B+

91 25 0
                                    

Rakha terus memanggil Bella yang sedang terpejam. Perasaannya sangat kalut terlebih melihat Bella yang terus mengeluarkan banyak darah.

"Maaf, mas harus menunggu di luar ruangan. Biar kami fokus menangani pasien," ucap salah satu suster yang menahan Rakha masuk ke dalam ruangan.

"Sus, tolong lakukan yang terbaik!" balas Rakha penuh emosi.

Suster itu mengangguk lalu menutup pintu ruang UGD.

"Ya Allah... Ini semua salah gue!" racau Rakha.

Ia segera mengeluarkan ponsel.

"Assalamualaikum, tante." Rakha menelepon Meri, ibunda Bella.

"....."

"Maaf tante, Rakha mau ngasih kabar tentang Bella. Tapi tante tenang dulu ya jangan panik apalagi jantung tante lemah," ucap Rakha hati-hati.

"....."

"Bella sekarang lagi di rumah sakit, dia kecelakaan," lirih Rakha sambil meremas tangannya.

"......."

"Tenang dulu tante, tante hubungin om Bram dulu. Disini Bella lagi ditanganin sama dokter. Rakha akan selalu kabarin tante dan om tentang kondisi Bella. Yang terpenting tante gak boleh panik, inget Bella pasti nunggu kehadiran om dan tante."

"....."

"Iya tante, Rakha tutup dulu ya teleponnya," pamit Rakha sambil mengusap wajahnya kasar.

"Dokter!! Suster! Cella kejang-kejang!! Sus, cepat kesini!" teriak seorang perempuan dari ruangan yang tak jauh dari tempat duduk Rakha.

Rakha pun ikut menoleh, matanya menyipit memastikan penglihatannya tidak salah. "Tante Nova?" gumamnya.

Otaknya baru merespon ketika mendengar lagi teriakan.

"Dok, saya mohon selamatkan anak saya..."

"Jangan-jangan... Cella?" Rakha segera berdiri dan berlari mendekati tante Nova yang sedang duduk sambil menangis sesenggukan.

"Tante Nova," panggil Rakha saat berdiri di hadapan perempuan yang sedang menangis itu.

Nova melihat ke sumber suara yang memanggilnya, "Rakha?"

"Iya tante, Cella kenapa?" tamya Rakha.

Mendengar pertanyaan itu Nova semakin menangis histeris.

"Ini karena laki-laki brengsek itu! Huhu... Cella selalu susah karena dia! Hiks.. Bajingan!!"

"Tenang tante... Sabar ya. Doa sama Tuhan, Cella anak yang kuat!" Rakha menenangkan Nova yang terisak.

"Dia.. Hiks... Organ hatinya rusak.. Hiks.. Kena tusukan dari si bajingan itu! Huhu.. Hiks... Ya Allah," lirih Nova.

Rakha mencerna setiap perkataan tante Nova. Cella? Ditusuk? Sama siapa? Maksudnya tante Nova udah tau penyakit Cella?

"Maaf tante, saya masih belum ngerti Cella kenapa?"

"Cella terkena tusukan pisau dan tusukannya mengenai tepat di organ hatinya," seru seseorang yang baru keluar dari ruangan Cella.

Rakha menoleh dan terkejut saat melihat dokter Riza. Dokter yang pernah menangani Cella saat pingsan di acara pelepasan.

Nova segera bangkit dari duduknya, "Dok, bagaimana dengan Cella?"

"Pasien kekurangan banyak darah karena tusukannya. Sayangnya saat ini stok kantong darah yang sama dengan darah Cella kosong," ucap Dokter Riza.

"Hiks... Darah Cella sama dengan darah laki-laki itu, tapi..."

"Golongan darah Cella apa, dok?" tanya Rakha cepat.

"B positif," ucap dokter Riza.

"Ambil darah saya, dok. Golongan darah saya sama dengan Cella," sahut Rakha cepat.

"Kamu yakin gapapa nak?" tanya tante Nova sambil memegang tangan Rakha.

"Gapapa tante, Cella kan teman saya. Tante tenang dulu ya." Rakha menggenggam sebentar tangan tante Nova

"Baik, sebelumnya mari kita cek dulu apakah darah kamu bisa didonorkan ke Cella," ucap dokter Riza.

"Baik, saya si..." ucapan Rakha terhenti saat seorang suster menghampiri Rakha.

"Maaf mas, teman mas saat ini kekurangan darah. Kebetulan stok darah di rumah sakit ini kosong. Apa mas bisa menghubungi pihak keluarga pasien?" tanya suster.

Rakha terdiam, om Bram dan tante Meri masih perjalanan bisnis di Perancis. Pasti memakan waktu yang lama jika meminta mereka berdua segera ke Indonesia.

"Apa golongan darah anak itu?" tanya Nova.

"B positif," jawab suster itu sembari membaca berkas pasien.

Semuanya terdiam setelah mendengar ucapan suster.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang