Tak Disangka

74 23 2
                                    

FLASHBACK OFF

"........"

"Lanjut dong," ucap Rakha.

Kini mereka sedang berjalan di pasar malam. Cella berhenti bercerita untuk membeli dua permen kapas.

"Nih." Cella memberikan satu permen kapas ke Rakha.

"Makasih loh," balas Rakha sambil menerima permen tersebut.

"Hmm. Eh,ayo naik itu!" ajak Cella sambil menunjuk bianglala yang sedang berhenti.

"Ayo, lumayan gak rame juga antriannya." Setuju Rakha dan Mereka berdua berjalan menuju barisan antrian.

Tidak lama kemudian masing-masing mulai menaiki bianglala tersebut, begitu juga dengan Cella dan Rakha.

Semilir angin malam menemani keheningan di antara Cella dan Rakha, meskipun suasana pasar malam begitu ramai dengan berbagai musik dan lampu yang berkelap-kelip.

"Rak?" Akhirnya Cella memecah keheningan di antara keduanya.

"Akhirnya ngomong juga." Rakha terkekeh pelan.

"Lo nungguin gue ngomong?" tanya Cella.

Rakha mengangguk, "Gue kira gue ada salah ngomong, tiba-tiba awkward gitu," balas Rakha.

"Maaf-maaf." Cella menyengir sambil memperhatikan pemandangan di luar.

"Gini aja, Rak. Entar kalo novel gue rilis lo beli ya? Capek ceritanya gue, Hehe....." lanjutnya.

"Lo bikin novel?" Tanya Rakha antusias.

"Lo nanya mulu. Kan udah pernah gue kasih tau." Cella memutar bola matanya.

"Sebagian besar cerita gue ada disitu. Kayaknya kalo gue sharing ke lo bakal panjang banget." Lanjutnya

"Kapan rilisnya? Gue pasti beli kok, diskon kan?"

"Huu, iya-iya kayaknya bakal ada batch yang dapet diskon deh. Entar gue kabarin," balas Cella.

"Kalo bisa temen-temen yang lain ajak juga, Rak. Biar mereka bisa maafin gue kalo gue ada salah-salah kata atau perbuatan."

"Ck, udah lah. Mereka pasti maklumin lo kok," ujar Rakha sambil maju menepuk-nepuk lutut Cella.

Tidak terasa mereka sudah berhenti di putaran terakhir. Cella menyatukan tangan di depan dadanya sambil memohon ke Rakha agar mereka naik wahana itu lagi.

"Yah, antrinya panjang Cell," ucap Rakha.

Cella mengerucutkan bibirnya sebal, "Ah, males gue antrinya. Yaudah yuk cabut!" ucap Cella sambil menarik tangan Rakha. Lebih tepatnya menggenggam jemari Rakha.

Kini mereka tiba di tempat tembak tepat. Cella baru tersadar jika dirinya sedari tadi menggenggam tangan Rakha.

"Eh? Sorry, gak sengaja," refleknya sambil melepas genggamannya.

"Gapapa Cell, sekali-kali ngeliat lo ambis kek gini. Biasanya dateng ngampus juga muka datar aja," ledek Rakha.

"Yee tonjok nih," canda Cella sambil menunjukkan kepalan tangannya.

Kini mereka larut dalam permainan tembak-tembakan. Cella dengan lihai membidik sasarannya bahkan penjaga dibuat terpukau sembari menggelengkan kepalanya.

"Gak nyangka gue," gumam Rakha saat melihat Cella menerima boneka besar hadiah dari permainan tembakan yang ia tuntaskan tadi.

"Yeee liat Rak!! Modal sepuluh ribu dapet hadiah ratusan ribu," pamer Cella.

"Iya-iya, gak nyangka gue," ucap Rakha sambil tertawa.

"Ck, gue mah jago gini-ginian. Lo mesti liat gue pas lagi manjat pohon, Rak," ucap Cella sambil tersenyum bangga.

"Bukan. Gue gak nyangka lo suka boneka." Rakha terlihat menahan tawanya.

Cella melongo mendengar penjelasan Rakha. Lalu ia segera memukul lelaki itu dengan boneka besarnya.

"Ishh, wajar dong gue suka ginian juga!" Sambil terus memukul badan Rakha.

"Haha, aduh, sorry-sorry.. Cell sakit," mohon Rakha sambil berlari kecil.

Rakha terus berlari kecil berniat meledek Cella. Dari kejauhan Cella berteriak, "Rak... Jangan jauh-jauh! Gue gak bisa nyari orang kalo di tempat rame!!!"

Rakha tidak menggubris perkataan Cella, ia berpikir itu hanya trik agar perempuan itu bisa memukulnya lagi.

Di lain tempat Cella mulai kehilangan jejak Rakha. Pasalnya ia tidak membawa kacamata minusnya, tidak bisa fokus di keramaian, tidak cepat menghapal tempat, dan yang paling parah baterai ponselnya habis. Jadilah ia sekarang bersungut-sungut sembari berjalan cepat dan berdoa agar segera bertemu dengan Rakha. 

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang