Cella berdecak sebal karena ia tidak tahu akan menghadiri acara promnight. Ia bingung harus berdandan dan memakai baju seperti apa. Dirinya belum pernah menghadiri acara seperti itu meskipun usianya kini hampir menginjak dua puluh dua tahun.
"Ck, ya ampun kenapa baju gue modelnya beginian semua??" teriak Cella frustasi sambil mengacak-acak tumpukan pakaiannya.
Matanya tertuju pada dress hitam dengan kerutan di leher yang turun dengan model v neck. Simpel namun elegan, pikirnya.
"Thanks, ternyata ada juga gunanya ini baju disaat kayak gini." Cella tersenyum sumringah dan segera mengganti pakaiannya.
Sementara di ruang tamu Rakha terlihat gelisah. Sudah satu jam menunggu di ruang tamu namun Cella tak kunjung datang.
"Cell? Ayo nanti telat nih," teriak Rakha tanpa melepas pandangannya dari permainan di ponselnya.
"Ck, sabar sih. Gue tuh gak pernah beginian. Ribet!" sungut Cella saat keluar menghampiri Rakha.
"Yuk udah siap nih gue. Gini aja gapapa kan ya?" tanya Cella.
Rakha mengalihkan pandangan dari ponselnya, kini ia memperhatikan penampilan Cella dari atas lalu ke bawah. "Cantik dan gak berlebihan," batinnya.
Cella mendorong lengan Rakha pelan, "Dijawab dong cocok gak?"
"Sejak kapan lo merhatiin penampilan hmm?" kekeh Rakha.
"Sialan," balas Cella sambil melangkah keluar rumah meninggalkan Rakha.
"Njir, gue ditinggal padahal gue nunggu lama banget," sindir Rakha sambil menutup pintu rumah Cella.
"Rak? Pake mobil?" Cella membalikkan tubuhnya menghadap Rakha.
Rakha mengangguk lalu tersenyum, "Yuk masuk."
Suasana di mobil diselimuti keheningan, hanya ditemani iringan musik dan sesekali mereka berdua bersenandung kecil.
"Rak, gue balik aja deh." Cella menempatkan kepalanya di dashboard setelah sampai.
"Hahaha...." Rakha tertawa sembari melepaskan seat beltnya.
"Ck, kok ketawa sih lo?" decak Cella sebal tanpa merubah posisinya.
"Gue belum tau sepenuhnya tentang lo ternyata. Gue gatau kalo lo bisa kayak anak kecil gini," ledek Rakha sambil mengacak rambut Cella pelan.
"Ck, bodo ah. Ayo Rak makan bakso aja deh gue laper. Gue traktir." Cella menghadap Rakha sambil memasang wajah memelas.
"Gak usah masang muka gitu. Yuk masuk, gue temenin kok," ucap Rakha.
"Sampe di dalem juga lo pasti sibuk sama Bella dan yang lain. Lagian kalo gue nempel sama lo terus entar jadi bahan ghibah," sungut Cella.
Tiba-tiba Cella merasakan rasa sakit di bagian perutnya. Ia baru ingat dirinya lupa meminum obat.
"Cell? Kenapa lo?" tanya Rakha saat melihat Cella memegang perutnya.
"Cell?" Rakha menepuk pundak Cella.
"Hmm? Yuk masuk!" balas Cella pelan sambil melepas seat beltnya lalu meraih gagang pintu mobil.
"Rak, gue masuk duluan. Takut jadi omongan," senyum Cella kemudian ia melangkahkan kaki menuju pintu masuk.
"Dia cantik, baik, yaa walaupun jutek, dingin dan mukanya nyebelin tapi gue tau dia mandiri dan kuat banget. Kenapa ya dia tertutup gitu? Sejauh gue temenan sama dia yang gue tau dia bukan anak introvert. Tapi kenapa gue ngerasa kayak banyak banget rahasia yang dia sembunyiin?" gumam Rakha sambil menatap kepergian Cella dari dalam mobilnya. Tak lama ia pun segera turun dan memasuki tempat acara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?