One Day with Niko (2)

86 34 3
                                    

"Tadi ngobrolin apa aja?" tanya Niko sembari fokus menyetir.

"Ngomongin lo doang, katanya dari kecil emang lo mirip kadal," kekeh Cella.

"Gue serius ya." Niko melirik Cella sekilas.

"Ya banyak hal, tapi intinya tetep ngomongin lo. By the way, kita mau kemana lagi?" Cella berucap sambil menyandarkan punggungnya.

"Gue tau pasti ngomongin gue. Oh iya kalo udah sampe gue bangunin kok, lo tidur aja," ucap Niko.

"Lo nyuruh gue tidur mulu." Cella melirik jengah ke arah Niko.

"Karena lo butuh itu Cella sok pinter. Udah tidur aja, nih gue setel lagu mellow biar lo nangis sampe ketiduran," ledek Niko.

"Heh? Lo kira gue cewek-cewek bucin?" Cella melemparkan tatapan tajamnya ke Niko, sementara lelaki itu hanya terkekeh.

"Udah ah, gue mau tidur aja," ucap Cella. Kini ia mulai mencari posisi nyamannya.

"Iya udah tidur aja, lo mau pake selimut?" tanya Niko.

"Emang ada?" sahut Cella

"Ada, mau?" tawar Niko sesekali melihat ke arah Cella.

"Gak deh gue belum kedinginan kok. Minjem jaket lo aja ya?" Cella memasang senyumnya.

Niko mengangguk. Ia menepikan mobilnya lalu melepas jaketnya, "Nih." Sambil memberikan jaketnya.

Cella segera mengambil jaket itu dan menutupi tubuh bagian depannya. "Sesederhana ini," ucapnya.

"Hmm?" Niko menoleh sekilas ke arah Cella.

"Sesederhana ini yang pengen gue lewatin. Gak perlu ngajak gue ke tempat mahal, cukup perlakuan kecil kayak gini udah cukup biar gue punya memori yang indah bareng orang-orang yang gue kenal." Cella tersenyum menatap Niko.

"Jangan baper ke gue deh Cell," kekeh Niko.

"Thanks, Nik. Walaupun lo nyebelin tapi gue cukup nyaman sama lo. Gue gatau apa dulu kita juga kayak gini apa enggak. Tapi, gue bersyukur banget lo ada di sekitar gue." Cella tersenyum lalu kembali memejamkan matanya.

Sementara itu Niko terdiam, dirinya masih fokus menyetir namun pikiran-pikiran di benaknya terus bermunculan.

Sesekali Niko melihat wajah Cella yang terpejam.

"Banyak banget tiba-tiba yang gue pikirin Cell," ucapnya pelan.

"Kenapa? Kenapa harus lo? Kenapa kita ketemu? Kenapa lo..." Niko terdiam.

"Kenapa gue tiba-tiba bisa ada rasa sama lo? Gue gatau ini sekedar respect karena gue editor lo, care karena kondisi lo, atau karena hati gue udah milih lo?" Niko menghela napasnya.

.

.

.

.

"Udah sampe?" tanya Cella sambil menyipitkan matanya. Matanya terlalu berat untuk dibuka.

"Udah nih, yuk." Niko melepas seatbelt dan membuka pintu mobilnya.

Cella mengikuti langkah Niko menaiki jalan berundak, ia mengeratkan jaket Niko yang masih berada di tubuhnya, "Nik, mau ngapain sih?"

"Sini, entar lo jatuh, disini gelap soalnya," balas Niko sambil menggenggam tangan Cella.

Sekitar sepuluh menit akhirnya mereka berdua sampai di hamparan tinggi. Disana terdapat sebuah ayunan besar berwarna putih dengan hiasan tanaman sintetik.

"Bikinan lo?" tanya Cella takjub.

Niko mengangguk dan menuntun Cella agar segera menaiki ayunan tersebut.

"Teriak sana," ucap Niko.

"Hah?" Cella reflek menatap wajah Niko.

"Teriak apa yang ada di pikiran lo. Tenang aja, ini jauh dari pemukiman," ulang Niko sembari terkekeh. Tatapannya menatap pemandangan yang ada di hadapannya. Sementara Cella masih diam sambil melihat pemandangan malam yang menenangkan baginya.

"Nikoooooo, makasiiiiihh...." teriak Cella tiba-tiba.

Teriakannya menyatu dengan angin dan juga ayunan yang bergerak dengan kecepatan sedang. Niko tersenyum melihatnya.

"Nih minum," ucap Niko sambil memberikan botol minuman yang baru dia keluarkan dari tasnya.

"Tau aja gue haus, ada makanan gak?" cengir Cella.

"Dasar!" Niko mencibir namun tetap merogoh isi tasnya lalu menyerahkan bungkusan roti dan juga beberapa camilan.

Cella menikmati situasi ini. Ayunan dan hembusan angin di malam hari lengkap dengan cemilan serta keberadaan Niko di sisinya. Wajahnya tersenyum sumringah sesekali mengunyah.

"Lo gak sembunyiin sesuatu kan?" Pertanyaan Niko membuat senyuman Cella sontak meredup.

"Terakhir lo bilang gapapa taunya hati lo kenapa-napa," kekeh Niko namun terdengar lirih, bahkan dirinya tak menatap Cella sedari tadi.

Cella terdiam, ia menikmati sentuhan angin di kulitnya. Sampai akhirnya ia berpindah ke samping Niko. Ayunan yang kini berat di salah satu sisi membuat Niko berdecak, "Heh, ini entar kebalik ayunannya. Pindah lagi sana."

"Diem ah, udah gak usah digerakin makanya," ucap Cella pelan.

Keduanya kembali terdiam.

"Gue cuma mau bikin kenangan indah bersama orang-orang di sekitar gue. Apa itu salah?" Suara Cella memecah keheningan.

"Tapi enggak dengan lo nyembunyiin hal penting Cell," balas Niko frustasi.

Cella terkekeh menatap Niko, "Jadi lo tau?" tanyanya lirih.

"Gue gak ngerti sama jalan pikir lo. Penulis emang ribet, banyak banget opsi di pikirannya." Niko tersenyum tipis dengan matanya terpejam.

"Tapi lo seneng kan? Apalagi gue adain hari bersama gue," ucap Cella dengan nada sombong.

Niko masih diam dan terpejam.

"Kita hebat ya? Lo tau gue, gue tau lo. Kita sama-sama tau hal yang gak semua orang tau dari diri kita," lanjut Cella.

"Gak semuanya lo tau tentang gue Cell, apalagi tentang hati gue." Niko melirik Cella sambil terkekeh lalu kembali memejamkan matanya.

Mendengar itu Cella menaikkan sebelah alisnya, "Tentang yang mana nih? Lo care sama gue sebagai editor?" tanya Cella. Mendengarnya membuat Niko menoleh menatapnya.

"Atau respect karena kondisi gue?" Cella menahan senyumnya melihat reaksi Niko.

"Ah bukan-bukan, pasti tentang hati lo yang udah milih, aww!" Niko segera menyentil dahi Cella sampai perempuan itu mengaduh, namun perempuan itu kembali tertawa.

"Rese lo!" Niko mengusap wajahnya yang tiba-tiba terasa panas.

"Ternyata gosip yang bilang pasti ada aja editor yang affair sama penulisnya suka bener ya?" goda Cella.

"Heh, lo sama gue gak ada apa-apaan ya!" tolak Niko.

"Oh, jadi beneran mau ada apa-apanya?" Seketika tawa Cella pecah.

Niko semakin malu, "Sialan. Diem ah, berisik," sungutnya sembari memalingkan wajahnya.

Cella meredam tawanya, kini berganti dengan senyuman. "Makasih, tapi lo tau kan gue gimana? Gue yakin lo bakal dapet cewek yang pas buat lo," ucap Cella.

Niko kembali menatap perempuan di sampingnya, "Gapapa, gue gak butuh status. Gue cuma pengen nikmatin waktu yang ada kayak gini bareng lo," senyum Niko.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang