Episode 22

2.1K 95 66
                                    


Jason POV

Aku mencari ke dalam kantong dan menarik ponselku keluar selagi berjalan menyusuri tangga samping yang menuju ke balkon.

Jika ada pilihan lain, aku akan memilih untuk mengabaikan panggilan terakhir ini.
Tapi aku tak bisa.

Ada begitu banyak alasan untuk itu.

Salah satunya yang paling utama adalah hal yang baru saja disampaikan oleh kakekku sesaat setelah aku sampai di sini.

Dia mengatakan bahwa ayahku sedang sakit.
Dan itu cukup serius.

Kakekku sudah mengetahuinya sejak beberapa bulan yang lalu, tapi ayahku menyuruhnya untuk tidak memberitahu siapapun juga soal ini.
Karena ia tak ingin menyebabkan kericuhan jika kondisinya saat ini sampai tersebar keluar.

Begitu banyak hal dan juga orang yang akan terpengaruh karena masalah ini, itulah yang dia katakan.

Aku melangkah mendekati pinggiran pagar balkon dan berdiri di sana memperhatikan halaman belakang gedung yang dipenuhi para tamu undangan, lalu mulai menekan kembali nomor terakhir yang tertera di layar ponselku, yang langsung diangkat pada deringan yang pertama.

Aku menghela napas dalam-dalam sebelum berbicara,
"Dad, kau meneleponku?"

Hanya ada keheningan selama beberapa saat, sebelum akhirnya ia menjawabnya,
"Jason... sebenarnya ya, ada yang ingin kubicarakan denganmu," suaranya terdengar lemah seolah berbicara adalah hal yang melelahkan baginya.

"Seberapa parah?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Aku tidak ingin membahas tentang itu, ada hal yang jauh lebih penting,"
"Minggu depan ada rapat umum para pemegang saham, aku ingin kau datang agar aku bisa memperkenalkanmu secara resmi... "

"Tidak, itu tak akan pernah terjadi." potongku gusar.

"Tidak ada waktu lagi Jason," kini nada suaranya lebih tegas.

"Demi Tuhan, Dad, kau harusnya memikirkan dirimu sendiri, tetap tinggal di rumah sakit dan berhenti sejenak mengurusi perusahaan sialan itu!" aku merasakan amarah mulai bergolak dalam diriku.

Karena sikap keras kepalanya dan karena rasa tak berdaya yang kurasakan saat ini.

Dulu aku pernah mengagumi dedikasinya pada perusahaan.
Kupikir meskipun ia bukan ayah yang baik, tapi paling tidak masih ada satu hal di dunia ini yang tak ditelantarkan olehnya.
Jadi saat dia pergi dari hidupku aku tahu bahwa dia sedang hidup dengan caranya sendiri, dan ia hidup dengan baik, dan menikmatinya...
Tapi ternyata bukan itu yang terjadi.

Kakekku telah menceritakan semuanya padaku.
Pekerjaan hanyalah pelampiasan dari dukacitanya setelah kematian ibuku.

Dan karena dia bahkan tak bisa menatapku tanpa merasa bersalah saat itu, jadi dia meninggalkanku lalu pergi ke New Orleans dengan seorang gadis muda, untuk membuatku percaya bahwa dia tinggal bersama pacar barunya di sana.

Dia pikir akan jauh lebih mudah jika aku membencinya, jadi itu bisa mengalihkan pikiranku dari depresi berat akibat kematian ibuku saat itu.

Tapi tahun-tahun berlalu, dan jurang di antara kami berdua menjadi semakin dalam.
Dan ia pun menyadari tak ada lagi jalan untuk kembali.

Hingga saat ini.
Ketika dia tahu kondisinya, ia mulai berpikir untuk menemuiku.
Itulah sebabnya ia ada di rumah kakekku saat Christmas Eve waktu itu.

Tapi aku tidak pernah memberinya kesempatan untuk bicara.

"Aku paham bagaimana perasaanmu tentangku Jason, tapi suka atau tidak kau adalah putraku satu-satunya, jadi ini akan menjadi tanggung jawabmu,"

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang