Episode 4

3.1K 267 231
                                    

Jalanan menjadi lebih padat saat aku kembali melintasi St.Carolina, orang-orang mulai tampak memenuhi jalanan sekarang.

Aku membunyikan klakson berkali-kali dengan gusar saat kerumunan mobil yang berjajar di depanku sama sekali tidak bergerak maju.

Uncle Ted tak mau menjelaskan secara gamblang apa yang terjadi pada kakekku, tapi cara bicaranya membuatku sangat khawatir.

Itu mengingatkanku pada hasil pemeriksaan jantungnya yang terakhir kali.

Aku memarkirkan mobil dengan tergesa-gesa saat sampai di halaman depan rumah kakekku.
Melompat turun dari mobil kemudian setengah berlari masuk ke dalam rumah.

"Dimana dia?!" seruku panik pada Lewis dan Jonas Marshall, sepupu kembarku, anak dari uncle Ted, yang tengah duduk di sofa di sudut ruang keluarga.

Mereka berdua melihatku dengan alis terangkat lalu saling berpandangan dengan tatapan aneh.

Lewis berdehem sebelum menjawabku,"... di ruang tengah, dia sudah menunggumu Jason."

Aku mengabaikan sikap anehnya dan bergegas menuju ke ruang tengah.

Banyak orang yang berkumpul disana, mereka duduk melingkar di meja marmer yang ada di tengah ruangan.
Semuanya menoleh begitu melihatku datang.

Kakekku juga ada di tengah-tengah mereka.
Dan, ia kelihatan baik-baik saja.

"Empat puluh lima menit, dua puluh detik." Uncle Ted berkata seraya melirik sekilas pada jam di tangannya, kemudian ia nyengir lebar pada kakekku yang duduk di sebelahnya.

"Kau berhutang padaku seratus dollar, Dad." ia berkata penuh kemenangan sedangkan kakekku menggerutu pelan.

"Apa yang terjadi?" tanyaku parau.

Kakekku mendongakkan wajahnya dan melihatku dengan wajah masam.
"Kau baru saja membuatku kalah, kid," ujarnya muram.
"Aku bersumpah pernah melihatmu menyetir sangat cepat di Dies Hard." gerutunya.

Uncle Ted langsung tergelak mendengarnya.
"Itu kan cuma film Dad."
Lalu ia berpaling padaku,
"Dia bertaruh kau bisa sampai kurang dari lima belas menit, demi dirinya." ujarnya lalu tertawa lagi.

Dan mereka semua ikut tertawa.
Kecuali kakekku.

Dan aku.

Aku mencoba mencerna situasi ini.
Tapi berapa kali pun aku mencoba hanya ada satu kesimpulan.
"Kau membohongiku?" tanyaku dengan suara meninggi pada uncle Ted.

"Tidak, aku cuma bilang kondisi Pop sedang tidak baik, dan itu benar."
"... ia sedih sekali waktu kau pergi begitu saja tadi." ia membela diri.

"Kau— " dia benar-benar membuatku kehabisan kata-kata.

"Kalian tidak bisa bercanda seperti itu!" semburku.
"Apa kau tahu tadi aku menyetir seperti orang gila?!" ujarku emosi.

"Oh, ayolah kau tak mungkin melaju lebih dari dua puluh mil per jam di tengah keramaian seperti itu." kakekku berkata skeptis.

Dia bangkit lalu berjalan perlahan menghampiriku.
"Kau hampir membuatku kelaparan karena menunggumu."

Ia menarik lenganku dan menyeretku berjalan ke arah ruang makan.
"Ayo, kita lihat menu apa yang dibuat nenekmu untuk kita," gumamnya.
"Harry sudah pergi, kau tak perlu cemas." tambahnya.

"Kau membuatku ngebut seperti orang sinting hanya demi makan malam?"

"Susah sekali membuatmu datang, kau tak berpikir aku bakal biarkanmu kabur begitu saja bukan?" sergah kakekku.

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang