Episode 43

1.3K 78 56
                                    


Dengan penuh gerutuan aku mengangkat tubuhku dari ranjang lalu menyandarkan diri pada headbed.
Memandangi Karen yang masih bertahan di ambang pintu sambil bersedekap.
Wajahnya cemberut dan bibir bawahnya sedikit maju dengan ekspresi keras kepala.

Jujur saja beberapa hari terakhir ini sudah terasa cukup mengenaskan bagiku tanpa harus mendengarkannya merajuk segala.
Berurusan dengan Paul, kontraknya, dan semuanya.
Lalu yang terburuk dari semua itu,
aku terpaksa harus merelakan Mia.

Jadi, aku sangat tidak memerlukan semua omong kosong ini.

"Dengar, Karen,"
"Aku tahu kau ingin semuanya berhasil antara kami berdua, begitu pula aku."
"Tapi aku sudah memberinya pilihan dan Mia telah membuat keputusan, dia memutuskan untuk pergi,"
"Semuanya sudah berakhir sekarang."

Dia mengangkat alisnya tak percaya,
"Kau tak mungkin serius,"

"Kau bahkan tidak berusaha, hanya membiarkannya pergi begitu saja,"

"Ini sebuah kesalahan Jason, akui saja." desaknya.

"Satu-satunya kesalahanku adalah tidak bicara padanya lebih cepat." kataku sengit, tersulut oleh emosi.
Tentu saja ini tidak sepenuhnya benar, tapi tak akan ada bedanya lagi sekarang.

"Biarkan saja Mia menjalani hidupnya, dia bisa bersama dengan siapa saja yang dia inginkan."

"Dan aku akan melanjutkan hidupku, sama seperti sebelum aku bertemu dengannya."

***************

"Inilah yang kunamakan melanjutkan hidup!" Richard berseru padaku mengatasi suara musik yang membahana di seluruh penjuru ruangan penthouse.

Aku tersentak maju saat Richard memukul punggungku kuat-kuat.
Dia mengangkat sloki triple blue-nya dan mengosongkan isinya dalam sekejap lalu menyeringai padaku.

"Mabuk sepanjang malam, musik dan para cewek." ia berbicara di dekat wajahku sambil merangkul pundakku.

"Singkirkan tanganmu dariku atau kau tak akan bisa menggunakannya lagi di sisa malam ini," aku menggeram padanya.

Dia tertawa keras tapi beringsut menjauhkan dirinya dariku seraya mengangkat kedua tangannya dengan sikap menyerah, kemudian bersandar pada sofa.
"Kau tegang sekali, tenanglah, kita seharusnya bersenang-senang,"

"Kukira untuk itulah kau pergi bersamaku ke tempat Aeriel malam ini, tapi yang kau lakukan dari tadi hanya marah-marah, menggerutu dan melihat ke arah pintu—lihat, kau melakukannya lagi!"

Dia berseru saat aku mengalihkan pandangan ke lantai bawah mencari-cari di tengah kerumunan orang yang memenuhi ruangan utama tempat pesta berlangsung.

"Apa kau menunggu seseorang?"

"Omong kosong."

Dia mengangkat bahunya lalu kembali memilih botol-botol minuman yang terhampar di atas meja rendah di hadapannya.

"Apa kau melihat Thomas Parker?"

Richard mencecap minumannya sejenak sebelum memandangku dengan sebelah alis terangkat,
"Di sini? Kau bercanda kan? Aeriel dan Thomas memiliki situasi yang buruk sejak proyek bersama mereka yang gagal musim lalu, saling menyalahkan dan sebagainya, mustahil Aeriel mengundangnya."

Hebat, jadi Karen hanya membual.

"Berhentilah bertingkah seperti orang aneh, ada apa denganmu,"
Kali ini Richard mengisi sloki-nya dengan mezcal lalu menenggak isinya kurang dari sedetik.

Dia sepertinya tidak main-main soal mabuk semalaman.

Aku mulai menyesali keputusanku untuk datang bersamanya kemari, tapi bagaimanapun juga aku memerlukan alibi, sebuah alasan— untuk datang kesini.

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang