Beberapa hari semenjak percakapan di perpustakaan, hubungan Cella dengan Rakha mulai berjalan normal. Cella sudah tidak terlalu kaku karena Rakha memperlakukannya benar-benar seperti teman yang tidak mengambil keuntungan darinya.
Pagi ini Rakha dan Cella sedang jogging di kawasan car free day di Ibukota. Rakha memakai kaos putih berlengan pendek bertuliskan "I'm a gentle!" dengan training panjang hitam dan topi putih ditambah sepatu kets hitam. Sementara Cella memakai kaos putih berlengan pendek bertuliskan "Singapore" dengan legging hitam dan topi hitam dengan sepatu kets warna abu-abu.
Mereka berlari beriringan, tak jarang mereka berlomba lari. Rakha senang melihat Cella mulai menerima dirinya sebagai teman. Anggapan Rakha pada Cella semasa mereka tidak pernah bertegur sapa mulai terbantahkan. Dulu Rakha menganggap Cella adalah orang yang dingin, sombong dan kasar. Namun semenjak mereka akrab mulai terlihat sisi lain dari Cella yang selama ini ia tunjukkan ke semua orang terutama di kampusnya. Meskipun Cella tetap menjadi dingin kecuali dengan dirinya.
"Ck, kenapa diem aja lo Rak? Capek?" tanya Cella memelankan langkahnya ketika melihat jaraknya dengan Rakha lumayan menjauh.
Rakha tersadar dari lamunannya lalu menarik kedua ujung bibirnya mengukir sebuah senyum tipis.
"Udahan yuk Cell? Gue haus sama laper," ucap Rakha.
Cella berjalan mendekati Rakha. Rakha yang melihat sikap Cella menjadi bingung.
" Cell?" panggil Rakha namun tidak dibalas oleh Cella. Cella malah semakin mendekat ke arah Rakha.
"Lo...Apaan..." Rakha terbata-bata saat Cella mendekatkan wajahnya.
Cella berdiri di samping Rakha lalu berjinjit mengarahkan bibirnya ke telinga Rakha, membisikkan sesuatu dan membuat Rakha melongo.
"Wah, udah berani ngatain gue cemen lo?" tanya Rakha menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu bersiap mengejar Cella.
"Waaaaa, ampun Rak, gue masih SMP masih polos!!" teriak Cella sambil berlari menghindari Rakha yang sudah mulai mendekat.
Rakha masih mengejar sambil terkekeh. Dalam benaknya ia tak habis pikir, bisa-bisanya ia bersikap bodoh dengan terbata-bata seperti tadi ketika Cella mendekat.
Tiba-tiba Rakha terkesiap ketika melihat Cella terduduk di aspal jalanan.
Cella ceroboh karena tali sepatunya terlepas dan ia terjatuh karena menginjak tali sepatunya sendiri. Alhasil kini Cella terduduk di jalanan sambil meringis kesakitan. Rakha yang melihat kondisi Cella langsung mempercepat langkahnya.
"Ck, gimana sih Cell? Gue kira lo bukan tipe cewek ceroboh," cibir Rakha.
Cella mengerucutkan bibirnya, "Ceramahnya nanti aja kek, sekarang bantuin gue dulu."
Rakha tertawa membuat Cella mengernyitkan dahinya.
"Kenapa?" tanya Cella.
"Kok lo jadi manja gitu sih? Gue kira lo itu cewek yang...." Belum selesai Rakha berbicara, Cella sudah beranjak berdiri dengan susah payah.
"Gue bisa sendiri," potong Cella, namun ketika berjalan selangkah saja rasa nyeri di pergelangan kaki dan lututnya menjalar. Cella menahan itu di balik wajah datarnya.
Rakha memperhatikan langkah kaki Cella yang tertatih. "Kayaknya tuh anak sakit beneran ya?" pikir Rakha dalam hati.
Cella berjalan ke pinggir jalan dan duduk sambil meluruskan kakinya. Dia sama sekali tidak memedulikan keberadaan Rakha sekarang. Ia mengambil ponselnya dan memakai earphone sambil memutar lagu di playlistnya .
"Kok duduk disini?" tanya Rakha berjalan menghampirinya.
Namun Cella tidak menjawab, ia sibuk melihat ke arah lain. Sebenarnya Cella mendengar perkataan Rakha tapi ia malas untuk menanggapinya.
Rakha duduk di depan Cella membuat Cella sedikit kaget. Tiba-tiba Rakha memegang kaki kanan Cella yang menurut dugaannya masih sakit.
"Eh lo ngapain?" tanya Cella sambil berusaha melepaskan tangan Rakha.
"Sstt, lo gak liat kaki lo agak bengkak gini? Kalo sakit tuh minta tolong, jangan maksa jalan sendiri. Ini kalo makin bengkak bisa-bisa lo gak bisa jalan sebulan mau lo?" omel Rakha.
Rakha masih memijit pelan kaki Cella, sementara Cella menahan sakit dan nyeri karena ia yakin pijatan tersebut pasti akan menyembuhkan otot kakinya yang terkilir.
"Bella beruntung banget punya lo Rak," ucap Cella sambil terus milihat tangan Rakha yang memijit kaki Cella.
"Iya lah, gue ini limited edition!" Senyum Rakha bangga.
"Ck, bukan itu bego," balas Cella sambil mendorong pelan bahu Rakha.
Rakha hanya terkekeh pelan lalu menyudahi pijatannya. Rakha duduk di samping Cella sambil memberikan botol air mineral ke Cella.
"Thanks, eh punya lo mana?" tanya Cella sambil menerima botol air minumnya.
"Gue gampang, entar aja," balas Rakha sambil memainkan ponselnya.
Cella memanggil pedagang cilik yang membawa botol-botol minuman dingin. "Dek, air mineralnya satu ya sama tisunya deh."
"Ini kak, jadi delapan ribu," balas anak kecil itu sambil memberikan pesanan Cella.
Cella memberikan uang sepuluh ribu, "Ini dek, gak usah kembali. Makasih ya." Senyum Cella.
Anak kecil tersebut beranjak pergi, Cella langsung memberikan air mineral yang barusan dia beli ke Rakha.
"Nih minum."
"Thanks, Cell. Padahal gue bilang gue nanti aja belinya," balas Rakha sambil meminum airnya.
"Ck, ribet," sahut Cella seadanya.
"Bagi tisunya dong Cell, gue gak bawa han..." Perkataan Rakha terpotong lalu ia terlihat menahan tawa.
"Kenapa lo?" tanya Cella mengernyitkan alisnya.
Tangan Rakha bergerak menuju dahi Cella lalu membersihkan sisa-sisa tisu di muka Cella.
"Ck, cewek kok ceroboh gini sih. Beda banget kayak Bella yang anggun," gumam Rakha.
Cella yang mendengar itu langsung reflek menyingkirkan tangan Rakha.
"Beda lah, gue bukan Bella yang perfect itu." Cella berdiri dan beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan Rakha sendirian.
"Arrrggh, bego banget lo Rak!!" Rakha menepuk mulutnya lalu bangkit sambil mengejar Cella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?