Cella yang tengah minum merasa ada yang sedang memperhatikannya, ia segera mengangkat kepalanya. Benar saja, saat ini Arman sedang memperhatikan dirinya dan Cella mengernyitkan dahinya saat melihat tatapan Arman yang tidak bisa diartikan.
"Kenapa ngeliatin gue?" tanya Cella to the point.
Arman langsung tergagap dan mengusap tengkuknya. Tak lama Ares datang kembali sambil mengusap-usap punggungnya.
"Sadis lo kak!" seru Ares sambil kembali duduk.
"Bodo! Mana sepatu gue?" balas Cella acuh.
"Tuh!" Ares menunjuk ke lapangan dengan dagunya.
Cella kembali geram, "Ambilin atau yang satunya bakal nyium muka lo," titah Cella dengan ekspresi datarnya namun matanya seketika setajam mata elang.
Ares dan Arman terdiam seketika.
"Satu..." Cella berkata penuh penekanan.
Dengan cepat Ares segera bangkit dan berlari ke lapangan.
Cella hanya mengendikkan bahunya lalu tersenyum tipis.
Lagi-lagi Arman menatap gadis di hadapannya. Seketika ia terlonjak kaget saat gadis itu menyadari sedang diperhatikan.
"Kenapa lo ngeliatin gue?" tanya Cella dengan nada rendah.
"Emm, enggak," balas Arman cepat. Ia tidak mau salah bicara.
"Jawab yang bener. Jujur!" seru Cella yang kini menatap Arman.
"Eeh, tapi jangan dilempar sepatu ya kak?" pinta Arman ragu.
"Hmm." Cella hanya berdeham.
"Tadi gue takut sama lo, soalnya biasanya gak galak kayak gitu," cicit Arman pelan.
Mendengar kejujuran Arman seketika Cella tertawa dengan keras. Ares yang baru kembali dari lapangan sambil memegang sebelah sepatu Cella menatapnya bingung, lalu ia menatap Arman seakan meminta penjelasan. Namun Arman hanya menaikkan bahunya lalu kembali melihat Cella dengan tatapan bingung.
"Hahaha... Duh gue gak bisa berenti. Haha... Please, tolongin!!" keluh Cella sambil tertawa dan memegang perutnya.
"Haha... Aduuuh berenti...." Lagi-lagi Cella tertawa lalu mengeluh.
"Sarap nih orang," ucap Ares sambil menggelengkan kepalanya.
"Haha... Haduu udah-udah gue capek!!" keluh Cella. Ia segera meminum susu cokelatnya dan rasa tertawanya lama-lama menghilang.
"Ehem.. Ehem..." Cella berdeham memastikan suaranya sudah kembali normal.
"Jadi lo takut ngeliat gue kayak tadi?" tanya Cella menatap Arman.
Arman hanya mengangguk. Kini Ares yang mengerti langsung bersuara, "Ya iyalah, Arman nih alim, kaget lah ngeliat cewek bar-bar kayak lo kak."
"Gue gak ngomong sama lo! Mana sini sepatu gue?" balas Cella ketus.
Ares langsung memberikan sepatu Cella yang masih ia pegang. Lalu Cella kembali memakai sepatunya.
"Eh sini dong gitarnya minjem gue," pinta Cella ke Arman.
"Emang bisa?" tanya Arman sambil memberikan gitarnya.
"Bisa tapi amatir," kekeh Cella.
Cella segera membuka aplikasi chord lagu untuk gitar di ponselnya. Lalu ia mulai memetik gitarnya.
Harusnya kusadar semua sedari awal
Cintamu tak pernah ada untuk diriku
Kukira waktu perlahan buka hatimu
Menerima tapi tak mencintai
Berbagai cara tuk membuatmu bahagia
Hinggaku lupa perasaanku sendiri
Mencoba bertahan tapi tak mampu lagi
Sakitnya cinta tanpa dicintai
Ternyata cuma diriku yang mencintai dirimu
Untuk apa, untuk apa
Ku selalu menunggunu
Dan hanya diriku saja yang selalu merindukanmu
Untuk apa, untuk apa
Ku memendam rasa selama ini
Sesungguhnya kau tahu
Aku benar-benar inginkan kamu menjadi milikku
Ternyata cuma diriku yang mencintai dirimu
Untuk apa... Untuk apa
Ku selalu menunggumu
Hoo... Hoouuoo...
Untuk apa.... Untuk apa
Ku memendam rasa selama ini
Cella sangat menghayati lagu tersebut. Sepertinya lagu tersebut mewakili perasaannya saat ini.
"Woah... Bagus banget kak. Gue baper sumpah!" puji Ares.
"Thanks," ucap Cella sambil mengembalikan gitar ke Arman.
Arman menerima gitar tersebut. "Kak, pas classmeeting lo ikut nyanyi bareng gue mau gak?" tanyanya.
"Ah enggak ah suara gue limited sorry," tolak Cella sambil terkekeh.
"Ck, ayo kak kan classmeet terakhir lo ini sebelum lulus," bujuk Ares.
"Bertiga?" tanya Cella.
"Gue solo aja kak. Nah biar gak bosen jadi nanti Arman sama lo duet aja," jawab Ares.
Cella terlihat mempertimbangkan ajakan dari Arman.
"Emang mau bawain lagu apa?" tanya Cella.
"Belum tau sih kak," jawab Arman cepat.
"Lagu mellow aja gimana? Lo sama Arman suaranya cocok soalnya." Ares memberikan saran.
"Hmm, boleh deh. Tapi gue gak mau ada yang tau sampe hari H ya," ucap Cella sembari mengulurkan tangannya ke Arman untuk berjabat tangan.
Dengan cepat Ares membalas jabat tangan Cella. Gadis itu melongo melihat tingkah Ares.
Melihat ekspresi Cella buru-buru Ares melepas jabat tangannya dan menjelaskan ke kakak kelasnya ini, "Gue wakilin kak, Arman kan gak bisa sentuhan sama yang bukan muhrim."
"Oh iya lupa gue. Subhanallah... Subhanallah. Sorry, Man," ujar Cella.
"Hehe... Iya gapapa kak," sahut Arman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?