(28) patient

1.3K 114 8
                                    

Krriiing....Kriiing...

"Halo tante, ini anneth" sapaku di telepon.

"Anneth gimana udah dapet kamar rawat buat deven?" tanyanya.

"Sudah tante, tante jangan khawatir anneth sama kakak-kakak lain jagain deven kok tan" pesanku.

"Iya nak mama makasih banyak ya, yaudah anneth juga sekarang istirahat, tante titip deven, ketemu besok ya nak" pesannya sebelum menutup panggilannya.

Setelah selesai memberi kabar mamanya deven, aku melirik jam sudah hampir tengah malam. Tapi mataku masih sulit terpejam. Deven baru saja tidur setelah 2 kali ke kamar mandi untuk buang air dan muntah kembali.

"Malam yang panjang dan melelahkan neth, yang kuat" ucapku dalam hati.

Tok...tok...

"Belum tidur dek" sapa kak rifan memasuki ruang.

"Belum kak, kak rifan sama siapa?" tanyaku.

"Sendiri neth, kak aan lagi nggak bisa kesini, gazza besok ada kuliah pagi. Ini kakak bawain jaket, selimut sama bantal buat kamu" jelas kak rifan.

"Makasih ya kak. Kak rifan tidur di bed itu aja , anneth tidur si kursi deket deven kak" ujarku menunjuk sofa panjang mirip bed rendah di dekat bed deven.

"Kamu aja yang di bed neth, nanti capek kalau tidur di kursi" kak rifan menolakku.

Aku menggeleng cepat, " anneth disini aja kak, takutnya deven kebangun-bangun"  Aku mulai menyandarkan kepalaku di dekat lengan deven. Tapi kali ini beralaskan bantal yang dibawakan kak rifan.

Sesuai dugaanku malam ini akan melelahkan. Aku tidak bis tidur dengan nyenyak, deven berkali-kali terbangun ingin ke kamar mandi. Bahkan setiap gerakan kecil dari tangannya pun aku terkesiap bangun.

Panggilan kepada penjaga pasien di kamar VIP 05 atas nama saudara deven harap ke pos perawat sekarang....

Aku mengerjapkan mataku dengan berat. Menunggu panggilan dari speaker ruangan di dekat bed ini diulangi supaya memastikan aku tidak sedang mengigau. Setelah panggilan itu diulangi, barulah aku mengambil jaketku menuju pos perawat.

"Selamat malam sus, saya penjaga pasien VIP 05, ada apa ya sus" aku menghampiri suster jaga di pos itu.

"Oh baik begini mbak, ini obat-obat yang harus di ambil ke bagian obat di depan. Nanti mbak serahin kertas ini di bagian sana, lalu obatnya dibawa ke kamar pasien" suster rahma menjelaskan tugasku.

"Baik sus" jawabku.

"Mbak nya jaga sendirian ya?" tanyanya.

"Nggak sus, ada temannya tapi kebetulan saya yang bangun. Mari sus" kataku.

"Mari mbak, selamat malam" ucapnya.

Aku berjalan melewati koridor-koridor rumah sakit ini sendirian. Sepanjang lorong sangat sepi, hanya dingin yang menyapa mengucapkan selamat malam, atau ini sudah pagi.

"Jam berapa sih sepi banget, jauh lagi" gumamku sendiri. Aku tidak sempat melihat jam saat terbangun tadi.

Setelah sampai di bagian obat dan menyerahkan kertas resep dari suster rahma, aku menunggu giliranku untuk dipanggil. Ternyata di bagian obat cukup ramai orang-orang dengan muka lelah lengkap dengan kantuknya mengantre sepertiku.

"Jaga siapanya mbak?" tanya seorang ibu-ibu di sampingku.

"Teman bu, kalau ibu?" timpalku.

"Anak mbak kena DBD, kalau teman mbak?" tanyanya kembali, mungkin untuk menghilangkan kantul saat mengantre seperti ini.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang