Episode 19

2.1K 103 77
                                    

Sejujurnya aku tak tahu bagaimana aku melakukan semua ini.
Menemui ibunya Mia.

Ini seperti aku sedang memulai sesuatu yang mungkin saja akan menjadi bencana.
Aku seolah bisa merasakannya.

Tapi bayangan tentang Mia, tak pernah meninggalkan benakku sejak malam itu.
Wajahnya, serta bagaimana kedua mata karamel-nya menghangat dan mencair saat menatapku, senyumnya yang menawan ...
Semua itu berputar-putar di kepalaku sepanjang waktu.

Aku mendapati diriku menantikan saat untuk bisa melihatnya lagi.
Dan bayangan bahwa mungkin saja aku akan kehilangan semua itu ketika kesepakatan kami berakhir  membuatku gila.

Membayangkan kalau saat-saat kami bersama akan menjadi tidak ada artinya.
Atau kemungkinan bahwa dia akan menyukai orang lain.

Jika itu bukan Matthew, bisa saja cowok lain.

- seperti aku akan membiarkan hal itu terjadi saja.

Itu sebabnya, aku memutuskan untuk melakukan peningkatan kecil dalam hubungan kami.
Dari yang kupelajari dari Lauren, Mia belum pernah memiliki kekasih sebelumnya.

Sejak ayahnya meninggal, keluarganya mengalami situasi yang cukup sulit.
Mereka harus bertahan hidup hingga akhirnya terpaksa pindah ke Harlem pada saat Gareth memberi kesempatan pada ibunya untuk bekerja di agensi perumahan di Morningside selepas Mia lulus SMU.

Jadi tidak ada ruang untuk hal berbau romantis dalam hidupnya, hingga saat ini.

Meskipun hubungan itu hanyalah palsu belaka, aku mengingatkan diriku sendiri.

Tapi kau tahu apa yang kau rasakan, dan itu nyata, suara kecil dalam kepalaku membantahnya.

Ya tentu, itu kan sebabnya aku datang kemari, untuk bicara pada ibunya.
Jika aku bisa membuat ibunya menerimaku, meyakinkannya kalau aku bukanlah pengaruh buruk namun sebaliknya, maka tidak akan ada ruang untuk cowok lain.

Dan melihat bagaimana Mia menuruti keinginan ibunya bahkan untuk memilih fakultas kuliahnya, ia pasti akan mendengarkannya juga untuk yang satu ini.
- atau paling tidak itulah yang kuharapkan.

"Jadi apa yang ingin kau katakan?" suara ibunya Mia menarik pikiranku kembali.

Aku mengangkat pandanganku dan menyadari kedua mata birunya tengah menatapku tajam.
Menelitiku dengan seksama, seakan sedang mempertimbangkan niatku.

Aku menggosokkan telapak tanganku yang berkeringat ke atas pahaku lalu mengepalkan tangan dengan gugup sebelum berpikir tentang apa yang akan kukatakan padanya.

Katakan saja sesuatu yang wajar.
"Apa kabar Mrs.Summers?" aku memulai.

"Emma, panggil saja begitu." nadanya kaku.
"Aku baik-baik saja," jawabnya singkat.
Lalu keheningan kembali menyelimuti seluruh ruangan.

Aku menelan ludah dengan susah payah seraya memutar otakku untuk mencari kata-kata selanjutnya.

Haruskah aku membicarakan soal pekerjaanku?
Mungkin saja dia akan terkesan.

Atau bagaimana dengan topik tentang harga saham Marshall Inc., perusahaan milik keluargaku yang meningkat hampir dua puluh persen sepanjang tahun lalu? Kurasa hal itu bakal membuatnya semakin menyukaiku.

Omong kosong, kau tidak perlu memamerkan apa yang kau miliki, suara dalam kepalaku berkata sinis.

Katakan saja yang sebenarnya, bung!

Berhentilah bersikap seperti pengecut dan bicaralah soal Mia, katakan tentang perasaanmu padanya, itulah yang harus kau lakukan!

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang