Jadi Gimana?

107 35 1
                                    

"Sorry ya Rak, gue ganggu lo terus."

"Cell, gue gak pernah main-main sama omongan gue yang bilang mau jadi temen lo!" ucap Rakha sambil mengaduk lattenya.

Sore itu Cella menghubungi Rakha untuk meminta pertolongan. Mereka pun bertemu di kafe dekat kampus mereka.

"Rak, gue mau cerita," ucap Cella pelan.

"Cerita apaan?" Rakha bertanya sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Cerita yang belum pernah gue ceritain ke siapapun Rak, tapi kayaknya bakal panjang dan absurd mungkin. Lo mau dengerin?" tanya Cella pelan-pelan, ia takut mendengar respon dari Rakha.

"Daripada pertanyaan lo itu, mungkin sebelumnya gue yang bakal nanya ke lo karena ini penting. Lo yakin mau cerita ke gue?" tanya Rakha sambil memandang intens wajah Cella yang penuh dengan tatapan kosong.

"Gue rasa itu pilihan yang terbaik, gue gak punya siapa-siapa buat diajak cerita. Kasian ya? Haha..." lirih perempuan itu sembari menggelengkan kepalanya pelan.

"Oke, gue mau dan siap dengerin sepanjang apapun." Rakha tersenyum sambil menyesap lattenya.

Cella menatap wajah Rakha seakan butuh kekuatan untuk bisa bercerita di depan orang lain meskipun Rakha sangat menyambutnya dengan baik. Tapi dirinya juga butuh pelampiasan untuk bercerita tentang segala yang ia pendam selama ini. Tentang semua yang ia kunci rapat dari siapapun.

"Hafff..." Tiba-tiba Cella membuang napasnya dengan kasar.

"Lah malah buang napas gitu. Ayo kang mas siap mendengarkan curahan hati seorang wanita jutek yang insyaf." Rakha terkekeh pelan.

"Sialan. Bentar gue siapin hati dulu," balasnya sambil menegakkan punggungnya.

"Berasa gue lagi mau ditembak cewek, segala siapin hati," kekeh Rakha.

"Iya Rak, gue mau nembak lo nih, makanya gue lagi mempersiapkan hati gue. Jadi gimana? tanya Cella dengan wajah datarnya.

DEG!

"Eh? Serius lo?" tanya Rakha tanpa menyembunyikan ekspresi terkejutnya

"Hmm." Cella hanua berdeham.

"Eeh, lo tau kan gue punya Bella?" tanya Rakha pelan-pelan.

"Hmm." Lagi-lagi Cella hanya membalasnya dengan dehaman tanpa mengubah ekspresinya.

Rakha bingung harus memasang ekspresi seperti apa. Akhirnya ia hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya.

Cella yang melihat tingkah konyol Rakha pun tersenyum tipis.

"Bego lo, gak asik!" cibirnya.

"Hah?" Rakha melongo melihat sikap Cella. Perempuan yang barusan menyatakan cinta kepadanya kini malah mengatakan dirinya bodoh.

"Gue bercanda kang mas bego, yakali!! Gue juga tau lo pacar Bella. Lagian gue juga mau cerita hidup gue, bukan mau nembak lo. Sedih juga kali masa cewek nembak cowok?" cengir Cella dengan tanpa dosa.

"Bangke lo Cell, gue kira beneran anjir. Gue kan gak enak masa baru aja kita bisa temenan terus nanti bakal musuhan atau diem-dieman awkward gitu," cibir Rakha sambil menoyor kepala Cella pelan.

"Eiits, udah berani ya sekarang?" tanya Cella sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya.

"Hehe.. Becanda biar gak kaku. Yaudah ayo cerita," balas Rakha sembari kembali menegakkan posisi duduknya.

"Tapi cukup dengerin ya, gak usah disela," peringat perempuan itu.

"Siap sis jutek!" balas Rakha cepat.

Cella mendelik mendengar Rakha memanggilnya jutek, namun ia sadar kalau ternyata selama ini mukanya yang datar itu memang tidak pernah tersenyum di tempat kuliahnya. Pantas saja semua orang menganggap dirinya jutek.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang