Episode 34

1.7K 78 53
                                    


Mia Summers POV

"Sebuah lagu untukku?" ulangnya heran bercampur penasaran.
Nada bicaranya membuat kesan seakan ia tidak mengira hal seperti ini mungkin terjadi.

Well, aku juga...

Maksudku beberapa bulan yang lalu sama sekali tak akan terpikirkan olehku menulis lagu untuk Jason Marshall.

Bahkan membayangkannya pun tidak.

Dulu, kami seperti dua orang yang masing-masing berdiri di ujung belahan bumi yang berbeda.
Tempat di mana aku hidup dan tempat di mana dia berada, seolah tak pernah jadi dunia yang sama.
Tapi kini, tiba-tiba saja dia menjadi begitu dekat, lebih dari yang bisa kubayangkan.

Aku berdeham untuk mengusir rasa canggung,
"Waktu kita melewati Greenwood dalam perjalanan pulang dari rumah kakekmu di Phoenix, saat itu tiba-tiba saja ide ini terlintas di kepalaku,"

"Musiknya mungkin akan terdengar sedikit aneh bagimu," ujarku was-was.
"Aku tidak tahu jenis lagu apa yang kau sukai,"

"Harus kukatakan ini akan terdengar sedikit oldish, karena sejak ibuku tak pernah membiarkanku terlalu dekat dengan hal-hal yang berbau menyanyi, praktis yang paling sering kudengarkan hanyalah koleksi lagu-lagu lama peninggalan mendiang ayahku,"

Aku tidak bermaksud terdengar menyedihkan tapi dari caranya menatapku membuatku merasa begitu.

Namun secara mengejutkan Jason mengulurkan tangannya lalu meraih tanganku yang menggenggam player.
Dahinya berkerut dalam, seperti tengah berpikir sementara ia mengamati jemari kami yang bertautan.

"Ibumu, dia peduli padamu," ujarnya dengan nada merenung.
"Hanya saja, mungkin dia tidak memahamimu," Ia mengusap punggung tanganku dengan ibu jarinya sejenak sebelum melepaskan tanganku, tapi tetap mengunci tatapannya padaku.

Tiba-tiba sebuah ungkapan yang pernah kubaca dalam tulisan filsuf tentang "Berjuta makna dalam satu tatapan mata", terlintas begitu saja di kepalaku.
Kurasa sekarang ini aku bisa memahaminya.

Karena cara Jason memandangku saat ini— entah mengapa— membuatku merasa spesial
Dan aku pun juga tak dapat membayangkan alasannya.

Satu hal yang pasti, mustahil bagiku untuk tidak merasa tergerak.

Mendadak aku merasa seperti sebongkah es yang meleleh di bawah sinar matahari.

Ya Tuhan ini buruk...

Tapi demi ketentraman hatiku aku merasa lega saat dia kembali berbicara memecah keheningan,
"Apa judulnya?" tanyanya lembut.

"Heart of Gold,"

"Seperti Neil Young? 1972?"

"Kau mendengarkannya juga?" nada suaraku terlalu bersemangat, lebih dari yang seharusnya.

Dia tertawa pelan lalu mengangguk.

Wow, Jason Marshall juga menyukai lagu-lagu lama  ... aneh.

"Saat aku menulisnya, kupikir ini cocok untukmu, lalu kubuat melodi-nya lebih ke versi soul," aku menyodorkan headset itu padanya.
Tapi dia hanya memandanginya, lalu beralih padaku.

"Mau berbagi denganku?" Mata birunya menatapku penuh harap.
"Kemarilah... " dia berkata ringan sambil menggeser duduknya.

Mungkin seharusnya aku menolaknya, tapi sebelum kusadari, aku telah duduk di atas ranjang di sebelahnya, Jason mengambil player itu dari tanganku, memasangkan  headset-nya masing-masing pada telingaku dan dirinya kemudian ia mulai memutar musiknya.

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang