(10) It's too late ?

1.7K 127 10
                                    

Segala sesuatu ada batasan limit-nya. Termasuk kesabaran dan keteguhan hati untuk mempertahankan yang sulit digenggam.

"Dev, aku capek" ucapku pelan.

Aku menarik nafas dalam-dalam menahan sesak. "Dev aku udah capek. Aku nggak tau lagi harus gimana?".

"Neth, kamu kan tau kenapa aku diam kaya tadi, maaf neth, maaf".

"Dev aku tau kamu takut ketauan, tapi jangan keterlaluan dev, dengan sikap kamu selama ini sama aja kamu ngebiarin mereka nginjek aku dev. Aku tau kamu belum sayang sama aku, tapi setidaknya apa kamu nggak bisa kasihan ke aku ?" Suaraku bergetar.

"Neth aku minta maaf" deven mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Dev kalo kamu bisa setega ini terus kenapa kemarin kamu jadiin aku pacar? Karena kasihan? Bahkan rasa kasihanpun kamu nggak punya dev. Buat apa ?" Aku sudah tidak bisa mengontrol emosiku.

"Neth, bukan gitu, Aku gak ada niat mainin kamu sungguh".

"Sekarang kamu pikirkan sendiri dev, kamu renungin apa kamu butuh aku? Kamu cari jawabannya dalam diri kamu sendiri." Aku sudah sangat jengah.
.......................

Sejak pertengkaran itu aku merasa sakit setiap melihat deven. Itulah sebabnya sikapku ke deven lebih dingin. Aku lebih sering bersama marsya, nashwa dan lainnya, atau bersama william dan aldi. Mereka lebih mengerti rasaku.

Sudah lebih dari dua pekan aku dan deven saling mendiamkan. Walaupun sesekali ia masih menanyakan kabarku via chatting dan aku tidak pernah membalasnya.

"Neth, kamu tu aslinya pacaran ya sama deven?" Tanya Gogo. Ya bahkan dari jadian sampai jeda sekarang tidak ada yang tau secara resmi hubunganku.

"Enggak, kalo pacaran nggak mungkin kaya gini".

"Kaya gini gimana?" jawabnya.

"Ya emang ada orang pacaran tapi kaya gue sama deven? Dingin". Sepertinya nadaku terdengar sedih sampai aldi menyentuh tanganku memberi semangat.

"I am oke al" Aku tersenyum miris.

"We feel what you feel neth, we love you" Tenang william menguatkanku.

"I love you more, more than salsya". Aldi memeluk kepalaku dan berbisik pelan mungkin william-pun tidak mendengarnya. Aku mengangguk di dalam pelukannya. Aku merasa aldi dan william selalu memahami bahkan apapun yang tidak aku ceritakan.
.........................

Hari ini pelajaran TIK kosong, kami tidak perlu pergi ke lab komputer, dan tetap asik masing-masing di kelas.

"Gengs sini deh nonton film horor 'Mama' nih judulnya. Mumpung ramean gue nggak berani nonton sendiri" Teriak marsya menyalakan laptopnya.

Kami berkumpul semangat, 3 kursi depan diisi nashwa, marsya, tanto dan sharon. Sedangkan william, aldi, lifia, aku dan deven duduk di meja. Aku merasa canggung diapit aldi dan deven tapi aku tetap fokus pada filmnya.

"Aaaaaaa....!!!" Jerit kami bersama ketika hantu di film itu muncul. Aku menutup mukaku dengan tangan dan bersembunyi.

"Its oke" Suara yang lama tidak aku dengar untukku.

Yaaa... Saat takut tadi aku refleks bersembunyi ke arah deven. Deven memeluk dan mengusap pundakku pelan. Setelah menyadari suara dan wangi khas parfum coklatnya, aku menarik badanku.

"Please stay" Bisiknya menahan badanku tetap dipelukannya.

Sedih, senang, terharu, kesal bercampur-aduk jadi satu dalam dadaku. Rinduku pada deven membuncah berbuah air mata yang tidak bisa aku tahan. Sebenarnya setiap hari kami bertemu, tapi hampir 3 minggu ini seperti ada dinding pembatas antara kami.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang