari-jari yang mengetuk-ngetuk keyboard.

"Gimana kabar lo Cell?" tanya Rakha mendekat.

"Baik," jawab Cella acuh.

"Cella," Nova memperingatkan.

Kali ini Cella menghentikan aktivitasnya, lalu menatap datar lelaki di hadapannya.

"Mau apa?" tanya Cella dengan nada datar.

"Kalo gitu mama mau pulang dulu ya, Rakha tante titip Cella sebentar ya?" Nova berucap sembari mengambil tasnya.

"Ma!!" rengek Cella.

"Iya tante," sahut Rakha.

Cella dan Rakha mengeluarkan suaranya bersamaan.

Nova yang mendengarnya menahan tawa, "Yaudah mama pergi dulu, Cella istirahat jangan bandel."

"Ish!" Cella merengut kesal.

Hening di antara keduanya. Cella memandang langit malam yang terpampang di jendela ruangnya.

"Cell?" panggil Rakha.

Cella hanya membalasnya dengan dehaman.

"Kenapa lo berubah dingin lagi ke gue? Gue ada salah?" tanya Rakha langsung.

"Lo gak ada salah," balas Cella cuek.

"Terus? Kenapa gue ngerasa lo jaga jarak sama gue?" Rakha mengamati ekspresi Cella.

"Karena gue harus bisa tanpa lo, begitu pun sebaliknya," jawab Cella sambil membalas tatapan Rakha padanya.

Rakha pun mengernyitkan dahinya.

"Gimana kabar Bella?" tanya Cella.

Rakha menggelengkan kepalanya pelan, "Sampe sekarang dia masih belum sadar."

"Lo gak nungguin dia?" tanya Cella kembali.

"Gue selalu ganti-gantian kok dari ruangan lo sama dia," jawab Rakha pelan.

"Ck, thanks," ucap Cella.

"Gak usah terima kasih. Udah kewajiban gue buat bantu lo," balas Rakha sambil tersenyum.

Cella mengetahui jika saat itu Rakha memilih untuk mendonorkan darah untuk dirinya. Awalnya ia marah dengan tindakan Rakha. Namun, ia juga harus bersyukur karena darah itulah yang telah membantunya selamat dari maut.

"Rak, gue mau ke ruangan Bella sekarang. Please !" pinta Cella sambil menggoyangkan tangan Rakha.

Rakha meliriknya, "Lo masih harus istirahat, Cell."

"Bentar aja Rak, gue pake kursi roda deh," bujuk Cella.

Rakha berpikir sejenak, "Hmm, oke. Sebentar aja ya."

Cella tersenyum tipis, "Thanks, Rak."

.

.

.

.

Disini lah mereka sekarang berada. Di ruang rawat seorang perempuan yang belum juga bangun dari tidur panjangnya.

"Bell, kok lo belum bangun?" tanya Cella sembari memegang tangan Bella.

"Padahal lo yang pengen banget balik kesini kan? Gue tau lo pasti gak betah banget disana kan? Apalagi gak ada gue," kekeh Cella.

Rakha hanya mendengarkan pembicaraan perempuan dihadapannya. Dirinya ingin bertanya namun ia urungkan.

"Bell, ayo berdoa biar lo bisa segera kembali kesini. Disini semua pada nungguin dan khawatir sama lo. Ada orangtua lo, temen-temen, Rakha, dan gue juga," lanjut Cella.

"Ayo Bell, jangan nyerah. Gue punya hadiah buat lo." Kali ini Cella mengucapkannya sambil berbisik di telinga Bella.

Cella melihat airmata mengalir di sudut mata Bella. "Tuh Rak, lo harus sering ngajak ngobrol kayak gini. Biar dia cepet bangun," ucapnya sambil menghapus air mata Bella.

Rakha memandang Bella lalu mendekat, "Bell, ayo bangun. Maafin aku."

Cella tersenyum tipis. Sudah seharusnya ia tidak hadir di antara dua insan di hadapannya ini. "Rak, gue mau ngobrol bentar sama orangtuanya Bella. Lo disini aja."

Rakha hanya menatap sambil mengangguk pelan.

Cella pun segera menggerakkan kursi rodanya dan keluar dari ruangan.

Setelah kepergian Cella, Rakha fokus menatap wajah pucat perempuan di hadapannya.

"Bell, kamu masih marah banget ya sama aku? Sampe kamu gak mau bangun-bangun," lirihnya.

"Aku janji aku akan selesain semua masalah ini. Kamu cepetan bangun yaa." Rakha mencium kening Bella.

Cklekk

"Rak, gue udahan," ucap Cella.

"Oke," balas Rakha lalu mereka beranjak keluar dari ruangan.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang