What's Wrong With You?

111 38 0
                                    

Cella POV

Bukannya tidak pernah terbersit dipikiranku mengenai mereka. Sejujurnya aku pun mempunyai pengalaman yang buruk tentang pertemanan. Di masa sekolah temanku banyak tapi setelah kelulusan atau pergantian kelas, mereka menghilang seakan tidak pernah menganggapku lagi. Pola yang sama sejak di bangku sekolah dasar bahkan sampai sekarang. Aku pun hanya menatap sendu pemandangan pepohonan dari depan kelasku di lantai tiga, "Real a friend or just a friend with benefit?" batinku.

Rasanya hari ini semakin berat. Rupanya walaupun aku sudah berusaha sebaik mungkin tetapi tetap saja ada orang-orang yang tidak nenyukaiku. Apa salahku? Aku tak habis pikir.

Aku melihat Salsa dan teman-temannya memasuki kelas. Tertawa bersama dan bercanda. Ya, tujuh orang itu sangat lengket meskipun sering terjadi perang dingin namun itu yang semakin mempererat mereka. Aku berani bertaruh kalau pertemanan mereka akan bertahan bahkan setelah kelulusan nanti.

Aku segera memasuki kelas, duduk di tempatku dan memasang earphone. Aku ingin tertidur karena sekarang sedang jam kosong. Aku malas mengerjakan tugas sekarang.

"Cell, gak ngerjain?" tanya Dilla.

"Ck, gak dulu deh entar aja," decakku malas sambil menempatkan kepalaku di atas meja. Kedua tanganku menjadi penopang, kujadikan penghalang agar sinar tidak menerpa wajahku.

"Emang gak dikumpulin?" tanya Nadya.

"Dikumpulin kok, tuh kan ada tulisan di papan tulis," sahutku sambil membenamkan kepalaku untuk kembali tidur.

"Yah, Cell, gue mau ngerjain tapi gak ngerti kan," ucap Dilla dengan nada memelas.

Aku tidak bergeming. Ayolah, aku ingin segera menuju alam mimpi.

"Cell, itu dikumpulin?" Terdengar suara tanya dari Wafa salah satu teman dekat Salsa.

"Hmm," gumamku agak keras.

"Lah itu lo gak ngerjain?" tanyanya kembali.

"Gak," balasku dengan tetap menidurkan kepalaku.

"Sstt, udah kasian itu dia lagi tidur ditanyain tugas," ucap Bagas pelan. Samar-samar aku masih dapat mendengarnya.

"Yaelah, nanya doang kali, kenapa lo yang repot?" cibir Wafa.

"Ciee Bagas perhatian sama Cella," sahut Reza sambil terkekeh.

Aku mendengar namun sengaja tidak menggubris, aku ingin tidur.

"Sa, Bagas bandel nih," adu Wafa.

"Kompor dah," sinis Bagas.

Aku menunggu respon Salsa, namun sepertinya perempuan itu tidak berkata apapun.

"Cell, kerjain dong biar gue liat, nanti gue kumpulin deh," ucap Gisha sambil menepuk bahuku.

Aku bergerak seakan baru terbangun dari tidurku.

"Hmm?" tanyaku sambil melepas earphoneku. Padahal aku sudah mendengar perkataannya tadi.

"Kerjain yuk Cell, biar gue bisa liat juga, entar gue kumpulin punya lo sekalian," ulang Gisha.

Aku menatap wajah Gisha. Aku pun menoleh ke arah Dilla, Nadya, Fanny dan juga Dina bergantian. Kini mereka sibuk dengan ponselnya. Sementara ada Nisa dan Fatma yang sepertinya sedang melakukan sesi curahan hatinya. "Are you kidding? Mau tugas kelar tapi gak mau nyoba ngerjain," batinku.

Aku pun berdecak malas, "Ck, gue gak tau ngerjain apa enggak."

"Lah lo gak ngumpulin," tanyanya lagi.

"Gatau," balasku sembari bangun dari tempat duduk.

"Lo mau kemana Cell?" teriak Fanny.

"Gatau," balasku sambil berlalu keluar dari kelas.

