Episode 11

2.4K 150 136
                                    

"Kau yakin? Bukannya kau bilang ini tahun yang sangat sibuk untukmu?" suara kakekku terdengar ragu-ragu.

Aku menghela napas seraya menyandarkan diriku pada sofa yang berada di antara jendela kaca besar dan dinding yang ada di sudut ruangan.

Tidak terlalu banyak pilihan yang kumiliki, aku menyadarinya.
Dan hal yang akan kulakukan mungkin adalah salah satunya.

Apa aku yakin? Sialan aku tidak tahu. Yang kutahu hanyalah aku harus melakukan sesuatu.

Aku menatap keluar jendela tapi tidak bisa melihat apapun.
Di sana gelap, angin bertiup mendera dahan tak berdaun di pepohonan yang memenuhi halaman terbuka di sekitar tempat tinggalku, menimbulkan suara berderak pelan seperti ranting yang dipatahkan.

Cuaca hampir selalu suram bagi kebanyakan orang saat musim dingin seperti ini, kecuali di California.

Belum-belum aku sudah merindukan tempat itu.

"Ya tentu, maksudku apa susahnya? Ini akan seperti dulu Pop," aku mencoba terdengar santai.

Tapi aku tahu itu tidak sepenuhnya benar, ini bulan Januari tapi jadwalku sudah nyaris penuh hingga akhir tahun.
Mungkin nanti aku akan membuat beberapa penyesuaian lagi, kalau konfirmasinya sudah kuterima.

Aku mendengarnya menghela napas, dan juga sedikit gerutuan.
Kubayangkan dia sedang berpikir keras saat ini, mencoba untuk menebak motifku.

"Akhir bulan ini akan ada kunjungan ke Biolife Industry, aku akan bicara pada Arthur Collins soal ini,"

"Sempurna," sahutku.

"Jangan terlalu senang, dia orang yang sulit ditebak, dan ia tidak suka...  berurusan dengan selebriti," ujarnya enggan.

"Tepat seperti yang kubutuhkan,"
"Maksudku, itu sebabnya aku pergi ke universitas kan, karena aku ingin kehidupan yang normal,"

Itu memang benar.

Dan sedikit insentif untukku, kalau ada seseorang yang kukenal di sana, hal itu akan membuatku merasa lebih nyaman.

Sepertinya ini akan menyenangkan.

***************
Morningside Heights,Columbia University, 20th March 2018.
~ Spring, 1st day ~

Ada sedikit perasaan aneh saat aku berangkat pagi ini, sebut saja ini firasat.
Aku tidak menyukainya, karena firasatku biasanya selalu benar.

Hal yang kulihat saat memasuki area kampus Columbia adalah bukti yang pertama.

Kerumunan orang banyak yang menatap kearah mobilku dengan wajah antusias, para reporter, sepertinya dari NBC dan juga beberapa orang dari pihak kampus, aku mengenali Mark Trevor sang rektor serta dua orang dekan fakultas yang berdiri di sampingnya.

Bagian mana tentang "normal" yang tidak mereka pahami?

"Kenapa ada reporter? Kukira pihak kampus sudah setuju saat kubilang tidak ada kehebohan."

Paul mengalihkan pandangan dari jendela mobil lalu menatapku, "Ini momen yang sempurna, kita tak boleh melewatkannya," ia terdengar ambisius.

"Kau mengambil keputusan yang tepat dengan pergi kuliah Jason, orang-orang akan menyukainya dan kau akan mendapatkan lebih banyak simpati dan juga penggemar."

Aku mengangkat sebelah alis melihatnya,
"Yang benar saja, aku kemari bukan untuk hiburan mereka," ujarku kesal.

"Kau tak bisa mengharapkan reaksi yang lebih alami dari ini, terima saja,"
"Lakukan bagianmu, dan media akan menangani sisanya," tutupnya sebelum melangkah keluar dari mobil untuk menyapa mereka semua.

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang