"Buruan dong!" sungut Niko.
"Ish, lo marah-marah mulu! Dulu lo mana berani sama gue," sinis Cella
Niko hanya diam tidak membalas perkataan Cella. Kini mereka di dalam mobil Niko menuju tempat yang sudah dipersiapkannya untuk menghabiskan seharian penuh bersama perempuan yang duduk di sebelahnya.
"Nik, gue matiin ya ac nya?" tanya Cella memecah keheningan.
"Lo kedinginan? Tumben?" lirik Niko.
"Ck, ini masih pagi dan gue udah mandi demi lo nih!" Cella melirik sinis.
"Salah siapa ngadain acara ginian? Udah ngomongnya pake gue-lo nih?" ledek Niko.
Tanpa menunggu lama Cella langsung mematikan AC nya, "Entar gue kenapa-kenapa lo juga yang repot!" cibirnya.
Niko gemas dan reflek mengacak-acak rambut Cella.
"Pasti lo gak nyisir kan?" ledek Niko.
Cella langsung menepis tangan Niko dan merapikan kembali rambutnya yang awut-awutan.
"Sialan! Gue bikin acara ini biar ada kenangan bukan ajang bully gue!" gerutu Cella.
"Slow baby. I've a sweetest plan just for you, beb!" Niko mengerlingkan sebelah matanya.
"Bab beb bab beb! Bodo ah! Bangunin gue kalo udah sampe!" ketus Cella lalu segera mencari posisi nyaman untuk tidur.
"Aku bangunin kalo udah sampe pelaminan," balas Niko.
"Kita mau ke acara pernikahan?" tanya Cella terkejut.
"Pernikahan kita berdua," kekeh Niko.
"Aiish... Darah tinggi gue seharian sama lo!" Cella meninju lengan Niko lalu kembali tidur, sementara Niko terkekeh.
.
.
.
.
"Panti Sosial?" Cella mengerjapkan matanya.
"Yoi, yuk!" seru Niko sembari keluar dari mobilnya. Cella pun mengikuti Niko.
Kedatangan mereka disambut oleh seorang Ibu yang terlihat sudah menua dan sekumpulan anak-anak kecil dengan umur yang berbeda.
"Bang Niko!!" teriak seorang anak laki-laki bertubuh gempal sambil berlari menghampiri Niko.
Niko pun terkekeh dan segera berjalan menghampiri anak tersebut lalu menggendongnya.
"Heyho jagoan!" sapanya.
Cella dan Niko terus berjalan menghampiri orang-orang yang tengah menyambutnya.
"Assalamualaikum, Ibu!" seru Niko sambil mencium tangan Ibu itu.
Cella pun mengikuti Niko untuk bersalaman dengan Ibu itu, "Saya Cella," ucapnya memperkenalkan diri.
"Wah, Niko tumben bawa orang lain kesini. Biasanya cuma sendiri. Ini siapanya hayoo?" ledek ibu itu.
Niko hanya terkekeh sedangkan Cella menggaruk tengkuknya kikuk.
"Halo para jagoan! Abang punya banyak amunisi di mobil. Siapa yang mau bantu abang bawa masuk amunisi itu ke dalam rumah?" tanya Niko dengan suara lantang.
"Saya!!" sahut anak-anak itu serempak.
Niko menoleh ke arah Cella yang terlihat bingung, "Lo disini dulu ya kenalan aja sama Ibu Sarmi. Dia baik gak jutek dan nyebelin kayak lo," ledek Niko lalu segera berlari menghampiri anak-anak.
Cella mendelik lalu kembali menatap Ibu Sarmi.
"Emm, Bu. Niko sering kesini ya? Akrab banget sama yang lain," tanya Cella sungkan.
"Yuk, ibu ceritakan di dalam saja," balas Ibu Sarmi dan Cella pun mengikuti masuk.
Kini Cella dan Ibu Sarmi tengah duduk di ruang tamu. Cella mengedarkan pandangannya ke foto yang terpajang di tiap dinding dan meja. Terlihat Niko dan beberapa anak-anak masuk dengan candaan.
"Yee, Loren menang!!" teriak anak perempuan berambut pirang.
'Loren curang. Masa di gendong Bang Niko." Anak laki-laki dengan tubuh gempal masuk sambil mengerucutkan bibirnya.
"Dean... Jangan lari-lari nanti kamu sakit sayang," peringat Ibu Sarmi sembari menggelengkan kepalanya.
"Aku kuat kok! Kan selalu dikasih amunisi sama Bang Niko," sanggahnya sambil mengangkat dua kantong plastik berisi sayuran dan buah-buahan.
"Bu, aku titip Cella sebentar ya. Mau ajak main anak-anak," ucap Niko.
"Iya, udah sana. Mereka kangen sama kamu tuh nanya terus kapan abangnya dateng," ujar Ibu Sarmi.
Niko tersenyum lalu segera berlari keluar, "Ayo abang ajarin cara jadi jagoan super!" teriaknya. Anak-anak yang melihatnya langsung menyusul berlari keluar.
Ibu Sarmi menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum lalu kembali duduk.
"Niko itu sayang banget sama anak-anak disini. Udah dianggap adik sendiri," ucap ibu Sarmi sambil tersenyum.
"Saya kaget ngeliat Niko kayak gitu. Biasanya ngeselin," balas Cella.
"Ibu seneng dia bisa bersikap kayak sekarang. Dulu dia itu dingin sama semuanya, bahkan ke ibu. Awal ibu nemuin dia di hutan dan ibu asuh disini," jelas ibu Sarmi dengan tatapan menerawang.
"Apa bu? Ditemuin?" tanya Cella terkejut.
Ibu Sarmi mengangguk, "Sepertinya dia sengaja ditinggal disana, Ibu lihat ada bekal dan beberapa uang di dalam tasnya waktu itu. Lalu ada catatan tertulis disitu ia minta tolong asuh anak ini bagi yang menemukannya. Ibu kaget, sedih, marah. Kok bisa anak kecil yang masih berumur tujuh tahun diperlakukan seperti itu."
Ibu Sarmi mengusap pipinya yang basah karena air matanya berjatuhan.
"Ibu nemuin dia lagi nangis kejar. Berulang kali ngucapin Niko janji gak akan nakal. Gak akan ngadu ke papa." Ibu Sarmi tersedu.
"Ibu akhirnya bawa dia kesini karena ada beberapa anak yang juga nasibnya gak jauh sama Niko. Tapi semenjak itu dia gak pernah nunjukin ekspresinya. Cuma ngomong ke ibu itupun setiap ngomong singkat dan dingin. Sampe anak-anak yang lain gak ada yang berani deket-deket sama dia. Apalagi ngobrol, langsung dia bentak," lanjut ibu Sarmi.
"Pihak keluarganya enggak ada yang coba cari kesini, Bu?" tanya Cella sendu.
Ibu Sarmi menggeleng, "Niko bahkan gak pernah nanyain tentang keluarganya sampe sekarang."
Cella terdiam, menatap foto yang menampakkan wajah Niko kecil yang duduk di paling pinggir tanpa ekspresi. Tatapannya tajam dan dingin tanpa senyum di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?