"Iya ya neth kita itu sebenarnya apa? Kamu mau kita ini apa neth"
------------------
"Hai neth" laki-laki dengan jaket hitam itu menyusul langkahku sambil mengatur rambutnya. Walaupun bicaranya datar tapi uranya sangat menenangkan."Pagi dev, tumben baru dateng?" sapaku ramah. Belum sempat deven menjawab sesorang merangkul pundakku "hello gembelku" sapanya menggoda.
Aku hanya tersenyum, deven yang menolehpun tidak jadi menjawab pertanyaanku. Kami hanya diam berjalan ke kelas bersama dengan rasa canggung.
Ntah lah apakah deven dan aldi juga merasakan kecanggungan ini?
Sejauh ini aku keakrabanku dengan deven semakin intens. Awalnya kupikir ini kesempatan bagus untuk semakin mendekatkan deven-sofi. Tapi deven ternyata punya banyak topik pengalih setiap aku menjalankan tugas sebagai mak comblang.
Dan anehnya aku mulai menemukan kenyamanan akrab dengannya, walaupun aku juga resah memikirkan putri, britney and the genk, chilla anak IPA 1, dan yang paling penting sofi. Bagaimana ini aku selalu pusing memikirkannya.
"Neth, kamu nggak usah ke kantin ya, sini" panggilannya menghentikan niatku untuk pergi bersama marsya dkk.
"Ada apa dev ?" Aku menghampirinya, kukira deven ingin memberitahu hal penting sebelum aku ke kantin.
"Aku bawa bekal lebih, makan di sini aja. Ini sendok kamu" Deven memang biasa berbagi bekal dengan anak-anak cowok atau genk-nya britney. Tapi tidak dengan cara seperti ini.
Aku tidak enak menolaknya dia sudah sangat niat dari rumah. Akhirnya akupun makan bersamanya dibumbui dengan tawa-tawa ringan dari kami.
Dan satu lagi "Aku bahagia saat itu".
____________"Lo sama deven gimana neth? Kayanya makin nyata aja" tanya lifia saat santai di jam kosong.
"Nggak tau lif, gue juga bingung , takut ke-ge-er-an aja". Aku memang masih ragu pada deven walaupun kami semakin dekat.
"Maksud lo neth" selidiknya lebih jeli atas jawabanku
"Ya you know lah deven itu baik banget sama semua orang. Gue nggak tau juga deven itu beneran polos atau sebenernya tipe tebar pesona lif. Lo tau kan gosip dia sama putri ? Nyatanya sampai sekarang putri masih digantung" Aku mulai serius dengan pembicaraan ini.
"Iya sih gue dulu juga sekelas sama mereka sampai sekarang masih gitu-gitu aja" timpal lifia menambah keraguanku saat ini.
"Dan lo tau juga kan gimana chilla ke deven ? Tapi deven kayak welcome juga kan ? Bahkan gue pernah liat dia nganter chilla padahal kan rumahnya beda arah. Itu lah kenapa gue nggak mau berekspektasi ke deven".
Aku pasrah bagaimana hubunganku dengan deven. Memikirkannya hanya akan membuatku semakin ragu. Deven dan aldi tidaklah jauh beda.
Lifia pun tersenyum mengerti dan memelukku.
Ya begitulah deven yang punya banyak fans girlnya . Putri, chilla , angel, bahkan teman sekelasku silvi juga belum lama cerita dia suka pada deven. Ya lagi-lagi selain tampan , dia welcome atau menurutku terlalu baik dengan semuanya. Tidak pernah ada 'pe-nolak-an' di kamus deven.
--------
From deven:
Ya besok kamu bilang aja sama polisinya kamu temanku , nanti aman.Balasan chat deven bercanda saat kamu membahas operasi lalulintas.
To deven:
Teman? Enak aja emang aku temanmu?.
Balasku tak mau kalah jail darinya.From deven:
Iya ya neth, kita itu sebenarnya apa ya neth. Kamu maunya kita ini apa neth?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarin Lusa
Teen Fiction"Semua memang akan ada masanya". Ya seperti itulah yang biasa orang-orang ucapkan. Aku hanya bisa menarik satu sudut bibirku dengan sedikit menyipitkan mata dan nafas yang dalam ketik mendengarnya. "Berhenti bukan artinya pergi Sakit bukan berarti h...