"Ma, pokoknya Cella mau keluar sebentar. Dua jam doang kok. Boleh ya?" ucap Cella kembali sambil memainkan laptop di pangkuannya.
"Enggak Cella, kondisi kamu itu belum pulih. Udah deh jangan nakal," tolak Nova.
"Ma, ini tuh penting banget. Sekali ini aja. Biar Cella gak penasaran." Cella memohon tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.
Nova yang melihat anaknya memohon seperti itu sangat tidak tega. "Coba mama tanya ke dokter dulu ya."
"Ck, dokter itu mah pasti ngelarang," gerutu Cella.
"Bentar mama cari dokter Riza dulu," ucap Nova lalu berjalan keluar ruangan.
"Ish !" Cella mendesis pelan.
Tak lama, pintu ruangan terbuka. Cella tetap fokus memainkan laptopnya.
"Assalamualaikum," ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan.
"Waalaikumsalam, ah lo mulu," balas Cella sambil melirik sebentar lalu kembali menatap layar laptopnya.
"Dih, kenapa lo?" tanya orang itu sambil berjalan mendekat.
"Tau ah, diem lo!" seru Cella cepat.
Suasana hening, tidak ada satupun yang memulai pembicaraan. Cella tengah memikirkan apakah dokter Riza memberikan izin untuk dirinya? Ah, sepertinya tidak akan.
"Rak?" panggil Cella.
"Cell?" panggil Rakha.
Lagi-lagi mereka bicara bersamaan.
"Lo duluan," ucap Rakha.
"Lo tau kenapa gue bisa masuk rumah sakit kan?" tanya Cella pelan.
Tatapan Rakha berubah sendu. Ia mengangguk pelan.
"Kabar laki-laki itu gimana?" tanya Cella kembali.
Rakha terkejut. Mengapa Cella masih menanyakan kabar seseorang yang telah berbuat kejam kepada dirinya.
"Kenapa lo tanya itu Cell?" tanya Rakha.
Cella mengendikkan bahunya, "Penasaran aja."
Rakha menghembuskan nafasnya kasar, "Pas lo kritis dan butuh donor darah, tante Nova bilang kalo dia bakal nyari pria itu. Awalnya gue gak ngerti siapa yang dimaksud. Terus akhir nya gue tau itu papa lo dan itu juga perbuatannya."
Cella hanya menyimak. Bayangan saat pertikaian kemarin kembali berputar di benaknya.
"Tante cari papa lo ke penjara supaya dia donorin darah ke lo," ucap Rakha.
"Hah? Di penjara?" tanya Cella setengah berteriak.
"Iya, pas kejadian ada saksi dan alat bukti. Makanya langsung di proses dan..." ucapan Rakha terhenti.
"Terus kenapa malah lo yang donorin darah ke gue?" potong Cella.
"Pas mereka sampe, papa lo tes darah dulu. Ternyata darahnya kotor dan gak bisa buat di donorin. Disitu situasinya udah gawat banget. Akhirnya gue langsung ajuin diri dan gue donorin darah gue ke lo," jelas Rakha sambil menatap Cella.
"Bella?" tanya Cella cepat, ia merasa sangat bersalah mendengar penjelasan tadi.
"Lo mesti tau apa yang gue pikirin. Jadi gue mikirnya abis bantu lo, gue langsung bantu Bella. Tapi untungnya saudara Bella ada yang dateng ke rumah sakit. Dia dikabarin sama orangtua Bella," jawab Rakha sambil mengusap wajahnya kasar.
Cklekk
Muncul Nova dan dokter Riza.
"Kamu mau izin kemana Cella?" tanya dokter Riza.
"Urusan penting banget, dok. Saya cuma butuh izin dua jam aja," balas Cella datar.
"Cella, gak boleh gitu." Nova memperingatkan.
"Ck." Cella berdecak malas.
"Kamu pergi sendiri?" tanya dokter Riza.
"Iya lah masa rame-rame, emang saya mau tawuran?" Cella sedikit terpancing emosi. Mengapa dia dikekang seperti ini?
Dokter Riza terkekeh sementara Nova melotot melihat sikap Cella yang sangat....
"Saya yang temani boleh, dok?" tanya Rakha tiba-tiba.
Cella langsung melebarkan matanya, "Enggak!" tolaknya.
"Boleh nak," sahut Nova.
"Baik kalau begitu," balas dokter Riza.
Cella memandang wajah mereka satu per satu, lalu merengut kesal sambil menendang selimutnya. "Ish... Awww!" pekiknya.
"Ya Allah!" teriak Nova lalu menghampiri Cella.
"Jangan bergerak berlebihan Cella." Dokter Riza memperingatkan.
"Cella sendiri aja!" sungutnya.
"Nurut atau enggak sama sekali?" ucap Nova tegas.
Sambil memutar bola matanya malas, "Iya, ditemenin RAKHA!" serunya dengan menekankan nama Rakha.
Rakha yang melihatnya menahan tawa, akhirnya Cella mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?