Jason POV
Mia menjalani dua operasi malam itu.
Aku menunggu selama enam jam di luar kamar operasi, ketakutan, sementara para dokter berusaha untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di punggungnya, serta melakukan tindakan bedah untuk memperbaiki pembuluh darahnya yang robek.Setiap menitnya bagaikan mimpi buruk, membayangkan betapa lemahnya kondisi Mia dan rasa sakit yang harus ditanggungnya.
Aku berharap dirikulah yang ada di meja operasi itu dan bukannya dia.
Tapi Mia telah mengorbankan dirinya demi menyelamatkanku.Ini sama sekali bukanlah akhir yang pernah kubayangkan akan terjadi.
Dan begitu jauh dari semua yang telah kurencanakan baginya, atau bagi kami berdua.
Aku menyesali setiap detiknya bagaimana tiap keputusan yang pernah kubuat, serta masalah yang terjadi dalam hidupku telah membawanya ke dalam situasi ini."Kid!"
Aku mengangkat kepala dan mendapati kakek dan nenekku sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit ke tempatku berada.
Grams menggenggam lengan kakekku erat-erat, kemudian ia mempercepat langkah saat melihatku beranjak dari kursi ruang tunggu menyongsong mereka.
Kedatangan mereka tidak terlalu mengejutkanku, karena aku tahu betapa pedulinya nenekku terhadap Mia.
Aku menduga Karen yang sudah memberitahukan semuanya pada mereka segera setelah aku mengabarkan kondisi Mia padanya.
Tidak banyak yang bisa kupikirkan di saat-saat seperti ini.
Tapi aku perlu bicara pada seseorang.
Aku tahu Mia seperti saudari bagi Karen dan dia berhak tahu apa yang terjadi, jadi aku memutuskan untuk menceritakan semua padanya.Tentu saja dia tidak menerimanya dengan baik.
Dan aku paham mengapa dia begitu marah.Aku pun merasa marah pada diriku sendiri karena tak bisa melindungi Mia seperti yang seharusnya.
"Kalian tak perlu datang jauh-jauh kemari," aku berkata sambil membalas pelukan lebar kakekku.
Dia menggumamkan sesuatu untuk menenangkanku sebelum melepaskan dirinya."Omong kosong macam apa itu? Kau seharusnya memberitahu kami dari awal,"
Nenekku mengulurkan tangannya lalu menggenggam erat kedua tanganku.
Sinar matanya menyiratkan keprihatinan dan guratan-guratan ketegangan tampak jelas di wajahnya.
Sikapnya mengingatkanku kepada momen saat aku kehilangan ibuku, ketika itu dialah yang paling banyak berada di sampingku dibanding siapapun.Berlawanan dengan kekalutanku, aku bersyukur dia ada di sini sekarang.
Nenekku selalu tahu apa yang harus dikatakan, dan aku membutuhkan itu."Keadaan di sini cukup kacau Grams, aku hanya memikirkan Mia—"
Aku tersenyum lemah padanya."Bagaimana keadaannya?" tanyanya lirih.
Aku menggoyangkan kepalaku,
"Mereka sedang membawanya ke ruang pemulihan, aku belum bisa melihatnya,"
"Dokter bilang operasinya berhasil tapi Mia masih koma, dan sistem tubuhnya bereaksi lambat terhadap obat-obatan."
"Entahlah Grams, aku—"Nenekku serta merta mengulurkan kedua tangannya lalu merengkuh bahuku, ia menarikku ke dalam pelukannya.
"Mia akan baik-baik saja,"Aku membungkukkan badan menyandarkan dahiku ke bahunya seraya memejamkan mata.
Membiarkan emosi yang telah kutahan selama beberapa jam terakhir ini mengalir memenuhi benakku.
Rasa panas menyengat kedua mataku saat air mataku mulai menggenang.
Kurasakan nenekku mempererat pelukannya."Aku tidak bisa kehilangannya, Grams."
"—aku tak tahu apa yang harus kulakukan,""Mr. Marshall?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Night and A Day # The Begining (Completed)
RomanceJason Marshall punya segalanya yang diinginkan oleh semua orang. Uang, ketenaran, karir yang cemerlang serta penampilan yang sanggup membuat semua wanita bertekuk lutut padanya. Tapi sebuah skandal yang terjadi, memaksanya pindah ke New York, demi...