"Rakha!!" panggil perempuan itu sambil berlarian.
Laki-laki itu menoleh kearah perempuan yang berteriak memanggil namanya.
"Eh... Kenapa Cell?" tanyanya.
"Gue boleh ngobrol bentar sama lo?" tanya Cella sambil mengatur napasnya.
"Boleh dong, tapi sambil minum ya haus banget gue," sahut Rakha
"Oke." Cella bergumam sambil mengikuti langkah Rakha.
"Btw, kenapa Cell? Tumben," tanya Rakha.
"....."
"Cell?" panggilnya.
"Nanti aja kek duduk dulu aja ya," balas Cella sambil berjalan beriringan.
"Ya kan kepo aja biasanya lo jutek gitu sekarang tiba-tiba ngajak ngobrol," kekeh Rakha.
"Udah sana pesen dulu, gue nitip ya." Cella mengibaskan tangannya.
"Oke, pesen apa lo?" tanya Rakha.
"Samain aja," senyum Cella.
"Oke tunggu bentar ya," ucap Rakha lalu pergi menghampiri stand minuman.
Cella mengangguk lalu sibuk memainkan ponselnya sekedar melanjutkan membaca novel di salah satu aplikasi di ponselnya. Ia tak sadar bahwa Rakha telah kembali duduk dan kini tengah menatap dirinya.
"Cell, lo kenapa mesti jutek gitu sih mukanya?" tanya Rakha dalam hati.
Pikiran Rakha menjelajah sementara wajahnya tetap mengarah ke arah Cella.
"Rak, udah?" tanya Cella
"...."
"Raka!!" panggil Cella lagi
"Eh iya kenapa Cell? Mau pulang?" sahut Rakha sambil mengerjapkan matanya.
"Gue kan belum ngomong, masa iya pulang?" balas Cella sambil memutar bola matanya.
"Eh iya ya, sorry gue gak fokus tadi." Rakha hanya bisa menggaruk tengkuknya.
"Hahaha... Gue kira lo orangnya selalu fokus ternyata bisa kayak orang bego gitu. Anjir ngakak gue liat muka lo tadi sumpah." Cella tertawa sambil mengelap ujung matanya yang berair karena tertawa dan tidak berhenti.
"Eh, itu dia ketawa? Lepas banget. Belum pernah gue liat," batin Rakha.
"Iya lah, gue kan manusia kadang khilaf. Yaudah mau ngomongin apa?" Rakha mengibaskan tangannya sambil meminum minumannya.
"Hmm, gimana ya bilangnya?" lirih Cella, tiba-tiba nada melemah.
"Udah ngomong aja gapapa kali." Rakha tersenyum tipis.
"Gini Rak, gue mau minta maaf. Maaf sama semua anak-anak jurusan juga sih tepatnya. Gue ngerasa gue...."
"Ssttt.. Are you okay?" potong Rakha.
"I'm Ok!" balas Cella cepat.
"Yang lalu ya udah, anak-anak juga bukannya benci lo. Mereka jadi segan aja makanya gak berani deket-deket sama lo, apalagi lo kan jutek tuh," jelas Rakha sambil tersenyum.
Cella masih terdiam sambil menatap minumannya.
"Cell, kalo ada apa-apa kan gue udah pernah bilang kan, cerita aja ke gue. Gue mau jadi temen lo kok," lanjut Rakha
Air mata Cella sudah membendung. Jemarinya mengepal di bawah dan Cella menunduk menutupi matanya yang berkaca-kaca.
"Cell, gue...."
"Thanks Rak, gue telat banget ya?" potong Cella.
"Enggak kok, masih banyak waktu, kita bisa mulai...."
"Gue gak tau waktu yang gue punya cukup gak buat bangun hidup gue buat lebih baik dari yang sebelumnya," potong Cella cepat.
"Eh? Maksudnya?" tanya Rakha.
"Rak, lo temen gue kan?" tanya Cella sambil menatap wajah Rakha.
"Iya Cell, gue temen lo. Lo butuh apa-apa bilang aja ke gue oke?" jawab Rakha dengan nada tegas.
"Boleh gue minta peluk? As a friend... bukan, maksud gue sebagai sahabat " ucap Cella dengan lirih.
Rakha tidak menjawab, ia hanya menatap wajah Cella yang sendu dan mata yang sudah berkaca-kaca.
Cella menunggu respon Rakha, tapi Rakha tak kunjung membalasnya. Cella menundukkan wajahnya dan membuang napasnya pelan.
"Oke, sorry kalo permintaan gue aneh. Btw thanks waktunya, gue pulang Rak!" pamit Cella.
Cella berdiri dari kursinya dan meninggalkan tempat itu sementara Rakha yang masih tidak membalas perkataan Cella. Air mata Cella kini tak lagi terbendung, dadanya bergemuruh sesak. Perasaan malu, kecewa, dan marah menjadi satu dan kini ia tak bisa meluapkannya. Air matanya jatuh menetes tak bisa terhentikan. Cella beberapa kali mengelap air mata dari pipinya.
"Cella bego!! Lo berharap apa sih? Lo itu jahat, salah, gak akan ada yang baik sama lo!!" teriak Cella.
"Gue bego banget, bikin harga diri jatuh. Ah nyesek gini dada gue. Ini airmata kenapa keluar terus sih? Bego banget lo Cell, lo tuh..."
Teriakan Cella terhenti saat tiba-tiba ia merasakan tubuhnya dipeluk sesorang dari belakang. Reflek Cella menoleh ke belakang.
DEG!
"Biarin kayak gini dulu ya?" pinta Rakha sambil mengeratkan dekapannya. Samar-samar Rakha dapat mencium aroma kopi di rambut Cella dan juga parfumnya.
"Gue gak tau apa masalah lo. Tapi semoga apa yang gue lakuin ini bisa meringankan," ujar Rakha pelan.
Cella tidak membalasnya. Ia menatap lurus kedepan. Tatapannya nanar. Kemudian air matanya kembali menetes perlahan membasahi pipinya.
"Hangat. Jadi gini rasanya? Gue gak pernah ngerasain kayak gini. Thanks Rak, gue utang banyak sama lo," batin Cella. Dadanya semakin sesak, semakin lama ia semakin terisak.
Meskipun Cella membelakangi Rakha, namun lelaki itu sadar bahwa perempuan di dekapannya kini sedang menangis. Tanpa sadar lelaki itu semakin mempererat pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?