Episode 15

2.3K 116 102
                                    

Aku membelokkan mobil ke Center Street sambil sesekali melirik Mia yang duduk di kursi penumpang di sampingku.
Dia tidak melakukan apapun dari tadi selain menghela napas dan memandang keluar jendela.

Kami dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan konferensi pers di Four Seasons sejak pagi tadi.
Memperkenalkan dia secara resmi sebagai pasanganku di depan semua media.

Harus kuakui manajemenku memang luar biasa dalam hal ini.
Maksudku, mereka benar-benar tahu bagaimana caranya membuat sebuah omong kosong jadi cerita yang bagus.

"Seorang aktor terkenal berkencan dengan gadis biasa teman lamanya." ——Seperti kisah klise dalam drama romantis yang disukai para wanita.

Dan kali ini terdengar jauh lebih nyata karena kami memang benar-benar sudah saling kenal sejak SMU.
Kurasa itulah intinya, jika kau mencampurkan sedikit fakta dengan kebohongan maka itu bisa terdengar seperti sebuah kebenaran.

"Menurutmu ini akan berhasil?" Mia tiba-tiba menoleh padaku, sorot matanya terlihat ragu dan kedua jemarinya saling meremas dengan gugup.
Dia telah bertingkah seperti ini sejak  kami berangkat ke ballroom pagi tadi.

Tapi kupikir dia lebih mengkhawatirkan soal Hemingway's daripada konferensi barusan.
Karena aku berjanji akan membantunya diterima kembali di teater itu setelah press release-nya dikeluarkan.

Dia putus asa ingin diterima kembali dalam pementasan mereka, itulah alasan utama dia bersedia ikut dalam "permainan" ini.

Dan juga Paul telah mengisi kepalanya dengan cerita mengerikan tentang paparazzi untuk membuatnya paranoid.

Kau tahu, sedikit trik psikologis, biasanya orang cenderung tidak berpikir jernih saat mereka ketakutan.
Dan hanya akan mengambil jalan keluar apapun yang ditawarkan padanya.

Aku tahu ini sedikit kejam.
Tapi aku bersumpah tidak pernah membayangkan akhirnya akan jadi serumit ini.

"Tentu," jawabku singkat sambil mengendurkan dasi lalu menariknya lepas dari kerah kemejaku.

Aku menoleh padanya saat tak lagi mendengar apapun selama beberapa saat, dan mendapati ia tengah menyipitkan matanya melihatku.
"Dengar, aku tahu hal seperti ini bukan masalah besar untukmu Jason, tapi aku ... "

"Hei siapa bilang ini bukan masalah besar? Kau salah jika kau pikir aku suka melakukannya,"

Dia menghembuskan napas keras sambil memalingkan wajahnya yang tampak kesal, aku bisa melihat betapa tak berdayanya dia saat ini.

"Mia dengar, pikirkan saja bahwa kita berdua saat ini sedang berada dalam satu tim, dan kita harus bekerja sama supaya ini bisa berhasil,"
"Bertahan saja selama waktu yang sudah ditentukan oke? Tidak akan terlalu sulit,"

Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa memandangku.

"Dan jangan pergi menemui Thomas Parker dengan alasan apapun, aku serius,"

Aku merasa perlu memperingatkannya karena setelah konferensi pers tadi, kami sempat mampir ke bar di tengah kota untuk menemui Thomas, untuk meminta maaf karena aku telah mematahkan hidungnya di klub waktu itu, dan juga memintanya supaya ia mencabut laporan ke polisi.

Sebenarnya aku bisa saja menggunakan pengacara yang bagus untuk mengeluarkanku dari masalah ini, tapi manajemen tidak ingin ada masalah antar sesama aktor yang bernaung dalam satu label, jadi...

Kemudian seolah ingin menguji kesabaranku, si bajingan itu mengajukan syarat gila agar ia bisa pergi berdua dengan Mia sebagai ganti ia akan mencabut laporannya.

Saat itu aku sudah hendak mematahkan hidungnya sekali lagi dan bersiap untuk menghubungi pengacaraku setelahnya, sebelum Mia ikut campur dan menawarkan dirinya seperti seorang martir.
Setuju untuk pergi makan siang bersama si bajingan itu.

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang