Apa karena Gue?

262 117 5
                                    

"Rak, entar abis kelas ngumpul dulu gak?" tanya Nada.

"Hmm, jangan deh, sore aja gimana?" balas Rakha sambil merapikan bukunya.

"Oke sip." Nada membalas sambil berlalu.

Diam-diam Rakha memperhatikan Cella yang baru saja berjalan masuk ke kelasnya.

Masuk tanpa menyapa dan langsung duduk di kursi barisan depan. Matanya terlihat dingin seperti biasa.

"Wei, lo masih aja penasaran?" tanya Rio yang duduk di belakang Rakha.

Rakha tidak menggubris, ia hanya memainkan ponselnya sambil sesekali melirik ke arah Cella.

"Udah lah diemin aja, dianya aja antipati sama kita-kita kan?" seru Rio.

"Hmm, tapi kita gak pernah tau kenapa dia bisa gitu kan?" sahut Rakha pelan.

"Weiiss, Rak, sadar!! Lo udah punya Bella yang lebih dari si Cella yang ansos itu!" ucap Rio pelan dengan penuh penekanan.

"Dih, lo aja yang mikir kejauhan. Gue mikir kayak gini karena gue ketua angkatan dan gue mau nyatuin angkatan kita, yo!" balas Rakha sambil menoyor dahi Rio.

Siang itu Rakha dan teman-temannya sedang sibuk mempersiapkan acara jurusannya yang kurang lebih akan diadakan satu bulan lagi. Semua sudah mendapatkan bagian untuk mengurus kegiatan ini, kecuali Cella. Ia tidak pernah datang dan mau mengikutin kegiatan angkatannya sekalipun jurusannya sendiri.

"Rapatnya udah dulu ya, udah di catet semua kan, Bell?" tanya Rakha ke Bella yang menjadi sekretaris dalam acara ini.

"Udah semua kok. Agenda rapat selanjutnya tiga hari ke depan kan?" balas Bella.

"Iya, gimana yang lain bisa kan? Jamnya menyusul aja," tanya Rakha.

"Iya bisa kok," balas teman-teman Rakha yang lain.

Selesai rapat Rakha berniat untuk pergi sebentar keluar dari fakultasnya, sedangkan Bella masih ada kelas sore sehingga mereka tidak bisa bersama-sama. Tapi seperti biasa, Rakha akan menunggu Bella selesai kelas agar bisa pulang bersama.

Rakha berjalan menuju perpustakaan pusat kampusnya. Bukan karena ia kutu buku, namun tempat ini tenang dan banyak ruang untuk dimanfaatkan sebagai tempat tidur masa kini.

Rakha masuk ke ruangan membaca. Disana setiap meja terisi dua bangku dan disekat dengan meja selanjutnya. Rakha memilih tempat di pojok yang sangat strategis.

"Nah, enak nih tempat, pas banget dibawa AC," gumam Rakha pelan sambil mengatur tempatnya.

🐾🐾🐾🐾

"Hmm.. kemaren nanggung gitu download nya gara-gara gue gak bawa charger laptop. Kali ini harus download sampe tamat!" gumam Cella sambil berjalan memasuki gedung perpustakaan pusat di kampusnya.

Dia berjalan cepat melewati mahasiswa yang lain tanpa menoleh dan senyum.

Untuk apa basa-basi? Toh mereka tidak saling kenal.

"Yah... Ruang baca satu penuh semua, ah elah ngapain sih pada jadi rame mainnya kesini mulu? Perasaan dulu nih tempat selalu sepi pengunjung," gerutunya sambil melirik bangku-bangku yang sudah terisi oleh mahasiswa lain.

Ia pun berjalan menuju ruang baca dua yang terletak di lantai tiga.

Di lantai tiga pun masih sama keadaannya seperti lantai sebelumnya, penuh dengan mahasiswa tapi kebanyakan sibuk dengan laptopnya masing-masing. Tidak seperti lantai dua yang kebanyakan diisi oleh mahasiswa yang sedang bekerja kelompok sehingga membuat risih jika tiba-tiba ikut gabung duduk di meja yang sama.

"Nah itu pojok kosong kan ya?" batin Cella.

"Nah bagus, bisa ngadem juga disini kan di bawah AC hehe... Rezeki penghuni setia perpus ya gini." Cella tersenyum tipis sambil membuka laptopnya, tak lupa ia memasang earphone nya.

Suasana sangat sepi, hanya terdengar bunyi keyboard laptop diketik. Suasana yang sangat mendukung untuk tidur atau hanya sekedar merelaksasi pikiran dari kejamnya tugas-tugas kampus.

Ketika Cella sedang fokus mendownload sambil mendengarkan lagu, tiba-tiba baterai laptopnya merah, menunjukkan sisa daya hanya sekitar 15%.

"Yah iya, semalem lupa gue nge charge," gumam Cella sambil mencari charger laptopnya.

Cella menoleh ke depannya tapi tidak ada stop kontak disana. Lalu ia menoleh ke sampingnya. Ia pun terkejut dalam ekspresi datarnya.

"Hah? Itu Rakha daritadi? Kok gue gak tau ya dia disitu?" Batinnya.

Ia melihat tempat charger berada tepat di depan bangku Rakha, tapi ia juga menimbang karena jika dipaksakan untuk mengisi baterai disitu maka Rakha akan terbangun dan Cella sangat malas sekali jika harus berinteraksi dengan Rakha walau hanya basa-basi.

"Gue pindah aja deh," batinnya. Kemudian ia segera merapikan dan menutup laptopnya.

Baru beberapa langkah tiba-tiba langkah Cella terhenti.

"Cell?"

Cella pun menoleh ke belakang, Rakha sedang menatap wajah Cella. Cella tidak mengeluarkan sepatah kata pun, hanya menatap balik Rakha dengan ekspresi datarnya seolah menanyakan ada apa memanggilnya?

"Kok pindah? Lo mau charger laptop lo kan tadi?" tanya Rakha sambil memutar badannya sehingga sekarang mereka benar-benar berhadapan.

"Gak, gue cari tempat lain aja," balas Cella.

"Kenapa? Disini kan kosong." Rakha mengedarkan pandangannya.

"Ganggu orang tidur," jawab Cella.

"Apa karena yang disini gue ya? Kalo bukan gue pasti lo fine aja kan?" tanya Rakha sambil berdiri.

"Gak," balas Cella cepat.

"Gue gak tidur, daritadi gue cuma nutup mata gue doang. Dari awal lo dateng gue udah tau," ucap Rakha.

"Hmm, terus?" balas Cella.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang