Episode 45

1.3K 78 72
                                    


Jason POV

"Pastikan mereka menempatkan audio visual yang benar kali ini, karena yang terakhir kali mixing-nya lumayan parah,"

Aku mengawasi Matthew yang tengah berbicara kepada sekumpulan kru produksi dari luar pintu kaca ruang auditorium yang terbuka pada salah satu sisinya.

Ada beberapa pertimbangan saat aku memutuskan untuk menemuinya hari ini.

Alasan utamanya, tentu saja Mia.
Aku paham bahwa dia dan Matthew adalah teman lama atau semacamnya, tapi gosip-nya sudah bergulir terlalu jauh.
Aku tak ingin timbul asumsi negatif oleh media mengenai alasan keterlibatan Mia dalam proyek film Matthew, jadi aku merasa perlu meluruskan hal ini.

Aku hanya tak ingin Mia merasa tidak nyaman dengan masalah ini.

Menurut resepsionis rapatnya sudah berlangsung selama empat puluh menit, jika sesuai jadwal harusnya ini segera berakhir, sebelum para kru mengikuti agenda lain dengan Scott, sang sutradara, untuk berbenah di studio tempat lokasi syuting mereka yang terletak di sisi lain gedung.

Kini Matthew telah menyadari keberadaanku, dahinya berkerut dalam ketika dia melihatku.
Namun dengan segera ia mengalihkan pandangan kembali pada para kru di depannya,
"Aku mau pengambilan gambar yang terakhir selesai ..."

Tanda getar pada ponselku tiba-tiba berbunyi mengalihkan perhatianku, memunculkan sebuah e-mail baru pada kelipan layarnya.
Tapi alamat surel pengirimnya tidak kukenali, dan deskripsi file-nya sendiri memakai bahasa asing.

Isinya pun tak kalah aneh.
Sebentuk tabel rumit berisi banyak nama serta deretan angka.

Mungkin Joshua memberiku daftar  yang berhubungan dengan kasusnya.

Atau mungkin seseorang telah keliru mengirim file penting yang tidak ter-enkripsi.
Betapa cerobohnya...

Aku buru-buru menyimpan kembali ponselku ke dalam saku jersey ketika melihat satu persatu para kru itu kini telah mulai keluar dari auditorium, hanya tinggal Matthew yang masih ada di dalam ruangan.

Dia duduk di tepi meja yang ada di dekat proyektor.
Tampangnya terlihat muram selagi ia mengawasiku berjalan mendekat ke arahnya.

"Kita perlu bicara, tentang Mia—"

"Pasti susah sekali bagimu untuk menghilangkan kebiasaan ya," potongnya sinis.

"Benar-benar tak bisa dipercaya."
Ia menghembuskan napas kesal.
"Kukira kita punya kesepakatan."

"Jadi itukah alasan kau menyebarkan berita itu? Itu tidak adil untuk Mia." sergahku.

Air mukanya kini makin gelap.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu, tapi kau jelas-jelas sudah mengingkari kata-katamu sendiri."
"Melihatmu begitu suka mengingkari kesepakatan, tidak heran Rite mengajukan tuntutan penalti padamu, mungkin saja kau memang sudah menerima uang kontrak itu tapi menyalahkan Paul yang sedang buron sebagai gantinya."

"Tutup mulutmu—"

"Kau harusnya menjauhi Mia saat pihak Blues telah mengajukan kontrak rekaman itu padanya, itu kesepakatan kita."

Sialan dia tak akan melepaskan hal ini begitu saja.

Aku menghembuskan napas dengan gusar sambil mengalihkan pandangan darinya.

Mataku melebar saat mendapati Mia tengah berdiri di ambang pintu sambil melihat kami berdua.

Raut wajahnya sulit digambarkan.

Sejak kapan dia ada di sana?

Apa dia mendengar semuanya?

"Mia? Sebuah kejutan yang menyenangkan."
Matthew menyapa dengan suara riang.

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang