Setiba di Bandung...
Setelah dari stasiun, deven mengajakku makan terlebih dahulu sebelum menuju kos Lifia. Memang saat ini aku sangat lapar, aku hanya makan makanan ringan selama di kereta tadi.
"Sayang makan di kaki lima nggak apa ya ? Cafe cafe udah banyak tutup jam segini. Apa mau McD aja ?" tawarnya.
"Dev , kamu kira selama kamu tinggal aku berubah jadi sosialita ? Makan dimana aja nggak apa kali dev. Aku aja makin sering nongkrong di burjo" jawabku masih memeluknya. Deven terkekeh mendengar jawabanku.
"Ketauan kan nakal sering keluar tengah malem ke burjo kamu ya" deven mengacak rambutku.
Aku mengangguk di dekapannya. "Salahin ucha yang sering laper nggak tau waktu. Dan ucha selalu menjadikanku korbannya. Sama iden juga sih kadang" balasku sekenanya.
Deven menepikan mobilnya di depan warung tenda kaki lima dengan tikar terhampar sebagai alas duduk. Baru saja turun dari mobil, aroma ayam dan bebek goreng sudah menusuk hidung.
"Kamu apa ? Ayam apa bebek?" tawarnya.
Aku berpikir sejenak dalam dua pilihan yang sulit.
"Ayam aja deh" jawabku."Yaudah. Mang ayam 2 , teh panas 2. Duduk di sana ya mang" pesannya
"Iiih kamu ayam juga?" tanyaku. Deven mengangguk cepat.
"Kamu bebek aja sih dev" rengekku.
"Biar bisa minta ?" godanya dan aku mengangguk mengiyakan.
"Yaudah iya. Mang tambah bebek 1 ya" pesannya lagi.
"Pesen lagi aja biar kamu kenyang, pasti tadi nggak makan kan selama di kereta?" deven menuntunku menuju tempat duduk lesehan.
"10 jam buuuuung... Niat banget nggak gue demi ketemu doang" kelakarku. Setelah duduk, deven meraih kakiku dari bawah meja untuk diluruskan ke arahnya.
"Eeeh.." kejutku saat deven mulai memijat kakiku.
"Udah diem, pegel kan kakinya duduk terus daritadi. Nanti sampai kos lifia langsung tidur jangan gosip dulu. Gosipnya besok pagi aja" tuturnya. Aku hanya mengangguk dan menidurkan kepalaku di meja.
"Ini a' pesenannya ayam dua , bebek satu , teh panas dua. Silahkan" kata bapak pelayannya.
"Makasih pak" ucapku tersenyum ramah.
"Pacarnya cantik atuh a'. Baru pulang dari kampus si aa' sama eneng teh?" basa-basinya melirikku.
"Enggak mang habis jemput dia di stasiun baru datang dari jogja" jelas deven.
"Awet-awet atuh a' sayang si eneng teh geulis pisan mirip nike ardila" canda bapak tadi sebelum pergi. Aku dan deven hanya menanggapinya dengan tertawa.
"Tuuh makanya jangan senyum-senyum baru turun di bandung kamu udah langsung ada yang naksir kan. Cepet dimakan nanti keburu lifia tidur" suruhnya.
Setelah menghabiskan satu porsi ayam, setengah porsi bebek dan satu setengah nasi putih, lengkap dengan segelas teh panas, plus air mineral, deven menghantarku menuju kos lifia. Sesampainya di depan kos Lifia, aku segera menelepon temanku yang paling selebor itu.
"Halo lif, aku di depan nih sama deven" ucapku di telepon.
..............
"Nggak enak mau tekan bel udah malem. Okesip" singkatku menutup sambungan.Tidak selang lama lifia sudah dengan kostum piyama tidurnya membukakan gerbang kosnya.
"Anneth......" serunya memelukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarin Lusa
Ficção Adolescente"Semua memang akan ada masanya". Ya seperti itulah yang biasa orang-orang ucapkan. Aku hanya bisa menarik satu sudut bibirku dengan sedikit menyipitkan mata dan nafas yang dalam ketik mendengarnya. "Berhenti bukan artinya pergi Sakit bukan berarti h...