(69) Need your help

1.1K 123 154
                                    

Selamat datang di kota tak pernah tidur,

Malam hari dengan gemerlap lampu di kota New York , kakiku baru saja menapak di benua yang berbeda. Berjalan dengan mendorong kursi roda deven menuju mobil penjemputan dari kak jessica. Siapa sangka aku bisa sampai disini hanya karena manusia yang sedang duduk di kursi dorong ini. Perjalanan yang melelahkan akan langsung kami lanjutkan menuju rumah sakit tempat deven akan berobat, malam ini juga.

"Anneth, makasih banyak ya dek" kak jessica memelukku saat aku baru sampai di depannya.

"Sama-sama kak" jawabku penuh senyum.

Tanpa berlama-lama di bandara, kami segera masuk ke dalam alphard milik kak dharma, suami kak jessica. Deven terlihat sangat kelelahan dengan perjalanan panjang yang kami lalui. Maklum saja, kondisinya memang belum begitu sehat.

"Tidur aja dev kamu kelelahan takutnya malah drop" tuturku di bangku tengah dengannya dan dr. Fika . Deven tidak menjawab , namun ia menuruti tuturku menyandarkan kepala pada bahuku. Tidak tega melihatnya selemas ini, tanganku refleks memulai gerakan membelai menyapa helaian rambutnya.

Sekitar hampir satu jam perjalanan dari bandara, sampailah kami di rumah sakit megah tempat deven akan melanjutkan perawatannya. Aku sudah berhasil membangunkannya dengan perlahan, kami segera menuju ruang rawat deven bersama dr. David dan Dr. Lavy rekan dr. Fika yang akan menjadi dokter deven selama disini.

"Baik deven, malam ini dan esok anda masih dalam masa pemulihan dan pengkondisian fisik. Rangkaian terapi akan dimulai besok lusa. Dokter David dan dokter Lavy adalah dokter ahli dalam menangani kedua penyakit anda" jelas dr. Fika pada deven yang dapat kami dengar bersama.

"Terimakasih dok" ucap deven membuat dr. Fika tersenyum mengangguk.

Malam ini deven masih mendapat perawatan biasa dan pemeriksaan dini dari dua dokter ahli yang menanganinya. Malam ini aku, tante risty, kak jessy , kak dharma dan kedua anak mereka Rey dan Vania akan menginap di rumah sakit.

"Aunty , aunty is uncle deven's girl friend ya ?" tanya gadis manis yang baru berumur 5 tahun itu.

"Hai... Kenalin aunty anneth, nama kamu siapa cantik?" balasku menatapnya penuh rasa gemas.

"Kak dia bisa bahasa indonesia kan?" aku bertanya pada kak jessy.

"Bisa kok dek, lancar kami ajarin bahasa indonesia juga kalau di rumah" jelas kak jessica.

"Vania " jawabnya manis.
"Mommy , aunty anneth is uncle deven's girl friend ?" tanyanya kepada mamanya.

"Anak kecil gak boleh gitu dong sayang" jawab kak jessica halus dan keibuan.

"Hai , yang ini namanya siapa?" aku beralih pada anak laki-laki bermata sipit yang tengah berada dipangkuan papanya.

"Rey aunty" jawabnya mendekat ke arahku.

"Rey mirip banget sama deven ya kak?" kataku melihat banyak kemiripan rey dengan pamannya.

"Bukan lagi neth, sampai sifat-sifatnya jiplak om nya banget" kata kak jessica membuatku terkekeh.

Tidak butuh waktu lama, Rey dan Vania sudah bercanda bersamaku dengan nyaman duduk di pangkuanku. Aku sangat menyukai anak kecil, merasa sangat terbantu untuk memulihkan tenaga dan mood ku bersama mereka.

"Neth..." suara deven lemah.

"Sayang sebentar ya, aunty dipanggil uncle deven " pamitku pada kedua ponakan deven yang lucu.

"Ya dev, kenapa ?" tanyaku sudah menghampirinya. Namun ia menggeleng hanya meraih tanganku.
Aku mengambil kursi dan duduk di dekat bednya.

"Kenapa ? Aku disini , kamu istirahat yang nyenyak, aku gak kemana-mana". Aku mengusap kening hingga rambutnya.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang