Hari ini Cella mood Cella sedang berada dalam titik terendah alias bad mood sehingga dirinya memilih untuk bersandar di taman belakang sekolah sendirian.
"Aaargghh!!" teriaknya.
Sejak pagi ia merasa teman-teman di kelasnya mulai berbeda. Belum lagi gosip entah darimana yang mengatakan dirinya sebagai orang ketiga diantara hubungan Salsa dan Bagas. Hal ini membuat mood Cella semakin memburuk.
Cella memasang earphone dan menyandarkan tubuhnya di pohon mangga besar disampingnya.
"Gila, capek gue," keluhnya.
Ia mencoba memejamkan mata. Mengistirahatkan sejenak pikiran dan matanya yang lelah.
Byuuur!!
Cella segera terbangun saat tubuhnya mendadak basah.
"Anjir!! Apaan nih?" umpatnya sambil melihat sekelilingnya. Seketika dirinya terkejut saat melihat Salsa, Yaya, dan Wafa berdiri sambil tersenyum.
Cella hanya menghembuskan napasnya kasar. Hal seperti ini pasti lambat laun akan terjadi karena gosip itu.
"Anggep ini peringatan pertama dari gue!" seru Salsa.
Cella hanya mengepalkan tangannya sambil menatap tajam Salsa.
"Lo denger. Lo dibanding gue gak ada apa-apanya. Bagas gak bakal ngelirik cewek murah kayak lo kalo lo gak lenjeh duluan ke dia!" lanjut Salsa sambil melipat tangan di dadanya.
"Ck, berarti maksud lo Bagas kepincut cewek murah kayak gue? Haha... Rendah ya seleranya." Cella tersenyum miring sambil melirik Salsa. Ia menahan mati-matian bau di tubuhnya. Air yang disiram ke tubuhnya tercium seperti air bekas pel dengan bau karbol yang sudah tidak karuan.
Salsa geram. Ia maju dan langsung menarik rambut Cella dari samping, "Sok lo! Gak usah belagu dan macam-macam sama gue!!"
Cella merasa beberapa rambutnya tercabut oleh tangan Salsa, ia pun menahannya sambil meringis. Namun ia tidak membalas. Ia membiarkan Salsa melepaskan amarah kepadanya.
Selesai melepas amarah, Salsa mendorong tubuh Cella sampai kepalanya membentur pohon.
"Ayo cabut!" seru Salsa lalu Wafa dan Yaya pergi mengikuti Salsa.
Cella berdiri sambil memegangi kepalanya yang baru saja terbentur. Ia meringis sebentar lalu berjalan menuju kelas. Tentu saja dengan topeng "I'm fine and always happy!"
Sesampainya di kelas, Cella tanpa menoleh segera mendekati tempat duduknya. Ia membuka tas dan mengambil jaketnya.
"Eh, lo kenapa Cell?" tanya Dilla yang bingung melihat seragam Cella basah kuyup.
Mendengar pertanyaan Dilla, sontak teman-teman yang lainnya ikut memperhatikan Cella. Sementara yang diperhatikan hanya memasang wajah serta cengiran khasnya.
"Bau gak?" tanya Cella sambil mengibaskan tangannya.
Dilla mengangguk.
"Bau karbol. Eh air bekas ngepel ya?" tanya Fanny.
"Haha... Gue abis jatuh tadi pas mang Nas lagi ngepel tu ember ikutan jatuh ke atas badan gue," jelasnya sambil memajukan bibirnya.
Sontak saja teman-temannya tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Bego lu kebangetan Cell, hahaha....." tawa Gisha pecah.
"Dih malu banget gue kalo jadi lu pas jatuh kena air gituan pula," tambah Nisa.
Cella hanya tersenyum, matanya tak sengaja melihat Salsa, Wafa, dan Yaya yang baru saja memasuki kelas.
Cella tersenyum simpul saat melihat ketiga perempuan itu bertindak seperti tidak tau apa-apa.
"Haha... Santai, gue kan orangnya kuat, baik lagi. Yakin deh Tuhan selalu ngelindungin gue," cengir Cella dengan suara agak keras. Lalu ia segera beranjak keluar untuk mengganti seragamnya.
Saat menuruni tangga Cella berpapasan dengan Reza, Bagas, dan Dinno.
"Kenapa lo, Cell?" tanya Reza melihat baju Cella yang basah.
"Ck, jatuh gue tadi. Dah sana minggir ah!" seru Cella sambil mengibaskan tangannya.
"Gak usah ganti. Gitu aja biar keliatan," cengir Dinno dengan wajah tanpa dosa.
"Bangsuy lo! Lagian gue make kaos lagi, jadi gak nembus. Gue bukan cabe-cabean eewhh..." ucap Cella sambil menjitak kepala Dinno.
"Udah ah, gue mau ganti. Gatel-gatel nih entar!!" lanjutnya sambil mendorong pelan bahu Reza dan melanjutkan langkahnya.
Sementara itu Bagas sedari tadi hanya diam memperhatikan gadis itu. Reza yang melihat itu langsung menepuk pundak Bagas.
"Gak usah sok perhatian bangke!" ledek Reza.
Bagas hanya berdecak lalu berjalan mendahului keduanya.
"Cemen ya doi?" ledek Dinno.
Reza tertawa singkat lalu menaikkan bahunya, "Galau kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?