Episode 32

1.7K 81 58
                                    


Mia Summers POV

Aku menautkan kedua tangan dengan gelisah sambil memandangi pintu kamar ruang rawat yang tertutup dari deretan kursi tunggu tempatku berada, setengah mati bertanya-tanya apa yang terjadi di dalam sana.
Pada Jason, dan juga ayahnya.

Meski tak seharusnya aku berharap ia akan begitu saja membawaku bertemu dengan ayahnya, tapi setelah Karen menceritakan semuanya padaku hal yang bisa kupikirkan hanyalah aku ingin melakukan sesuatu, menolongnya.

Bukan hanya karena ia telah ada untukku saat aku kehilangan Cody, atau semua hal lain yang sudah dia lakukan untukku.
Tapi aku ingin dia berbagi denganku.
Memercayaiku.

Karena terkadang ada kalanya aku merasa dia menyembunyikan sebagian dari dirinya, bagian yang tak pernah ingin dibaginya kepada siapapun.

"Harry akan bertahan, dari dulu dia selalu jadi yang terkuat di antara saudara-saudaranya,"
Aku menoleh dan tersenyum lemah pada neneknya Jason yang duduk menunggu di sebelahku.
Ia pasti melihat kecemasanku.
Dan alih-alih aku menghiburnya, justru dia yang berusaha menenangkanku.

Aku mengulurkan kedua tanganku dan menggenggam tangannya yang tertelungkup di atas pangkuannya, meremasnya pelan.
"Tentu saja, lagipula Jason juga telah menjauhi alkohol selama beberapa bulan terakhir, jadi aku yakin jika nantinya operasi benar-benar dilakukan mereka berdua akan baik-baik saja,"

"Itu yang kita harapkan," kerutan keriput kecil yang menghiasi kedua sudut mata dan ujung bibirnya tertarik ketika ia tersenyum padaku.

Aku mengalihkan pandangan menatap sesosok gadis yang berdiri di dekat pintu kamar sedang berbicara dengan serius bersama kerabat yang lain.

Rosalie Roswell.
Aku ingat salah satu sepupu Jason pernah menyebutkan namanya, tapi aku tak pernah sekalipun melihat wajahnya sebelum ini.
Dan seingatku, tak satupun berita tentang Jason pernah menyebut-nyebut tentang dia.
Walaupun sama sekali tidak mengherankan jika Jason sampai menyukai gadis sepertinya.

Rosalie Roswell memiliki rambut pirang jagung kemilau yang tergerai lembut membingkai wajah ovalnya yang menawan, serta sepasang mata berwarna biru cemerlang.
Tubuhnya tinggi dan sangat langsing seperti para gadis yang sering muncul di sampul halaman depan Harper's Bazaar edisi fashion mingguan.
Tipe yang akan membuat setiap gadis merasa tak percaya diri hanya dengan berada di ruangan yang sama.

Neneknya Jason sedikit bercerita bahwa Rosalie dulu adalah seorang pianis berbakat.
Lalu sesuatu terjadi dan dia berhenti.
Walaupun aku ingin sekali bertanya alasannya, tapi merasa khawatir pertanyaanku akan terdengar di luar batas kesopanan.
Entah mengapa aku merasa ini bukanlah topik yang ingin dibicarakan.

Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan Jason melangkah keluar dari dalam ruangan, aku nyaris melompat berdiri menyongsongnya sebelum Rosalie lebih dulu berjalan mendekat padanya.

"Rose, kau di sini?" ia terdengar takjub.

"Kenapa kau tidak meneleponku? Jika Matthew tidak memberitahuku, aku tidak akan tahu kalau ayahmu sedang dirawat," ujarnya prihatin.
Aku merasakan sentakan di jantungku saat melihatnya mendekat lalu perlahan merengkuh Jason dan membenamkan wajah di bahunya.

Tak seharusnya berpikir begini di saat seperti ini, aku tahu itu.
Tapi jauh di dalam lubuk hatiku aku diam-diam berharap, akulah yang berada di sana.
Dan mungkin... mungkin dia juga menginginkanku ada untuknya.

Kupalingkan wajahku menunduk memandangi lantai granit yang berwarna putih mengkilap.
Menatap wajahku yang terpantul samar di dalamnya.

Ini harus dihentikan.
Aku harus berhenti berpikir seolah hubungan kami nyata.
Bahwa ia benar-benar menyukaiku.

Night and A Day # The Begining (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang