Ingat Tuhan!

95 34 20
                                    

"Cella masih mual?" tanya Nova cemas.

"Enggak kok, tadi karena aku tuh bosen makanan disini gak ada yang pedas." Cella mengerucutkan bibirnya sebal.

"Ck, lo kan sakit Cella cantik," sahut Niko geram. Ia jengah melihat sikap Cella yang kuat. Dirinya yakin ini pertanda kondisi tubuh Cella semakin menurun.

"Ma, aku mau pulang. Ya? Ya? Ya?" rengek Cella.

Nova terdiam. Sejujurnya dirinya juga bimbang mengingat tagihan biaya rumah sakit yang tiap hari semakin meroket namun, dirinya juga menginginkan kesehatan Cella segera pulih.

"Ma, aku tuh udah baikan. Tanya aja dokter Riza. Iya kan, dok?" ucap Cella berusaha meyakinkan mamanya.

"Hmm. Cella harus sering-sering diawasi, dijaga pola makan dan istirahatnya dan..." ucapan Dokter Riza terhenti kala melihat tingkah Cella.

"Tuh, ma!! Yey pulang!! Akhirnya aku bisa menghirup udara rumah. Terbebas dari Dokter ganteng tapi nyebelin tukang perintah. Wooooo!!" seru Cella. Dirinya kini sudah menggerakkan seluruh bagian tubuhnya dari kepala sampai kaki sampai membuat ranjang rumah sakit sangat amat berantakan.

"Pppffftt..." Niko menahan tawanya.

"Cella, jangan gerak-gerak kayak gitu." Nova memperingatkan sambil mengambil selimut yang jatuh ke lantai karena ulah anak semata wayangnya.

"Hehe... Ayo ma, kita pulang. Niko, ayo!" seru Cella kembali.

"Dok, apa benar tidak apa?" tanya Nova memastikan.

Dokter Riza menatap ke arah Cella. Sementara gadis itu membalasnya dengan senyum yang sangat lebar. Akhirnya Dokter Riza mengangguk pelan, "Tolong harus benar-benar dijaga dan diperhatikan." peringatnya.

Cella maju mendekati sang dokter, lalu ia merentangkan kedua tangannya.

"Terima kasih, saya sangat amat menghargai setiap usaha dan sikap Dokter kepada saya. Saya beruntung telah dipertemukan dengan Dokter seperti anda," ucap Cella sambil memeluk dokter Riza.

"Saya juga beruntung dipertemukan dengan pasien seperti kamu. Banyak pelajaran yang dapat saya ambil dari sikap kamu. Jaga diri dan hubungi saya segera jika kamu merasa kondisi kamu tidak fit," balas Dokter Riza sambil memeluk dan mengusap rambut belakang Cella.

"Hiks... Eh kok gue sedih ya?" celetuk Niko dengan mata berkaca-kaca.

Pelukan Cella dan Dokter Riza terlepas. Sekali lagi Cella menatap mata Dokter Riza lalu tersenyum, "Dok, saya pamit," ucapnya.

.

.

.

.

Kini mereka telah sampai di rumah Nova.

"Makasih ya nak Niko, tante sama Cella udah bikin kamu repot terus," ucap Nova sambil memberikan segelas minuman dingin dan beberapa cemilan.

"Aduh tante, iya sama-sama. Saya ikhlas kok. Tante udah bilang makasih dan maaf berapa kali coba semenjak keluar dari rumah sakit," balas Niko sambil terkekeh.

Nova tetap tidak enak hati karena Niko membantu pembayaran biaya rumah sakit Cella ditambah kini ia dan anaknya sampai di rumah karena Niko yang bersedia mengantar mereka dengan mobilnya.

Cella yang baru saja keluar dari kamarnya segera duduk di sebelah Nova.

"Udah bersih-bersih badan?" tanya Nova.

Cella mengangguk cepat. Lalu matanya memandang ke arah Niko.

"Yaudah mama mau istirahat di kamar dulu ya. Kalau ada apa-apa cepet kasih tau mama," ucap Nova sambil mengelus kepala Cella.

"Siap! mama tidur aja gapapa," balas Cella melihat mamanya sambil tersenyum.

Kini dua orang itu duduk dan terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Nanti aku ganti walaupun kayaknya gak bisa langsung lunas ya," ucap Cella pelan.

Niko tersenyum, "Gausah, gue kan udah bilang gue ikhlas bantu lo."

"Makasih ya," gumam Cella sambil tersenyum.

"Umm.. Cell?" panggil Niko.

Cella hanya menatap Niko.

"Lo.... Gapapa?" tanya Niko pelan. Sejujurnya ia masih bingung dan mempunyai banyak pertanyaan mengenai kondisi dan sikap gadis itu."

"Aku? Gapapa kok. Emang kenapa?" tanya Cella bingung.

"Yaa, gapapa. Cuma mau ingetin lo bisa cerita apapun ke gue. Gue stand by dua puluh empat jam buat lo!" Niko terkekeh lalu terbatuk saat serangan bantal sofa mendarat di wajahnya.

"Heh! Terus mana waktu untuk Tuhan yang udah bikin kamu hidup dan nikmatin dunia ini?" tanya Cella melotot.

"Eh? Ehehehe..." Niko memasang ekspresi konyolnya.

"Kamu harus inget Tuhan karena dia yang bikin hidup kamu bahagia," ucap Cella lalu meminum air putihnya.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang