Episode 14

2.3K 120 128
                                    

Berapa banyak dalam hidupku aku bertindak ceroboh?
Tidak ada.

Aku selalu tahu apa yang kulakukan.
Dan hidupku sebagian besar sudah direncanakan, jadi aku hanya perlu mengikuti aturannya.

"Ikuti aturannya dan tidak ada yang akan terluka" seperti motto klise yang sering kau temui dalam cerita monoton.

Harusnya aku tetap mengikutinya, maka media tak akan pernah bisa mengambil keuntungan dari situasiku.

Di sinilah masalahnya.
Gosip adalah satu hal, tapi tertangkap basah adalah persoalan lain.

Hal pertama yang terbesit dalam pikiranku saat aku mencium Mia Summers, adalah karena aku tidak ingin para wartawan membuat artikel buruk tentang dia karena penampilannya dan juga wajahnya yang berurai air mata saat itu.

Atau setidaknya aku ingin mereka lebih fokus padaku dalam hal ini.

Karena bagaimanapun memotretku bersama para gadis sudah seperti kegiatan mereka sehari-hari.

Dan mereka sudah terlanjur melihat kami saat itu, tidak ada jalan keluar, memangnya apa yang bisa kulakukan?

Sial... untuk apa sebenarnya aku mempedulikan dia.

Sekarang, sudah terlambat untuk memikirkan hal ini.
Sangat terlambat.

"Apa Mia sudah memberikan jawaban?" suara Paul mengalihkan pikiranku.

Dia berdiri di dekat perapian yang ada di ruang keluarga sambil mengawasiku dengan tatapan tajam.
Sebelah tangannya menggenggam erat-erat edisi terbaru News Today.

Itu pertanda buruk.

"Belum, kita harus menunggu, bukankah dia bilang butuh waktu untuk berpikir?" sahutku gusar.

Paul berjalan melintasi ruangan menghampiri sofa Monaco tempatku duduk lalu mengacungkan koran itu ke depan wajahku. Foto itu, artikelnya...
"Ini tidak bisa menunggu." ujarnya kesal lalu melemparkan koran itu ke atas meja marmer di hadapanku.

Aku mengangkat bahu,
"Kau ingin aku berbuat apa? Kita tak bisa memaksanya kalau dia tidak tertarik dengan tawaranmu,"

Paul mendengus sinis, ia memutari meja lalu duduk di sofa single di hadapanku, ia mencondongkan dirinya sambil bertumpu pada siku di atas kedua pahanya.
Wajahnya mengeras dan matanya berkilat marah menatapku.

"Dengar, tawaran tentang teater itu hanyalah isyarat kebaikan, tapi kita tidak akan menggantungkan kariermu pada seorang gadis yang bukan siapa-siapa, kau mengerti?!"

"Jika sampai besok dia tidak memberikan kabar bagus untuk kita, maka rencana cadangan harus di jalankan."

"Kita akan membuat pernyataan pada media bahwa dia mabuk dan berusaha untuk merayumu dan juga Thomas Parker, bagaimanapun juga rekaman perkelahian kalian di klub sudah sempat tersebar jadi harusnya ini tidak terlalu mengejutkan,"

"Dia tidak akan bisa membela dirinya sendiri dan kita sudah tahu latar belakang keluarganya, jadi ini akan sangat mudah,"

Aku menggertakkan rahang mendengar ucapannya.
Ini sudah di luar kendali, harusnya tidak berjalan seperti ini.

Alih-alih membuatnya berada di bawah bayang-bayangku, aku justru menariknya bersamaku ke dalam pusaran masalah baru.

"Jangan lakukan apapun, aku akan bicara padanya," sahutku muram.

"Akan kupastikan dia bersedia,"

**************

Aku mengatur kembali topi baseball yang kupakai dan melihat kaca spion di atas dashboard untuk memastikan  bayangan brim-nya menutupi sebagian dari wajahku.

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang