Episode 39

1.5K 79 65
                                    


Saat keluar dari ruang rawat Mia, aku mendapati Emma Summers—ibunya, telah berada di deretan kursi tunggu yang ada di koridor bersama dengan Karen.
Mereka segera melihatku datang, lalu buru-buru berjalan mendekat menyongsongku.

"Bagaimana dia?" Emma bertanya cemas.

Pikiranku dilanda ketidakberdayaan, terutama untuk beberapa hal yang kini mulai berkecamuk dalam benakku.
Terhadap situasi ini, dan khususnya karena Mia.

Aku berulang kali memikirkannya sejak melihat Mia yang terbaring di dalam sana, mencoba menyelami semuanya.
Jawabannya jelas, tapi aku belum bisa menerimanya. Tidak sekarang.

"Luka-lukanya sudah ditangani, dia masih belum sadar dari pengaruh obatnya, tapi perawat sedang mengecek kondisinya sekarang,  setelah itu mungkin kalian bisa masuk dan menengoknya."

Emma menghembuskan napas berat sambil memejamkan mata sejenak.
Ketegangan belum sepenuhnya meninggalkan wajahnya saat ia kembali mendongak menatapku.

"Kita perlu bicara."

Aku mengikutinya berjalan ke lounge rumah sakit yang bersebelahan dengan cafeteria.
Dia berhenti di sudut ruangan, sedikit jauh dari pintu masuk, tempat yang tak banyak dilewati oleh pengunjung yang lalu lalang.
Ia bersedekap sambil menggosokkan telapak tangannya ke lengan atasnya dengan gugup, kecemasan membayang dalam sorot matanya saat ia mengawasiku.

"Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Emma, maaf—"
Tapi dia mengangkat sebelah tangannya untuk menghentikanku.

"Aku bukan mencari permintaan maaf." ia berkata tak sabaran.
"Terakhir kali yang kutahu putriku bilang akan pergi menemuimu ke kantor manajemen, bagaimana ini semua bisa terjadi, apa kau sedang bersamanya saat itu?"

"Tidak, Amy Phelps-lah yang menemukannya, saat aku tiba di sana Mia sudah jatuh, lalu aku segera membawanya kemari."

"Jadi kau tidak tahu dia akan datang?" ujarnya heran.

Aku menggelengkan kepalaku, rasa frustasi merayapiku kembali.

Jika saja aku tidak secara kebetulan ada di kantor manajemen, aku tak akan tahu apa yang terjadi pada Mia.
Dia sendirian di sana.
Mia yang malang. Mia-ku.
Terbaring sakit tak berdaya karena kecerobohanku.

"Putriku bertindak impulsif, ini tak pernah terjadi sebelumnya," ia berkata resah.

Keningnya berkerut dalam saat ia melihatku, sinar matanya yang berkilat tajam menatapku memancarkan ketegasan.
"Dengar, aku tak tahu apa yang sedang terjadi di antara kalian, tapi akhir-akhir ini Mia tampak bimbang, perhatiannya terbagi-bagi."

"Aku sudah pernah memberitahumu, di antara semua, kuliahnya adalah yang paling penting, tapi yang kulihat sekarang tidak lagi seperti itu."

Perkataan Emma sangat telak, hal yang kutakutkan adalah, saat ini dia mungkin berpikir untuk menarik batasannya.

"Bagaimana denganmu, Jason, apa prioritas-mu?"

*************

Pertanyaannya terus bergema di otakku lama sekali setelahnya.
Hal inipun aku tahu dengan pasti jawabannya, tapi itu tidak membuatnya menjadi lebih mudah bagiku.

Mempertahankan Mia, bersama dengannya. Itulah jawaban yang ingin kuberikan, jika aku bisa.

Tapi saat ini, aku bahkan tak yakin terhadap apa yang akan terjadi pada diriku sendiri.
Ada perjuangan panjang di depan sana pada kasus hukum yang tengah kuhadapi, dan aku mungkin akan kehilangan banyak hal.
Tidak adil rasanya jika aku menyeret Mia bersamaku dan mengorbankan banyak hal yang penting baginya.

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang