Episode 38

1.5K 79 69
                                    


There's nothing more precious than that moment, wildflowers blossom beautifully.
And that's when i found you, heart of gold from the precious one.

~ Heart of gold ~ (by Mia Summers)

                  *************

08 Juli 2017, San Francisco —

Hujan lebat nyaris mengaburkan jarak pandangku pada jalanan hingga beberapa meter ke depan, tapi kutahu tak mungkin melambatkan laju mobilku sekarang.
Mereka berada tepat di belakang kami.

Aku bisa mendengar suara ban mobil yang berdecit-decit menggores aspal jalanan yang basah oleh air hujan ketika mereka mengikutiku berbelok tajam di tikungan Alexander Avenue hingga mobil kami memasuki jalan layang yang mengarah ke Golden Gate.
Kedua tangan Rosalie yang terjalin memeluk lenganku begitu erat kini saling gemetaran.
Ia mulai menangis.

"Apa yang akan kita lakukan?"

Aku benci membuat dia berada dalam situasi seperti ini, terlebih lagi harus kebut-kebutan karena kejaran paparazzi yang terus membuntuti di belakang mobilku sejak kami meninggalkan restoran.

"Kita akan pergi dari sini, aku berjanji, mereka tak akan mendapatkanmu Rose," aku berseru menenangkannya.

Hiruk pikuk suara klakson kendaraan yang saling bersahutan ketika mobilku membelah lalu lintas yang padat nyaris membuatku kehilangan kesabaran.
"Semuanya akan baik-baik saja, kita—"

Ucapanku terputus ketika sebuah mobil sport yang muncul entah darimana tiba-tiba saja memotong jalur di depanku, sontak kubanting kemudi ke arah berlawanan dengan kecepatan penuh saat seberkas cahaya lampu yang terang menyilaukan datang dari hadapanku.
Semua terjadi begitu cepat, aku bisa mendengar Rosalie serta teriakannya yang penuh ketakutan menggema memenuhi udara saat hantaman yang sangat keras menghempaskan mobil kami.
Dan mobilnya mulai terguling-guling di atas jalanan.

Tubuhku berguncang hebat, bunyi kaca depan yang pecah dan hancur berantakan meredam teriakanku saat mencoba memanggilnya.
Rasa sakit menghimpit dadaku, aku tidak bisa bernapas.

Tanganku menggapai liar mencoba menemukan tangan Rosalie yang terlepas tapi aku tak mampu meraihnya.
Aku mendengar sebuah jeritan lain disusul oleh suara berderak mengerikan serta bunyi serpihan kaca yang berhamburan di sekelilingku.
Aku mencoba memanggilnya sekali lagi, namun aku bahkan tak bisa mendengar suaraku sendiri.

Gelombang rasa nyeri perlahan-lahan menekan kepalaku, dan hal terakhir yang kulihat adalah wajah pucat Rosalie, kedua matanya terpejam serta darah yang mengalir di sepanjang sisi wajahnya, sebelum aku mulai kehilangan kesadaranku.

*************

Seperti Dèjávu.

Seluruh tubuhku membeku dalam kengerian saat menyaksikan Mia terbaring di dasar anak tangga.
Seakan semua mimpi buruk yang coba kulupakan selama ini seolah menjelma kembali menjadi kenyataan di depan mataku.

Aku mulai berlari, dengan membabi-buta menuruni anak tangga.
Berlari pada Mia.
Kekalutan dan rasa panik yang hebat menyerangku, menekan paru-paruku saat kucoba untuk bernapas.
Itu mulai membuatku goyah saat aku semakin dekat padanya.

Aku menjatuhkan diri, bertumpu pada telapak tanganku, membungkuk di atas tubuh Mia yang tergeletak di atas lantai anak tangga, darah menggenang di sekitar kepalanya.
"Tidak, tidak, tidak, Mia!"

Salah satu kakinya tertekuk dalam posisi yang tidak wajar dan ia tak sadarkan diri, sama sekali tidak bergerak. "Mia!"

Kuraih tangannya yang tergolek lunglai di samping tubuhnya, memaksakan tenggorokanku yang tercekat untuk terus memanggilnya, berkali-kali, tapi dia tetap bergeming.
Aku mulai berteriak, rasa panas menyengat kedua mataku dan genggamanku pada jemarinya makin erat.
Dengan cepat, teriakanku berubah menjadi seruan putus asa saat aku sepenuhnya menyadari perasaanku.
Aku sangat takut.
"Mia, kumohon."

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang