"Ada apa?" tanya Cella tanpa melihat wanita di hadapannya.
"Lo jauhin suami gue!" seru wanita itu sambil mendorong bahu Cella.
Sontak Cella tersulut emosi, ia melempar tatapan sinis sambil tersenyum.
"Hmm, bentar lagi juga lo bakal ditinggal, karma itu nyata. Inget, Tuhan adil," ucap Cella sambil berlalu.
Dua hari yang lalu Cella mendapatkan teror pesan di sosial medianya. Rupanya wanita itu niat sekali mengganggu dan mengajak Cella agar segera bertatap muka.
"Cih, keliatan banget mau hartanya doang!" cibir Cella sambil menunggu bis, tak lupa ia memasang earphone untuk menenangkan hati dan pikirannya.
Selama di perjalanan di dalam bis, Cella menatap pemandangan di jalan yang ia lewati. Pikirannya menerawang mengingat saat ia menerima kiriman foto di sosial medianya dari akun yang tidak ia kenal. Namun Cella tertarik saat melihat sosok di dalam foto tersebut. Sosok yang tiba-tiba menghilang. Sosok yang selama ini ia cari, ia benci namun juga rindu.
Tak terasa air matanya kembali menetes. Cella mengusapnya dengan kasar.
"Cengeng banget sih lo!!" gumamnya.
Dddrrrttt...
Cella hanya melihat ponselnya tanpa berniat mengangkatnya.
Dddrrrtt...
Dilihatnya lagi ponsel itu, masih terpampang nama yang sama. Saat ini Cella sedang tidak kuat memasang topengnya kembali.
Tiing..
Cella hanya menghela napasnya. Ia segera membuka aplikasi di ponselnya itu. Tak lupa ia mematikan mode laporan dibaca karena malas untuk membalasnya.
Sesampainya di rumah, Cella terkekeh melihat Ibunya yang sedang mencabuti rambutnya yang mulai memutih.
"Haha... Mama ada-ada aja. Kasian itu entar tipis loh!" seru Cella.
"Ck, ini tuh kalo didiemin gatel tau!!" keluh Nova.
"Yah daripada botak, mending didiemin kan keren ada putih-putihnya gitu kayak Lady Gaga entar," kekeh Cella.
"Ish kamu, udah sana mandi terus makan. Jangan gangguin orangtua lagi berkarya. Kualat entar!" ucap Nova sambil mengibaskan tangannya.
"Dih, dikira Cella kucing apa diusir begitu?" Cella memajukan bibirnya sebal lalu pergi ke dalam.
Malam itu Cella seperti biasa duduk sendirian di balkon rumahnya.
Disaat seperti ini Cella biasanya menyampaikan keluh kesahnya kepada bulan dan bintang, juga kepada langit gelap kelabu. Seringkali ia menangis dalam diam di keheningan malam.
"Papa lebih milih cewek kayak gitu dibanding mama?" tanya Cella pelan.
"Itu cewek gila kali ya? Suruh ninggalin bokap gue sendiri. Biar hartanya bisa dia kuras? Haha... Dosa bego!" ujarnya sambil memandangi bulan.
Ponsel Cella bergetar tanda notifikasi masuk. Segera ia membuka pesan tersebut.
Dddrrrtt...
Bagas : Woy pr udahan?
Cella : Pr apaan?
Bagas : Ekonomi yang di fotokopian
Cella : Anjir!! Lupa gue.
Gue ingetin di grup kelasCella segera membuka roomchat grup kelasnya.
XII IPS 1
Cella : Jangan lupa ekonomi fotokopian. Kerjain!
Selesai mengirimkan pesan ia segera masuk ke kamarnya untuk mengerjakan tugas yang hampir ia lupakan.Dddrrtt....
"Ck, pasti pada minta fotoin!" gerutu Cella sambil mengusap ponselnya.
Saat membaca pesan tersebut Cella sedikit mengernyitkan dahinya.
Bagas : Kalo udah kelar gak usah pamer share di grup
Cella : Dih, gila lo ya?
Bagas : Gue seriusan!
Gak usah di share.Cella menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa nih orang?" gumamnya.
Cella : Emang kenapa?
Bagas : Biar lo gak dimanfaatin terus
Cella tertegun membaca balasan tersebut. Namun tidak lama kemudian ia menyunggingkan bibirnya. Segera ia menghubungi Bagas.
"Hmm?" Terdengar suara dehaman dari seberang ponselnya.
"Ehem, jadi gini. Kok lo perhatian sih sama gue?" tanya Cella sambil menahan senyumnya.
"Dih geer lo!" sahut Bagas.
"Gue sih thanks banget nih, seneng malah. Hehe.... Tapi gue takut Salsa ngira gue yang kegatelan," ucap Cella sembari tersenyum.
"Ck, lo aja kepedean," ketus Bagas.
"Haha.. Tapi thanks loh perhatian banget kamu tuh. Aku takut baper deh," balas Cella dengan nada dibuat-buat.
Namun tidak ada balasan dari Bagas membuat Cella melanjutkan celotehnya.
"Tapi gue bingung deh. Kita kan sebagai manusia harus berguna bagi orang lain, harus bermanfaat. Nah tapi pas gue tau gue dimanfaatin kok kayak ada nyesek-nyeseknya gitu ya?" tanya Cella.
"Ck, itu karena lo terlalu bego makanya nyesek. Dah ah gue mau ngerjain," sahut Bagas lalu ia langsung menutup sambungannya.
"Ckck, sial! Sensi amat langsung dimatiin," ejek Cella. Kemudian ia pun melanjutkan mengerjakan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?