Cella berjalan menyusuri tempat yang sangat asing baginya. Matanya sesekali terpejam menikmati semilir angin yang menerpa wajah dan tubuhnya.
"Indah banget," gumamnya sambil melemparkan pandangan ke segala arah. Ia terkagum dengan pemandangan yang ada. Ketenangan yang sangat Cella dambakan.
Ia melewati jembatan dengan air sungai yang mengalir tenang dibawahnya. Airnya jernih bahkan ia dapat melihat ikan warna-warni berenang di dalamnya.
"Ini bagus banget. Tapi ini dimana? Kenapa gak ada orang lewat sama sekali?" batinnya.
Sambil terus berjalan menyusuri jembatan kayu itu dirinya mencoba mengingat bagaimana ia bisa sampai di tempat ini. Di tengah kebingungan ia melihat ujung jembatan ini mengarah kepada tempat yang sangat bersinar. Cella sebenarnya takut tempat apa yang ada di hadapannya itu? Mengapa sinarnya sangat tenang? Kini Cella berdiam diri, tangannya mencengkeram kuat pegangan jembatan namun dirinya sangat penasaran dengan tempat bersinar itu.
🐾🐾🐾🐾
Rakha menunggu di depan ruang ICU dengan raut wajah cemas. Terlihat Bella, Nada, dan Riza ikut menemani. Beberapa anak lainnya yang tadi ikut mengantar Cella ke rumah sakit kini sudah pamit untuk pulang.
"Lo gak tau kontak keluarganya, Rak?" tanya Riza memecah keheningan.
Rakha menggeleng lemah.
"Rumahnya?" tanya Nada.
"Tau, tapi disana gak ada siapa-siapa. Orangtuanya lagi pergi kata Cella," jawab Rakha pelan.
"Kamu tau rumah Cella?" Bella bertanya dengan nada curiga.
Rakha hanya berdeham.
"Ke rumahnya? Ngapain ke rumah dia?" tanya Bella penasaran.
"Jemput dia, ngajak biar dia ikut acara pelepasan," balas Rakha tanpa menatap wajah Bella.
Emosi Bella seketika memuncak, jemarinya meremas kuat dress yang ia kenakan.
"Aku tadi minta kamu temenin aku tapi kamu bilang ada urusan penting. Jadi kamu ke rumah Cella?" tanyanya
"Hmm," gumam Rakha tanpa menoleh.
"Rakha!! Aku tadi udah mohon-mohon ke kamu buat temenin aku ambil dress sama make over dan kamu nolak cuma buat ngajak Cella ikut prom night? Aku sampe naik ojek online karena papa sama mama aku lagi kerja. Kamu seharusnya sebagai pacar ngertiin aku dong. Aku tuh gak minta yang macem-macem, cuma minta temenin. Aku dandan cantik gini juga biar kamu seneng, Rak! Tapi kamu malah pergi ke rumah Cella? Bisa kan tinggal by chat atau telepon? Kenapa mesti ke rumah dia coba?" teriak Bella dengan air mata yang tidak dapat dibendung lagi.
Nada mendekati Bella lalu mengelus pundak Bella agar ia tenang. "Ssttt, Bell, udah jangan emosi dulu."
"Nad, Za, gue minta tolong boleh?" tanya Rakha pelan.
Mereka berdua reflek mengangguk.
"Tolong anterin Bella pulang, kalian juga pulang aja. Biar gue yang nunggu disini, kalo ada apa-apa gue bakal kabarin kalian kok," pinta Rakha sambil memberikan senyum tipisnya.
"Gak, aku gak mau pulang kalo kamu gak pulang!" tolak Bella.
"Bell, please, jangan emosian gini," sahut Rakha sambil menggenggam tangan Bella.
"Kamu ada apa sih sama Cella? Perhatian banget gitu sampe tega nyuruh aku pulang sama yang lain?"
"Bell, please. Liat kondisi." Rakha memohon agar Bella tidak terbawa emosi.
"Kamu juga pulang!" seru Bella.
"Terus Cella gimana? Hmm?" tanya Rakha lembut.
"Dia bukan siapa-siapa kamu!! Kenapa kamu yang repot sih?" balas Bella dengan emosi. Ia melepas genggaman tangan Rakha.
"Bell, udah ayo pulang aja, besok kita kesini lagi," bujuk Nada.
"Dia ketua angkatan, Bell. Maklumin aja kalo dia perhatian ke anak-anak," sahut Riza memberi pengertian.
"Ketua angkatan kan? Kenapa sampe jemput ke rumah terus sekarang ngurusin di rumah sakit!!" bentak Bella.
"Bell, kamu kenapa sih?" Rakha bertanya dengan nada meninggi.
"Kamu yang kenapa? Mendadak sok care sama dia!" balas Bella dengan suara yang semakin tinggi.
Bug!
Rakha memukul dinding di sampingnya. Mukanya merah padam menahan emosi.
"Kalian pulang aja," perintahnya tanpa memandang siapa-siapa. Lalu ia pergi menjauh meninggalkan ketiga orang yang masih terkejut melihat sikapnya.
"Lo liat kan Nad, Za? Dia itu gak kayak biasanya," lirih Bella.
"Sstt, udah kita pulang dulu aja tenangin diri masing-masing," ajak Riza lalu menuntun Nada dan Bella keluar rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?