"Vin..." Akhirnya Cella mengeluarkan suara. Suara yang begitu dingin jika di dengar.
"Apa?" balas Kevin sambil mengernyitkan dahi.
Cella menarik napas panjang dan menghembuskan napasnya perlahan. Rasanya tidak kuat tapi Cella harus tetap terlihat tidak terjadi apa-apa dengannya. Tidak boleh terlihat lemah, itu prinsipnya.
"Ingetkan gue pernah bilang kalo next time gue yang bakal traktir lo? Gue itu..." Belum sempat Cella melanjutkan perkataannya Kevin sudah memotong perkataannya.
"Udah Cell, gue kan bilang gue emang mau traktir lo waktu kita jalan itu," potong Kevin seakan ia tidak mau melanjutkan pembicaraan yang dimaksud Cella.
"Hmm, gue lupa bilang. Gue mau ngomong sekarang. Lo cukup dengerin, gak pake disela. Bisa?" tanya Cella dengan tegas.
"Oke," balas Kevin cepat.
Cella menghembuskan napasnya lagi.
"Gue itu gak suka yang namanya di traktir kalo gue gak traktir balik. Gue pernah bilang kan?" ujar Cella sambil tersenyum sangat tipis.
"Makasih buat semua waktu yang udah lo buang percuma buat gue. Gue sangat amat menghargai itu. Berkat lo gue sempet sedikit berubah, ya gue rasa." Kali ini Cella mengembangkan senyum lebarnya. Ujung kedua matanya sampai menyipit.
"Hmm, sebelumnya gue gak pernah coba buat ngasih kesempatan seseorang buat jadi deket sama gue dan lo juga sempet sadar akan sikap gue..." Cella menarik napas sejenak.
"Bego, lo gak usah drama Cell, lo kuat. Lo pernah ngalamin hal yang lebih sakit dari ini!!" batin Cella berteriak menyemangati si empunya agar segera menyelesaikan perkataannya tanpa terlihat lemah sedikit pun.
"Haha, apasih gue jadi panjang lebar gini. Oke intinya thanks buat semuanya dan sorry." Cella beranjak dari tempat duduknya namun tangannya ditahan Kevin.
"Cell, please listen to me!" lirih Kevin, kali ini tampangnya terlihat frustasi.
"Enough! Lepas!!" Cella menghentakkan tangannya tapi Kevin memegang tangannya erat.
"Gue anggep lo temen deket gue Cell, gue..." Ucapan Kevin terhenti mendengar Cella tertawa.
"Hahaha, we are only a close friend, ya? Haha, bego deh gue. Oke gue emang bego," sahut Cella tanpa menatap Kevin.
Cella menghirup udara dengan dalam dan membuang napasnya perlahan.
"If we are a close friend just tell me the truth not be a liar!!" ujar Cella pelan.
"Lo nunjukkin kalo lo seserius itu sama gue. Berulang kali gue bilang lo bullshit berulang kali juga lo bilang kalo lo serius. Lo selalu bilang tunggu aja, rasain, buka hati lo buat gue Cell. Itu kan yang lo bilang ke gue berkali-kali? Yang sakitnya gue nemuin fakta kalo lo udah punya cewek!! Bahkan lo bohong tentang lo yang kuliah dimana. Lo kira gue bego? Lo salah orang kalo mau begoin orang!!" bentaknya sambil menghempas tangan Kevin, pegangan itu pun terlepas.
"Cell, please. Gue juga gatau kenapa....."
Cella memotong perkataan Kevin. Ia sungguh muak mendengar penjelasan Kevin karena ia sudah tahu segalanya dan fakta yang ia temukan tidak akan salah.
"Sekarang gue percaya sama kalimat maut cewek-cewek, lo pikir aja sendiri!" Cella berkata pelan namun terdengar tegas. Lalu ia berjalan meninggalkan Kevin.
Kevin tercengang mendengar Cella yang dengan mudah mengetahui fakta yang ada dibalik kebohongan yang sudah ia susun rapi menurutnya. Kevin tersadar dari keterkejutannya lalu ia hendak mengejar Cella, namun gadis itu sudah masuk taksi terlebih dahulu dan kini Kevin hanya mampu melihat taksi itu melesat pergi meninggalkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?