"Jangan macem-macem ya lo!" bentak Cella.
"Heh! Lo tuh sendirian doang neng. Udah lah santai aja. Iya gak, bro?" sahut pria dengan ikat kepala sambil menyeringai.
Gerombolan pria itu tertawa dengan keras. Sepertinya efek mabuk menguasai diri mereka.
Cella terus meronta dan menendang ke segala arah. Matanya menangkap sebuah motor yang sedang melaju cepat. Tanpa pikir panjang, ia membenturkan kepala ke belakang dan tepat mengenai hidung si pria ikat kepala tadi.
"Aww, cewek brengsek!!" umpatnya.
Cella segera berlari mendekati motor itu. Ia tidak tahu harus melakukan apalagi selain menjauhkan dirinya dengan gerombolan pria mabuk itu.
"Aah..." teriak Cella saat ban motor depan itu menabrak kakinya. Namun ia segera menghiraukan rasa sakitnya. Ia menghampiri dan segera menaiki motor itu.
"Tolongin saya, maaf saya langsung naik. Mereka orang-orang jahat. Ayo langsung pergi dari sini. Ayo saya mohon!!" teriak Cella sambil menepuk-nepuk pundak pengendara motor itu.
Tidak ada reaksi dari si pengendara. Cella pun semakin panik saat gerombolan itu mulai bergerak mendekatinya.
"Mas saya minta tolong banget. Percaya sama saya mereka orang jahat. Saya orang baik-baik kok mas, sumpah!! Saya bakal bayar yang penting lari dari sini dulu, please!!" teriak Cella frustasi sambil melihat keadaan sekitar.
"Wey cewek brengsek!! Sini lo!!" teriak salah satu dari gerombolan pria itu.
Tak lama si pengendara motor itu berputar arah dan menancap gas dengan kecepatan yang sangat cepat. Cella sama sekali tidak takut dengan lajunya motor tersebut. Ia justru lega karena jaraknya dengan gerombolan pria tadi semakin jauh.
"Ya Allah, dosa apa sih ini sampe ketemu orang-orang kayak gitu," gumam Cella dengan raut wajah menahan tangis.
"Mas, makasih banget ya, turunin saya di jalan raya mana aja gapapa kok yang penting saya udah gak ketemu mereka lagi," ucap Cella sambil melihat pengendara motor itu yang tertutup helm fullface.
"Mas?" panggil Cella karena tidak mendengar respon si pengendara itu.
"Mas, maaf. Masnya denger gak? Masnya jangan macem-macem sama saya ya! Saya gak punya duit mas, percuma kalo nyulik saya," seru Cella dengan nada panik.
Tiba-tiba motor itu berhenti di parkiran restoran cepat saji.
"Mas?" tanya Cella sedikit lega namun masih bingung.
Si pengendara itu menurunkan standard motornya, mau tidak mau Cella segera turun dari motor itu.
"Apa gue lari aja ya? Gue udah tau jalan ini kayaknya," batin Cella sambil melempar pandangan ke jalan raya di depannya.
Cella pun terkejut saat melihat kembali ke arah pengendara motor tadi yang kini sudah melepas helmnya.
"Astaga!! Bagas? Lo Bagas kan?" tanya Cella syok, air matanya tiba-tiba muncul.
"Sorry ya gue gak langsung kasih tau lo tadi." Bagas tersenyum tipis sambil mendekat ke arah Cella.
Tanpa aba-aba Cella segera memeluk Bagas dengan erat. Bagaimana tidak. Sedari tadi ia takut, panik, bahkan menahan tangisnya. Kini ia sangat lega dan bersyukur orang yang menolongnya adalah orang yang ia kenal, tepatnya temannya di masa SMA.
"Gas... Hiks.. Ya Allah, gue takut banget!! Kenapa sih lo gak bilang tadi? Gue bener-bener... Hiks..." ucap Cella sambil menahan tangisnya namun akhirnya pecah juga.
Bagas menepuk-nepuk pundak Cella yang bergetar, "Sorry ya. Ayo kita masuk dulu biar lo tenang."
Akhirnya mereka pun masuk ke dalam restoran dengan Bagas yang menggenggam tangan Cella. Cella hanya diam mengikuti karena masih dalam keadaan syok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?