Aku keluar kelas karena pikiranku sedang tidak jernih sekarang. Aku merasa teman-temanku seakan tidak memperdulikanku. Terbukti mereka hanya khawatir dengan diriku yang tidak mengerjakan tugas sehingga mereka tidak bisa menyalin. Uuh, mengingatnya membuat kepalaku menjadi sakit. Aku putuskan untuk berjalan ke belakang ruang komputer. Aku duduk dan menatap rumput serta pepohonan. Aku yakin guru-guru tidak akan ada yang berkeliling disini. Aku kembali memasang earphoneku dan bersandar di tembok. Angin sepoi-sepoi membuat mataku berat dan tidak lama aku pun terpejam.

"Mending di UKS."

Aku seperti mendengar suara, aah mungkin itu hanya lagu yang sedang kudengar. Aku pun melanjutkan tidurku kembali.

Bagas POV

Aku mendengarkan percakapannya dengan teman-temannya. Ah, apa mereka sama sekali tidak menyadari wajah lelahnya? Aku ingin menanyakan kondisinya tapi aku tidak mau membuat suasana memanas.

"Cell, itu dikumpulin?" tanya Wafa. Aku melirik memperhatikan.

"Hmm." Perempuan itu hanya berdeham dan tetap dengan posisi tidurnya.

"Lah itu lo gak ngerjain?" tanyanya Wafa kembali. Aku jengah mendengarnya.

"Gak." Balasan yang terdengar mulai tampak ada emosi di nadanya namun perempuan itu tetap tidak merubah posisinya.

Aku pun tidak tahu kenapa aku menjadi kesal melihat perlakuan mereka ke perempuan itu.

"Sstt, udah kasian itu dia lagi tidur ditanyain tugas," ucapku.

"Yaelah, nanya doang kali, kenapa lo yang repot?" balas Wafa.

"Ciee Bagas perhatian sama Cella," sahut Reza. Aku ingin sekali memukul wajahnya yang penuh dengan ekspresi dibuat-buat seperti itu

"Sa, Bagas bandel nih." Adu Wafa.

"Kompor dah," sinisku sembari memutar bola mataku malas.

Namun fokusku kembali teralih ke perempuan tadi yang kini melangkah keluar kelas. What's wrong with you? Namun pertanyaan itu hanya muncul di benakku.

Mataku menatap kepergian perempuan itu. Perempuan yang entah mengapa membuatku selalu memperhatikannya. Aku tidak tau mengapa aku penasaran hanya karena dirinya. Tidak lama kemudian aku bangkit dari tempat duduk untuk mengikutinya.

"Kemana, Gas?" tanya Reza sambil tetap fokus menatap layar ponselnya.

"Toilet," balasku sambil berjalan keluar.

Aku mengawasi gadis itu dari kejauhan. Taman belakang sekolah. Tempat yang sangat sepi mengingat sekarang sedang jam kegiatan belajar. Rupanya dia butuh tempat sepi. Sebegitu lelahnya kah gadis itu?

"Gila tuh cewek asal duduk aja. Gak nyari bangku gitu?" gumamku sambil tetap berdiri di kejauhan.

Aku melihat ia memakai earphone dan mulai menyandarkan tubuhnya di tembok sekolah. Sepertinya tidak lama lagi ia akan tertidur. Aku pun berjalan mendekat. Entah mengapa tapi aku hanya ingin memastikan perempuan ini aman saat beristirahat. Lagipula aku tidak habis pikir mengapa ia memilih tempat ini daripada ke UKS.

Aku memperhatikan wajahnya yang sama sekali tidak terganggu dengan pancaran matahari pagi.

"Ck, mending di UKS." Aku berdecak pelan karena tidak tega melihatnya tidur seperti itu.

Hening. Perempuan itu benar-benar terlelap. Ia bahkan tidak menyadari sedari tadi aku duduk disampingnya. Kulirik jam tanganku, lalu aku bangkit dan pergi meninggalkan dirinya.

Aku melangkahkan kakiku ke kantin. Entah kenapa aku menjadi peduli. Mungkin karena aku sering bertanya dan mengerjakan tugas dengannya.

"Bu, saya ambil ini sama bikinin susu coklat dingin dong."

"Oke siap!!"

Tak lama kemudian pesananku sudah siap lalu aku pun membayarnya dan segera pergi menuju taman belakang sekolah, tempat perempuan itu tertidur dengan santai.

Sesampainya disana aku bergerak sangat pelan karena takut menimbulkan suara. Aku menempatkan roti dan susu coklat ini disampingnya. Tanpa sadar senyumku muncul lalu aku pun bergegas untuk kembali ke kelas.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang