Spring Hills ~ Delapan tahun yang lalu.
"Benjamin Rosswell adalah orang yang baik, dia sangat kompeten dan juga peduli pada anak-anak, kau pasti akan menyukainya," kakekku berkata dengan riang padaku saat mobil kami menyusuri halaman depan yang sangat luas dari sebuah rumah megah bergaya Victoria, milik kolega-nya yang seorang psikiater ternama.
Dia terus berbicara sambil sesekali menengok padaku seolah khawatir aku akan meloncat turun lalu melarikan diri darinya.
Bukannya aku tidak memikirkan hal itu...Jujur saja, melarikan diri merupakan satu-satunya hal yang kuinginkan selama enam bulan terakhir ini, setelah apa yang terjadi pada ibuku.
Tapi tetap saja, kakiku tak pernah melangkah kemanapun.Aku merasa membeku setiap saatnya, seperti seonggok batu.
Tidak merasa, tak peduli dan tidak punya emosi.
Aku tahu semua orang mengkhawatirkanku, dan mereka lebih cemas lagi karena setelah pemakaman ibuku dan juga berbulan-bulan setelahnya, aku bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa.Mereka bilang, aku berada dalam fase penyangkalan.
Membangun dinding tak kasat mata di sekelilingku dan menarik diri dari semua hal, untuk melindungi diriku sendiri.
Dengan kata lain, mereka meragukan kesehatan mentalku.Mereka tidak sepenuhnya salah.
Aku, meragukan diriku sendiri.
Kematian ibuku mengubahku lebih dari yang kukira.
Semua yang kutahu selama ini, semua yang kupercayai, hancur berantakan.Aku tidak mengerti... ibuku, dia tahu persis bahwa satu-satunya hal yang menahanku berada di rumah kami, hanyalah dia.
Ayahku tidak peduli pada kami.
Jadi aku dan ibuku, kami berdua seharusnya saling menjaga satu sama lain.
Dan dia juga bilang dia mencintaiku...Tapi bagaimana bisa, ibuku tega membuatku melihat dia mengakhiri hidupnya sendiri, di depan mataku?
Aku mulai berpikir,
"Mungkin karena aku bukan anak yang baik," atau,
"Andai saja aku bisa lebih baik lagi."Semua pemikiran itu membusuk di kepalaku selama berbulan-bulan. Bahkan bertahun-tahun setelahnya ...
Tapi aku masih tak bisa menemukan jawabannya."Aku dan Ben sudah mengatur beberapa pertemuan untukmu di bulan ini kid," kakekku berkata sambil mendorong bahuku pelan agar berjalan di sampingnya.
Dia membawaku memasuki beranda rumah.
Seorang pelayan wanita dengan ramah menyambutnya dan kami mengikutinya masuk ke dalam.
Seluruh lantainya terbuat dari marmer yang berwarna gading.
Pilar-pilarnya tinggi dan besar sama seperti yang ada di gedung balai kota.
Bangunan utama memiliki banyak pintu dan jendela yang kusennya didominasi warna cokelat muda."... kau tahu, sejak liburan sekolah dan semua syutingmu dihentikan untuk sementara, kita akan punya banyak waktu untuk... pemulihanmu," kakekku berkata selagi kami melintasi aula utama yang diapit dua tangga melingkar bertingkat yang alasnya dilapisi karpet persia berwarna maroon.
Tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat dari sudut mataku, aku menoleh dengan cepat mengikutinya.
Kutelusuri koridor dengan pandanganku dan melihat seraut wajah mengintip dari sisi pintu penghubung di ambang ruangan yang lain.Seorang gadis. Mungkin seumuranku.
Atau lebih muda.Aku mengabaikan suara celotehan kakekku dan memisahkan diri darinya, perlahan berjalan menuju ke gadis kecil itu yang kini melihatku dengan ekspresi berbinar-binar.
Ia punya mata biru obsidian yang unik dan rambut pirang jagung yang digulung elegan seperti balerina."Kau orangnya," bisiknya takjub.
Sebelum aku sempat membuka mulut untuk berbicara ia meraih tanganku dan dengan cepat menarikku masuk ke dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night and A Day # The Begining (Completed)
RomanceJason Marshall punya segalanya yang diinginkan oleh semua orang. Uang, ketenaran, karir yang cemerlang serta penampilan yang sanggup membuat semua wanita bertekuk lutut padanya. Tapi sebuah skandal yang terjadi, memaksanya pindah ke New York, demi...