"Lo yakin gak kenal gue?" tanya Niko memicing curiga menatap perempuan di hadapannya.
"Hmm," jawab perempuan itu sambil memutar bola matanya jengah. Pasalnya kalimat tanya ini sudah tujuh belas kali dilontarkan.
"Ah, kok bisa gini sih, dok?" tanya Niko frustasi.
Tidak lama kemudian Nova datang sembari memeluk perempuan itu. Perempuan itu tidak membalas pelukan Nova, ia hanya menatap sang dokter dengan tatapan kosong.
"Cella, kamu gak inget mama juga, nak?" tanya Nova sedih.
Perempuan yang dipanggil Cella mengangguk lemah, wajahnya terlihat kebingungan.
Sekitar satu jam yang perempuan itu telah sadar kembali dari komanya. Bagas yang pertama kali melihat pergerakan dari perempuan itu segera memanggil perawat dan tidak lama Dokter Riza masuk. Bagas dan Niko yang diminta untuk menunggu di luar ruangan dibuat bingung karena sekarang perempuan itu bahkan tidak mengingat siapa dirinya.
"Maaf aku belum ingat apa-apa," lirih perempuan itu sambil menundukkan wajahnya.
Nova yang melihat kondisi sang anak tersenyum getir. Ia berusaha tersenyum menguatkan anak perempuannya itu. "Gapapa sayang, gak usah dipaksain. Yang penting kamu cukup istirahat, jangan banyak pikiran, dan tetap semangat biar cepet sembuh ya." Nova berucap sambil mengelus puncak kepala Cella.
"Baik, kalau begitu saya permisi. Kalau ada apa-apa kalian bisa langsung ke ruangan saya," pamit dokter Riza.
"Terima kasih, dok!" ucap Bagas pelan.
Setelah Dokter Riza dan perawat keluar dari ruangan, Cella menatap Bagas dengan wajah bingungnya.
"Kamu?" tanya Cella.
Bagas menaikkan sebelah alisnya, "Apa?"
"Siapa?" tanya Cella lagi.
Bagas maju mendekati Cella lalu mengulurkan tangannya, "Gue Bagas, temen SMA lo dulu," jawabnya sambil tersenyum tipis.
Cella membalas uluran tangan Bagas lalu mengangguk kecil.
"Tante udah sembuh?" tanya Niko ke Nova.
"Udah kok. Oh iya, tante boleh titip Cella sebentar? Tante mau pulang bersihin badan sekalian ambil keperluan Cella selama dirawat," balas Nova.
"Siap tan, gapapa kok." Niko membalasnya sambil tersenyum memamerkan giginya.
"Sayang, mama pulang dulu ya. Kamu jangan nakal," pamit Nova.
"Emang aku nakal?" tanya Cella polos.
"Banget!" ketus Niko.
Mendengar itu Cella hanya mengangguk pelan.
Siapa sangka tiba-tiba Cella berteriak sangat keras, "Mama hati-hati ya, Cella udah dijagain sama pangeran ada dua lagi. Walaupun satunya pangeran kadal," teriaknya sambil melirik ke arah Niko dan Bagas.
Nova hanya menggeleng melihat sikap Cella yang sangat berbeda. Semoga ini adalah awal yang baik, pikirnya. Lalu ia pun pergi meninggalkan ruangan itu sambil tersenyum.
Niko berjalan ke depan Cella lalu menyentil dahi perempuan itu sampai berbunyi cukup keras. "Aww!!" pekik Cella.
"Heh! yang pangeran kadal siapa? Gue atau dia?" tanya Niko sambil menunjuk Bagas.
Cella yang tadinya ingin marah langsung memasang senyum lebarnya.
"Dih, gue kok agak serem ya lo berubah gini?" ucap Niko sambil menggeleng pelan.
"Emang dulu gimana?" tanya Cella penasaran.
"Dingin, jutek, keras kepala. Tapi gue suka," jawab Niko sambil tersenyum.
"Hah?" Cella melongo mendengar pernyataan Niko.
"Tuh kan, yang ini gemes banget. Gue makin suka!" balas Niko sambil mencubit kedua pipi Cella.
Bagas hanya melirik mereka berdua lalu kembali memainkan ponselnya.
"Emm, Bagas?" panggil Cella.
"Hmm?" balas Bagas sambil memasukkan ponselnya ke saku celananya.
"Kamu kok ganteng sih?" tanya Cella dengan nada polosnya.
Bagas mengernyitkan dahinya lalu menggaruk pelipisnya.
"Heh! Lo diajarin gombal sama malaikat mana selama lo tidur panjang?" tanya Niko geram.
"Kamu juga ganteng kok," ucap Cella.
"Eh?" Niko mengerjapkan matanya.
"Iya, kata kadal-kadal kamu ganteng makanya mereka setuju kamu jadi pangeran kadal." Seketika tawa Cella pecah.
"Sialan!!" umpat Niko lalu mencubit kedua pipi Cella.
"Ah, jangan dicubit sakit sumpah. Bagas... Tolongin!" teriak Cella memelas.
Kedua lelaki itu melongo melihat sikap Cella tadi. Seumur hidup baru kali ini mereka melihat Cella dengan tingkah yang begitu..... Menggemaskan.
"Cell, lo dingin aja gue suka. Apalagi kayak sekarang," ucap Niko sambil menangkup wajah Cella. Matanya menatap Cella lekat.
Cella mengerjapkan matanya beberapa kali. Hatinya menghangat saat mendengar perkataan Niko.
Tak sengaja Cella melirik ke arah Bagas dan kini lelaki itu sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?