(43) take a rest

1K 114 19
                                    

Kata pepatah "Ala bisa karena biasa".

Kali ini sudah bulan ke-5 masaku menjalani hubungan jarak jauh dengan deven. Tapi aku masih belum bisa terbiasa mengikuti alur semacam ini, lebih tepatnya kami. Selain bentangan jarak, nyatanya kami juga cukup kerepotan mengenai waktu untuk komunikasi. Jadwal kuliahku yang semakin padat, praktikum yang semakin banyak, dipadu dengan rutinitas deven yang sangat sibuk menjadikan kami cukup kesusahan memberi waktu satu sama lain.

"Neth, handphone lo mana , pinjem dong" kata joa menyenggolku yang baru saja merebahkan badan di kasurnya.

"Nggak bawa gue jo, ketinggalan di kos" aku mulai menyalakan tv.

"Lo dari pagi ngampus nggak bawa HP?" timpal ucha.

Ya aku, joa dan ucha sedang berada di kos joa untuk istirahat sejenak menikmati jeda kuliah. Namun nanti kami akan ke kampus lagi untuk praktikum.

"Kelupaan cha buru-buru tadi" jawabku santai.

"Tumben amat lo santai nggak bawa HP, biasa juga HP udah jadi pacar lo neth" ejeknya.

"Ya ngapain belum tentu juga seharian ada chat penting. Paling juga dari grup kelas kan gue bisa tau dari lo pada" aku membenarkan posisi sandaranku.

"Lo lagi renggang ya sama deven ? Atau lo beneran mau belok sama aldi" selidik ucha sangat cerewet atas segala hal menyangkut deven. Ucha adalah tim pendukung deven garis keras.

"Nggak cha, ya ampun lo mah posesifnya ngalahin gue sama deven. Deven tu sibuk sama kegiatannya belum tentu tiap harinya bisa kabarin gue. Gue nggak ada apa-apa juga sama adik tingkat itu" jawabku menjelaskan.

Aldi yang dimaksud ucha adalah adik tingkatku, mahasiswa baru. Dia seorang pendiam dan selalu bisa membuat lawan bicara atau lawan tatapnya menjadi segan. Aldi memang cukup sering mengajakku ngobrol saat bertemu, chat pribadi bahkan beberapa kali mengajakku untuk ke kampus bersamanya. Menurut para tim penyidik sekelas ucha, iden dan navis , aldi sedang melakukan serangan diam-duam mendekatiku.

Hmmm ntahlah terserah apa yang mau dilakukan anak itu aku tidak mau memikirkannya. Memikirkan hubunganku dengan deven saja sudah cukup membuatku sakit kepala...

"Jangan terlalu dekat sama aldi neth, kasian deven." ucap joa.

"Gue bayanginnya aja kasian. Sama kaya gue bayangin cewenya iden yang ada di jakarta, pasti kasian. Dia sering dicueki oleh iden, tapi iden justru seperti memberiku harapan walaupun juga tidak pasti" lanjutnya dengan tatapan kosong tapi sendu.

Aku melirik ke arah joa yang sudah dirangkul oleh ucha si ratu telenovela. Bukan tidak ingin memeluknya juga, tapi aku justru sedang berpikir matang mengenai iden dan joa. Setelah cukup mendramatisir segala hal siang itu kami kembali ke kampus untuk praktikum hingga sore.

Baru saja aku membungkus rambutku dengan handuk selesai keramas lalu duduk di ranjang kosku. Aku meraih ponselku yang ku tinggal seharian, hanya sekadar ingin tau apa saja yang terjadi hari ini.

From: Deven❤
Hai... Kampus sampai jam brpa? Hari ini aku sibuk cari sponsor buat acara organisasi lagi. jangan telat makan yaa ❤

Ada perasaan sedikit lega, ternyata hari ini ia memberi kabar setelah 2 hari menghilang. Mengalahkan egoku dan memenangkan rasa rindu, aku mencoba menelponnya supaya legaku bertambah, tidak hanya sedikit.

Tuuuutt.... Tuuuutt....

"Halo" sapanya bercampur suara yang sangat bising.

"Halo, kamu dimana?" tanyaku.

"Masih di sekre mau ada rapat. Kenapa ?" tanyanya.

"Nggak apa lama aja nggak ngobrol. Yaudah kamu lanjut dulu" kataku menahan kecewa.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang