Episode 56

915 75 51
                                    

Jason POV

Saat kami tiba gedungnya telah dipenuhi oleh para tamu undangan yang memadati aula utama hingga ke sudut-sudut ballroom-nya.
Semua orang yang hadir mengenakan pakaian atau setelan serba monokrom sesuai dengan tema pesta yang sedang berlangsung.

Aku membawa Mia berkeliling untuk melihat-lihat keseluruhan Stallion Center, bangunan induk megah yang konon katanya memiliki kapasitas hingga dua ribu lima ratus orang.

Berbicara tentang dominasi.
Seperti inilah tepatnya ketika ayahku berbicara tentang pesta sederhana, maksudku, dia tipe pria yang cenderung membuat apapun yang ia lakukan menjadi lebih dramatis, untuk meninggalkan kesan atau pengingat bagi semua orang.

Bisnisnya mungkin tidak memerlukan perhatian dari wartawan, tapi berita pernikahannya jelas akan menjaga fluktuasi saham Marshall Inc. hingga akhir musim.

Bagaimanapun, mengesampingkan kepentingan publikasi ayahku, Stallion Brewery memang adalah bangunan eksotis yang mengagumkan.
Salah satu yang terbaik di kota ini.

Bangunan utamanya dikelilingi oleh empat pemandangan yang berbeda dan masing-masing sangat indah.

Tapi bagian selatan adalah yang paling menarik bagiku.
Tepat di seberang bangunan pendukung yang berfungsi sebagai garasi parkir dengan jalan melingkar, mereka membuat semacam replika benda-benda antik milik Stallion Sr., pendiri gedung ini.

Ada deretan mobil antik dari abad ke dua puluh, perangkat pertama yang mirip mesin penyandi dari jaman itu dan, kereta kuda. Yep.
Apapun yang mereka lakukan untuk memoles cabriolet itu telah membuatnya terlihat menakjubkan.

Aku bisa melihat Mia juga menikmati semua pemandangan ini dari matanya yang berbinar saat melakukan tur kecil kami.
Tapi aku harus benar-benar yakin dia tidak lagi merasa gugup atau semacamnya, sebelum membawanya bertemu dengan ayahku.
Karena aku bisa melihat semua tekanan itu tergambar jelas di wajahnya, bahkan sejak kami berangkat.

Kupikir dia mengkhawatirkan hal yang tidak perlu karena aku sepenuhnya terkendali.
Dan juga selama dia bersamaku, akan kupastikan tak ada yang bakal melontarkan komentar-komentar yang bersifat pribadi padanya.

"Kemarilah,"
Aku memberinya isyarat untuk duduk bersamaku di sebuah bangku ukiran yang ada di dekat replika mobil Ford model T hitam mengkilap.

"Kita harusnya kembali ke dalam, bertemu dengan ayahmu dan yang lainnya, Jason."

"Sebentar saja," pintaku.
"Bisakah kau menghilangkan raut wajah penuh tekadmu itu sejenak? Aku ingin ngobrol denganmu sweetheart," aku berkata kembali, karena melihatnya tetap berdiri di tempatnya.

Dia menghela napas panjang, menyerah lalu berjalan mendekat dan bergabung di sisiku.

"Begitu lebih baik," gumamku seraya tersenyum padanya.

Ia mengamit lenganku kemudian menyandarkan kepalanya di bahuku.
Mendengar dia bergumam tak jelas selagi merapatkan dirinya padaku.

"Kau tahu, aku selalu menginginkan model  Shellby yang pertama," aku berkata sambil mengedikkan kepala ke arah deretan mobil Mustang antik yang ada di hadapan kami, mencoba untuk mengalihkan pikirannya.

"Kenapa kau tidak membeli satu?" tanyanya pelan.
Aku menunduk dan melihat wajahnya yang setengah tersembunyi di bahuku.

"Well, kebanyakan dari mereka berada di museum sedangkan sisanya... sangat sedikit jumlahnya, dan pemiliknya tidak punya keinginan untuk menjualnya tak peduli berapapun harga yang kutawarkan," ujarku ringan.

"Seharusnya mereka menerimanya lalu menggunakan uangnya untuk membeli model yang terbaru." komentarnya.

"Itu cara yang praktis kan?"
Aku terkekeh lalu mengecup ringan puncak kepalanya.

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang