Kini gadis itu memantapkan hati untuk melangkah ke depan, menghampiri tempat yang sangat bersinar itu. Terpaan angin seakan menyambut kedatangannya. Ia melangkah mendekat satu per satu. Matanya seakan terhipnotis oleh rasa penasaran akan tempat itu. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendengar suara yang memanggil namanya.
"Cella bangun dong...."
Gadis itu berbalik badan ke belakang, mencari sumber suara yang ia dengar.
"Siapa?" tanyanya.
"Cell, are you okay?" Terdengar lagi suara tanpa memanggil namanya.
"Lo dimana?" teriak gadis itu. Ia berjalan ke belakang mengikuti arah suara yang datang.
"Cell, sorry..."
Gadis itu penasaran siapa yang sedang berbicara dengannya. Ia pun semakin bergerak menjauhi tempat bersinar tadi. Kini rasa penasarannya berpindah untuk mencari sumber suara itu.
"Cella gue tau lo denger perkataan gue kan?"
"Iya gue denger, lo siapa? Lo dimana? Kok gue gak bisa liat lo?" teriak Cella.
"Cell, gue gak suka ngeliat lo kayak gini."
Cella terdiam, memang ada apa dengan dirinya? Dirinya juga frustasi mencari sumber suara itu.
"Gue suka sama lo!"
"Hah?" Cella tertegun mendengar suara itu.
"Please, kasih tau gue lo dimana? Gue gak bisa liat lo!" teriak Cella. Tidak terasa airmatanya mengalir, kini ia mulai takut karena benar-benar sendirian di tempat asing ini.
Cella menghapus airmatanya kasar, ia berjalan semakin menjauhi jembatan. Hembusan angin menemani ketakutannya.
"Tolong.... Tolongin gue siapapun!!" teriak Cella frustasi.
🐾🐾🐾🐾
"Gue dimana?" tanya Rakha kebingungan. Ia berjalan dan melihat ke kanan dan kiri, tidak ada siapapun disini.
"Tolong...."
Rakha terkejut saat mendengar sayup-sayup teriakan minta tolong. Ia mendekat ke arah sumber suara. Dirinya yakin ia tidak salah dengar.
Ia berjalan lurus sampai terlihat sebuah taman yang sangat indah dan terlihat seseorang yang sedang duduk sambil menangis.
"Lo kenapa?" tanya Rakha mendekat.
Rakha pun terkejut saat berhadapan dengan sosok itu.
"Rakha?"
"Cella?"
Keduanya terdiam, namun tiba-tiba Cella bangun dan segera memeluk Rakha.
"Rak... Hiks.. Tolongin gue.. Hiks.." Cella menangis sambil memeluk Rakha erat.
"Sssttt, gue disini kok, tenang ya." Rakha mengelus puncak kepala Cella.
"Lo harus kuat, Cell. Ada gue."
"....."
"Gue janji gak akan ninggalin lo. Tapi lo harus cepet sadar. Kembali demi gue dan keluarga lo ya?" bujuk Rakha.
Cella semakin mengeratkan pelukannya.
.
.
.
.
.
Tut.....Tut...Tiiiiiinnnn.....
Rakha terbangun karena suara monitor yang sangat berisik. Matanya langsung membulat saat garis di monitor menunjukkan garis lurus.
"Dokter! Suster!!" Rakha berteriak sambil memencet tombol darurat.
"Cell, lo harus sadar! Jangan lemah!!" Rakha mengguncang-guncang tubuh Cella.
Dokter dan suster segera masuk ke ruangan dan Rakha diminta untuk menunggu di luar. Sebelum keluar ia sempat menggenggam tangan Cella dengan erat. "Please Cell, demi gue." batinnya. Ia pun keluar dengan raut wajah tak karuan.
Pikiran Rakha menerawang mengingat mimpi yang seperti nyata baginya. Ia bertemu Cella yang sedang menangis dan meminta tolong. Lalu dirinya datang dan menguatkan gadis itu, mereka berpelukan, dan.....
Dirinya sangat takut saat melihat garis di monitor tadi. "Please Cell, demi gue."
Pintu ruangan terbuka. Rakha segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Dokter.
"Dok, gimana keadaan Cella?" Tanyanya cepat.
Dokter tersenyum, "Alhamdulillah, Cella sudah melewati masa kritisnya. Sekarang kita harus menunggu sampai Cella terbangun."
Rakha merasa pasokan oksigennya sudah kembali terisi. "Alhamdulillah Ya Allah." Sembari mengusap wajahnya.
Rakha kembali menatap wajah Dokter, "Dok, sebenernya Cella sakit apa?
Dokter tidak menjawab, ia hanya menatap Rakha. Sebelah tangannya memegang pundak Rakha, "Tolong ikut ke ruangan saya," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum untuk Kejora (COMPLETED)
General FictionAku layaknya bintang di pagi hari Ada, tapi tak terasa Nyata, tapi tak tergapai Walau setia menemani sang fajar, tetap saja terabaikan Jika hadirku tak mencipta suka, Akankah kepergianku menghadirkan duka?